Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Pada bulan Juli 2013 yang lalu pemerintah telah merubah kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013. Dengan perubahan
kurikulum ini, standar nasional pendidikan ikut mengalami perubahan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang menjelaskan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional.
2
Dengan perubahan standar nasional pendidikan tersebut, terdapat beberapa penyempurnaan standar nasional pendidikan, diantaranya adalah standar
penilaian. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasah.
3
Dengan perubahan standar penilaian di kurikulum 2013, maka guru wajib untuk mengetahui perubahan penilaian yang ada dikurikulum 2013, baik dari
ruang lingkup penilaian, teknik penilaian dan instrumen penilaian yang semuanya mengacu pada penilaian aspek pengetahuan sikap dan keterampilan. Aspek
kognitif dapat diukur dengan tes tulis diakhir pembelajaran, aspek psikomotorik dapat dikur dengan produk pembelajaran, dan aspek afektif bisa dinilai dalam
proses pembelajaran. Jadi dalam setiap materi siswa memperoleh tiga nilai. Selanjutnya, nilai-nilai dari semua materi dirata-rata untuk memperoleh nilai
rapor.
4
2
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
3
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. h. 2
4
Mulyoto, Strategi Pembelajaran di era Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013, h. 124
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa setiap aspek dituntut bukti fisik penilaiannya yang berupa penilaian proses dan hasil, sehingga
penilaian autentik yang menjadi tujuan penilaian dalam kurikulum 2013 benar- benar terwujud. Hal inilah yang sangat membedakan sistem penilaian kurikulum
tingkat satuan pendidikan dengan kurikulum 2013. Jika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan penilaian lebih ditekankan pada aspek pengetahuan, maka pada
kurikulum 2013 akan mensyaratkan penggunaan penilaian autentik yang dapat mengukur kemampuan peserta didik secara holistik.
Menurut M. Nuh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, “Selama ini guru sering memberikan penilaian kepada siswa berdasarkan kira-kira, dalam
penilaian autentik, guru tidak hanya menyebut siswa mendapatkan nilai 8, namun harus menunjukkan fakta-fakta pendukung mengapa siswa tersebut mendapatkan
nilai 8, maka dari itu ketika pada kurikulum 2013 diminta melakukan penilaian autentik banyak guru yang kesulitan”.
5
Berdasarkan penjelasan tersebut, mengindikasikan bahwa dalam perubahan penilaian di kurikulum 2013 yang
menekankan penilaian autentik masih terdapat guru yang kesulitan dalam memahami dan mengimplementasikan secara baik dan benar penilaian autentik di
kurikulum 2013. Berdasarkan permasalahan tersebut, tentunya pemerintah telah mengetahui
bahwa harus ada pelatihan dalam hal mengimplementasikan penilaian autentik di kurikulum 2013 ini. Namun dalam hal memberikan pelatihan kepada guru
mengenai kurikulum 2013 ini pun masih menuai permasalahan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kembali mengatakan bahwa “Masalah utama yang
sekarang menyita perhatian publik adalah belum tuntasnya pelatihan guru, ada sekitar 40 ribu guru belum dilatih sedangkan yang sudah dilatih sekitar 1,2 juta
guru”.
6
Tentunya permasalahan belum tuntasnya pelatihan yang diberikan kepada guru-guru juga akan berdampak pada implementasi penilaian autentik di
kurikulum 2013. Jika guru-gurunya belum diberikan pelatihan, maka bisa
5
Sekolah Dasar.Net,
Guru Kesulitan
Cara Penilaian
Kurikulum 2013,
2014, www.sekolahdasar.net, Diakses pada tanggal 28 September 2014
6
Jpnn, Kurikulum 2013 Jalan Terus Meski Sarat Masalah, 2014, www.jpnn.com, Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014
dipastikan guru tidak dapat memahami dan mengimplementasikan penilaian autentik di kurikulum 2013.
Permasalahan tidak cukup sampai disitu, pada tahun 2014 yang lalu telah terjadi pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sebelumnya dijabat
oleh Muhammad Nuh yang digantikan oleh Anis Baswedan . Dengan pergantian menteri tersebut, berdampak pada keputusan Menteri yang baru yang dijabat oleh
Anis Baswedan untuk menunda penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester, sedangkan sekolah yang sudah menerapkan
selama tiga semester tetap menerapkan kurikulum 2013 sebagai pengembangan dan percontohan kurikulum 2013.
