F. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di MI Nurul Huda Curug Wetan pada tahun pelajaran 20132014 dijelaskan bahwa sampel
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada awal pelajaran, kedua kelompok tersebut diberikan soal pretest
yang sama, pretest disini berfungsi sebagai tolak ukur pemahaman siswa dan persiapan terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Dari hasil nilai pretest
yang dilakukan, hasil dari kedua kelompok memiliki nilai yang tidak jauh berbeda terlihat dari nilai pretest kelompok eksperimen dengan nilai tertinggi
70 dan kelompok kontrol dengan nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah kelompok eksperimen 20 dan nilai terendah kelompok kontrol 20, sedangkan
nilai rata-rata kelompok eksperimen 53.44 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 52.67.
Setelah dilakukan pretest pada pertemuan pertama, kemudian kedua kelompok penelitian diberi perlakuan yang berbeda selama dua kali
pertemuan. Pada kelompok eksperimen dalam proses pembelajaran menggunakan metode reading aloud membaca nyaring dan kelompok
kontrol dengan menggunakan metode konvensional. Namun, setelah dilakukan penelitian peningkatan nilai dapat dilihat
dari hasil posttest siswa. Kelas eksperimen mendapatkan nilai 90 untuk nilai tertinggi, 25 untuk nilai terendah, dan 64.67 untuk nilai rata-ratanya.
Sedangkan hasil posttest yang didapatkan dari kelas kontrol yaitu 80 untuk nilai tertinggi, 30 untuk nilai terendah, dan 58.11 untuk nilai rata-rata.
Dengan demikian setelah perlakuan menunjukkan adanya pengaruh metode reading aloud membaca nyaring terhadap pemahaman bacaan, dimana kelas
eksperimen menunjukkan nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol. Karena dalam metode reading aloud membaca nyaring siswa dilatih untuk percaya
diri.
Henry Guntur Tarigan telah menjelaskan, membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun
pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Penjelasan lain yaitu menurut Isah Cahyani dan Hodijah, dalam belajar bahasa kegiatan membaca nyaring atau bersuara sangat besar kontribusinya
terhadap belajar berbicara. Melalui membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya dengan benar. Bahkan
murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, akan tetapi belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan
mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui membaca bersuara. Kaitan antara penelitian yang dilakukan dengan pendapat para ahli di
atas yaitu dalam membaca nyaring siswa tidak hanya sekedar menyuarakan tulisan saja akan tetap siswa dituntut untuk memahami isi dari bacaan tersebut.
Selian itu dalam pembelajaran dengan menggunakan metode reading aloud membaca nyaring yang dilakukan oleh peneliti, siswa juga diajarkan dalam
pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan benar, antara lain ketika siswa membaca harus dapat membaca dengan jelas, lancar, dan tidak terbata-bata.
Pada penerapan metode reading aloud membaca nyaring peneliti mengalami sedikit kendala yaitu berkaiatan dengan ketika guru meminta dari
beberapa siswa untuk membacakan buku cerita dengan judul yang berbeda, hampir seluruh siswa menginginkan untuk membacakan buku cerita di depan
kelas dengan suara nyaring sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh guru. Pembelajaran dengan menggunakan metode reading aloud membaca
nyaring buku-buku cerita yang menarik dan yang belum pernah siswa baca merupakan faktor penunjang pembelajaran dan siswa antusias dikarenakan
siswa ingin mengetahui isi dari buku cerita tersebut. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan metode reading aloud membaca nyaring juga dapat
menambah nilai karakter kepercayaan diri pada siswa.