UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam PBS
Phophate Buffer Saline
Larutan standar asam galat 40 ppm dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL larutan induk asam galat 1000 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL,
dan ditambahkan PBS phosphate buffer saline sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL larutan standar 40 ppm dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah
0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na
2
CO
3
15, lalu ditambahkan 2,2 mL PBS phosphate buffer saline. Larutan diinkubasi pada suhu kamar
selama 2 jam. Campuran larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 400 sampai 800 nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam
bentuk kurva, sebagai sumbu y adalah absorbansi dan panjang gelombang cahaya sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut dapat ditentukan panjang gelombang yang
memberikan serapan maksimum Alvian, Susanti, 2012,. Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014.
c. Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam PBS
Phophate Buffer Saline
Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 μ gml dibuat dengan cara mengambil masing-masing sebanyak 0,2 mL; 0,3
mL; 0,4 mL; 0,5 mL; 0,6 mL; 0,7 mL dan 0,8 mL larutan induk asam galat 1000 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan PBS
phosphate buffer saline sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL dari masing- masing seri konsentrasi larutan tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambah 0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na
2
CO
3
15, lalu ditambahkan 2,2 mL PBS phosphate buffer saline. Larutan tersebut diinkubasi selama 2 jam. Semua larutan diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 756 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat μ gml dengan
absorbansi Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014.
37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka
Ekstrak etanol 96 kulit batang nangka yang telah diperoleh dilakukan karakterisasi yang meliputi uji parameter spesifik, uji parameter non spesifik, dan
uji penapisan fitokimia. Pengujian parameter spesifik meliputi identitas dan organoleptik ekstrak etanol 96 kulit batang nangka. Tujuan identitas ekstrak
adalah memberikan objektivitas dari nama dan spesifikasi dari tanaman, sedangkan pengamatan organoleptik ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal
menggunakan panca indera dengan mendeskripsikan bentuk, warna, dan bau Depkes RI, 2000. Adapun data hasil identitas dan organoleptik ekstrak etanol
96 kulit batang nangka dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak
Parameter Hasil
Identitas: Nama ekstrak
Nama latin Bagian tanaman
Ekstrak etanol 96 kuli batang nangka Artocarpus heterophyllus Lam.
Kulit batang
Organoleptik: Warna
Bau Bentuk
Coklat kehitaman Khas kulit batang nangka
Ekstrak kental
Non spesifik: Kadar abu
Kadar Air 1,32
13,17
Pengujian parameter non spesifik yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 96 kulit batang nangka meliputi kadar abu dan kadar air. Penentuan kadar abu
dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pengujian
kadar abu dilakukan dengan metode gravimetri. Prinsip kerja penentuan parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan