Spektrofotometer UV – Vis TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka

3.4.1.1 Uji Parameter Spesifik Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka a.

Identitas Pendeskripsian tata nama, yaitu nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan Depkes RI, 2000.

b. Organoleptik

Penetapan organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan menggunakan panca indera dalam mendiskripsikan bentuk, warna, bau Depkes RI, 2000.

3.4.1.2 Uji Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka

a. Kadar Abu

Sebanyak 1,1 gram ekstrak ditimbang seksama W1 dimasukkan dalam krus yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditimbang W0. Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600±25°C hingga arang habis. Kemudian ditimbang hingga bobot tetap W2. x 100

3. 1

Keterangan : W0 = bobot cawan kosong gram W1 = bobot ekstrak awal gram W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan gram

b. Kadar Air

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan batang pengaduk. Kemudian dikeringkan dalam oven 105ºC selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kemudian ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 Depkes RI, 2000. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta x 100 3. 2 Keterangan : W0 = bobot ekstrak sebelum dikeringkan gram W1 = bobot ekstrak setelah dikeringkan gram

3.4.1.3 Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Kulit Batang Nangka a.

Alkaloid Sebanyak 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCL 2N. Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan asam encer yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendroff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid Farnsworth, 1966.

b. Flavonoid

Sejumlah ekstrak ditambahkan dengan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Diambil filtratnya, pindahkan ke dalam tabung reaksi. Filtrat sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 g serbuk Mg dan 1 mL HCL pekat, dan amil alkohol, kemudian dikocok kuat-kuat. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga menunjukkan sampel mengandung flavonoid Harborne, 1987.

c. Saponin

Beberapa mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL air sambil dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCL 1 N. Bila busa yang terbentuk tetap stabil selama kurang lebih 7 menit, maka ekstrak positif mengandung saponin Harborne, 1987.

d. Steroid

Sejumlah 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dalam kloroform dan disaring. Filtrat ditambahkan H 2 SO 4 pekat sebanyak 2 tetes. Larutan dikocok perlahan dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibiarkan selama beberapa menit. Terbentuknya cincin coklat kemerahan menunjukkan bahwa ekstrak mengandung steroid Harborne, 1987.

e. Tanin dan Polifenol

Sejumlah 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga diperoleh residu. Residu kemudian direaksikan dengan FeCl 3 10. Terbentuknya warna biru tua, biru kehitaman, atau hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa polifenol dan tanin Robinson, 1991., Jones and Kinghorn, 2006.

3.4.2 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96 Kulit

Batang Nangka 3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Galat dalam Aquadest Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm mgL dapat dibuat dengan cara 10 mg asam galat standar dilarutkan dalam 1 mL metanol p.a, lalu ditambahkan aquadest di dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas Ratnayani, 2012.

3.4.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam Aquadest

Larutan standar asam galat 40 ppm dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL larutan induk asam galat 1000 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL larutan standar 40 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na 2 CO 3 15, lalu ditambahkan 2,2 mL aquadest. Larutan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam. Campuran larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 400 sampai 800 nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva, sebagai sumbu y adalah absorbansi dan panjang gelombang cahaya sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut dapat ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum Alvian, Susanti, 2012,. Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014.

3.4.2.3 Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam Aquadest

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 μ gml dibuat dengan cara mengambil masing-masing sebanyak 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL; 0,6 mL; 0,7 mL dan 0,8 mL larutan induk asam galat 1000

Dokumen yang terkait

Pengaruh Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 5% Terhadap Akumulasi Plak Mahasiswa Angkatan 2009 FKG USU

5 55 68

Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophyllus L.) terhadap Karakteristik Niosom

8 62 113

Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger, Candida albicans, dan Trichophyton rubrum

2 38 78

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) TERHADAP PENURUNAN KADAR Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksa.

0 3 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) TERHADAP PENURUNAN KADAR Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksa.

0 3 15

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI PARAFFIN SOLID DAN VASELIN ALBUM TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus).

0 0 15

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80