Faktor Pendukung Penilaian Autentik Kurikulum 2013

Selain itu, menurut Ibu Try Rahayu, “Setiap Jum’at kami guru mata pelajaran Sejarah selalu rapat dan berdiskusi untuk membahas perkembangan proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah, pembahasannya pun tidak terlepas dari penerapan kurikulum 2013, salah satunya juga membahas penilaian ”. 55 Jadi dapat dipahami bahwa guru Sejarah di SMA Negeri 78 Jakarta merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan penerapan penilaian kurikulum 2013. 2 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana tentunya juga merupakan faktor pendukung untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini juga tidak terlepas sebagai faktor pendukung implementasi penilaian autentik di SMA Negeri 78 Jakarta. Menurut bapak Sumarna, “Sarana dan prasarana di SMA Negeri 78 Jakarta sangat lengkap sehingga memudahkan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran, salah satunya juga melaksanakan penilaian sesuai kurikulum 2013”. 56 Pernyataan ini juga dipertegas oleh pendapat Ibu Try Rahayu yang mengatakan bahwa, “Sarana dan prasarana di SMA Negeri 78 sebagai faktor pendukung penerapan penilaian kurikulum 2013”. 57 Selain itu persepsi siswa dari hasil angket juga mendukung pernyataan guru, yang mana dari 35 responden, 26 atau 65 responden berpendapat bahwa sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung penilaian siswa. Oleh karena itu, sarana dan prasarana juga dapat menjadi faktor pendukung untuk diimplementasikannya penilaian autentik kurikulum 2013 di SMA Negeri 78 Jakarta. 55 Hasil wawancara dengan Ibu Tri Rahayu Agustin, Guru Sejarah Indonesia Kelas X, pada hari Rabu, 1 April 2015 pukul 10.30 WIB di Ruang Guru SMA Negeri 78 Jakarta 56 Hasil wawancara dengan Bapak Sumarna, Guru Sejarah Indonesia Kelas X dan XI, pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 11.45WIB Ruang Serba Guna SMA Negeri 78 Jakarta 57 Hasil wawancara dengan Ibu Tri Rahayu Agustin, Guru Sejarah Indonesia Kelas X, pada hari Rabu, 1 April 2015 pukul 10.30 WIB di Ruang Guru SMA Negeri 78 Jakarta 3 Input Siswa yang Berkualitas Siswa-siswa yang berprestasi atau berkualitas juga merupakan salah satu faktor pendukung peniliaian. SMA Negeri 78 Jakarta merupakan sekolah favorit diwilayah Jakarta. Menurut Ibu Try Rahayu, “Input siswa di SMA Negeri 78 Jakarta sangat baik dan berkualitas ”. 58 Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelusuran peneliti mengenai input siswa-siswi yang masuk ke SMA Negeri 78 Jakarta pada tahun ajaran 20142015. Adapun hasil penelusurannya sebagai berikut: Gambar 4.6 Hasil PPDB SMA Negeri 78 Tahun 20142015 59 Dari hasil Penerima Peserta didik baru, dapat dilihat bahwa input siswa yang masuk merupakan siswa-siswa yang memiliki nilai Ujian Nasional yang cukup tinggi, nilai terendah untuk bisa masuk SMA Negeri 78 Jakarta saja harus mencapai 8,80 untuk jurusan IPS sedangkan untuk jurusan IPA adalah 9,24. 58 Hasil wawancara dengan Ibu Tri Rahayu Agustin, Guru Sejarah Indonesia Kelas X, pada hari Rabu, 1 April 2015 pukul 10.30 WIB di Ruang Guru SMA Negeri 78 Jakarta 59 PPDB Provinsi DKI Jakarta, Data Statistik PPDB SMA Jalur Domisili Dalam DKI di Provinsi DKI Jakarta Periode 2014205, 2014, www.Jakarta.siap-psb.com

b. Faktor Penghambat Penilaian Autentik

1 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang tidak memadai juga dapat menghambat proses pembelajaran. Hal ini juga yang ada di SMA Negeri 78 Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Sejarah Indoenesia, informasi yang didapatkan bahwa sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung penilaian. Namun berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa, ada sekitar 11 dari 35 responden berpendapat sarana dan prasrana sebagai faktor penghambat. Adapun 11 responden tersebut berasal dari siswa kelas X IIS. Setelah peneliti menggali informasi lebih dalam, ternyata memang kelas X IIS sarana dan prasarananya sudah lengkap hanya saja, ada beberapa kekurangan seperti LCD yang kurang maksimal, AC yang panas dan sinyal wifi yang tidak terjangkau. 2 Instrumen Penilaian SMA Negeri 78 Jakarta Instrumen penilaian digunakan sebagai alat penilaian yang dilakukan guru untuk menilai seluruh kompetensi peserta didik mulai dari kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. SMA Negeri 78 Jakarta hanya menggunakan satu lembar penilaian untuk mencakup semua kompetensi siswa mulai dari pengetahuan, keterampilan dan sikap. Menurut Ibu Try Rahayu, “Instrumen penilaian sudah disiapkan formatnya oleh sekolah”. 60 Dengan demikian instrumen penilaian yang digunakan di SMA Negeri 78 juga bisa menghambat implementasi penilaian autentik, dikarenakan tidak digunakannya instrumen penilaian per teknik penilaian sehingga akan mengurangi kevalidan penilaian yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian penilaian autentik yang selama ini diharapkan dalam kurikulum 2013 juga masih sulit terwujud. 60 Hasil wawancara dengan Ibu Tri Rahayu Agustin, Guru Sejarah Indonesia Kelas X, pada hari Sabtu, 4 Juli 2015 pukul 16.58 WIB.

7. Manajemen Penilaian Autentik di SMA Negeri 78 Jakarta dalam

Implementasi Kurikulum 2013 Terdapat tiga fungsi manajerial yang dapat digunakan untuk menata penilaian dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu fungsi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi. Implementasi penilaian autentik di SMA Negeri 78 Jakarta bisa dikatakan masih belum diterapkan secara optimal sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Oleh sebab itu tiga fungsi manajerial tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki penerapan penilaian autentik kurikulum 2013. Fungsi yang pertama adalah fungsi perencanaan. Dalam hal ini fungsi perencanaan sudah dilakukan dengan baik oleh SMA Negeri 78 Jakarta dengan memberikan pelatihan mengenai kurikulum 2013, namun seharusnya pelatihan lebih dioptimalkan kembali mengingat masih ada 30 guru yang belum mendapatkan pelatihan dari pemerintah. Sebenarnya sekolah pun sudah menyelenggarakan secara internal mengenai pelatihan kurikulum 2013 ini, namun pelatihannya seharusnya lebih intens agar semua guru dapat menerapkan secara baik penilaian autentik kurikulum 2013. Fungsi yang kedua adalah pelaksanaan. Dalam hal ini, fungsi pelaksanaan implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 di SMA Negeri 78 masih belum diterapkan secara optimal. Yang menjadi kekurangannya adalah seharusnya kepala sekolah memberikan instruksi untuk membuat instrumen penilaian kepada masing-masing guru mata pelajaran, bukan memberikan daftarlembar penilaian. Fungsi yang terakhir adalah penilaian atau evaluasi. Dalam hal ini fungsi penilaian atau evaluasi dalam hal implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 di SMA Negeri 78 Jakarta juga masih belum diterapkan secara optimal. Dimana peneliti tidak menemukan adanya evaluasi atau perbaikan yang dilakukan oleh sekolah kepada guru dalam hal menerapkan penilaian autentik.