Salah satu hal yang melandasi penundaan kurikulum 2013 ini adalah sistem penilaian yang dinilai masih sulit diterapkan. Menurut Anis Baswedan,
“Meskipun ada penundaan pada saatnya semua sekolah akan menerapkan kurikulum 2013, bergantung kesiapan”.
7
Hal ini menegaskan bahwa kurikulum 2013 akan diberlakukan disemua sekolah apabila kesiapan sekolah sudah benar-
benar matang untuk mengimplementasikan konsep kurikulum 2013 termasuk juga implementasi penilaian autentiknya yang menjadi ciri khas penilaian kurikulum
2013. Salah satu sekolah sasaran yang juga telah menerapkan kurikulum 2013
selama tiga semester adalah SMA Negeri 78 Jakarta. Menurut Ridnan Wargianto selaku
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, “Tahun ini merupakan tahun kedua kami menerapkan kurikulum 2013, sampai dengan saat ini terdapat 30
dari 73 guru belum mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 dari pemerintah, untuk itu kami menginstruksikan kepada guru yang sudah mendapatkan pelatihan
untuk mendampingi guru yang belum mendapatkan pelatihan ”.
8
Dari guru yang sudah mendapatkan pelatihan, bapak Ridnan Wargianto pun tidak mengetahui
7
Lukman Diah Sari, Mendikbud Anis Baswedan Putuskan Hentikan Kurikulum 2013, 2014 www.metrotvnews.com, diakses pada tanggal 28 Februari 2015.
8
Hasil wawancara dengan Bapak Ridnan Wargianto, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, pada hari Senin, 24 November 2014 pukul 11.00 WIB, di Ruang Wakil Kepala
Sekolah SMA Negeri 78 Jakarta.
guru-guru tersebut dapat mengimplementasikan kurikulum ini dengan baik atau tidak.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sumarna selaku guru Sejarah Indonesia kelas sepuluh, Menurut Bapak Sumarna “Yang menjadi prioritas
pelatihan hanya guru-guru mata pelajaran wajib yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah Indonesia. Mata pelajaran Sejarah Indonesia semua guru
sudah mendapatkan pelatihan dari pemerintah. Saya pun baru sekali mendapatkan pelatihan, selebihnya saya sering berdiskusi dengan guru lainnya yang lebih
memahami kurikulum 2013”.
9
Permasalahan lainnya adalah belum tuntasnya distribusi buku panduan guru dari masing-masing mata pelajaran di SMA Negeri 78 , Menurut pengakuan
Bapak Ridnan Wargianto hanya ada tiga mata pelajaran yang sudah mendapatkan buku panduan berbentuk hard copy, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan
Sejarah Indonesia. Sedangkan untuk buku panduan mata pelajaran lainnya masih berbentuk soft copy.
10
Berdasarkan permasalahan tersebut juga pastinya akan berdampak pada implementasi penilaian autentik di kurikulum 2013 di SMA N 78 Jakarta,
mengingat SMA Negeri 78 Jakarta adalah salah satu sekolah sasaran dalam kurikulum 2013 ini yang seharusnya implementasi penilaian autentik dalam
kurikulum 2013 sudah berjalan dengan baik di sekolah tersebut. Mengingat urgensi permasalahan mengenai penilaian autentik kurikulum
2013, peneliti tertarik untuk menulis skripsi berjudul “Implementasi Penilaian
Autentik Kurikulum 2013 di SMA Negeri 78 Jakarta”.
9
Hasil wawancara dengan Bapak Sumarna, Guru Sejarah Indonesia Kelas X dan XI, pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 11.30 WIB Ruang Serba Guna SMA Negeri 78 Jakarta
10
Hasil wawancara dengan Bapak Ridnan Wargianto, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 10.30 WIB di Ruang Serba Guna SMA
Negeri 78 Jakarta
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. masih terdapat guru yang kesulitan dalam menerapkan penilaian autentik
kurikulum 2013. 2.
pelatihan kurikulum 2013 kepada guru masih belum tuntas. 3.
distribusi buku panduan guru belum optimal. 4.
30 dari 73 guru di SMA N 78 Jakarta belum memperoleh pelatihan kuikulum 2013 dari pemerintah.
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam penilaian kurikulum 2013, untuk memfokuskan penelitian dan efisiensi waktu, maka batasan
masalahnya adalah implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X di SMA Negeri 78
Jakarta.
D.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. bagaimana penggunaan teknik dan instumen penilaian autentik kurikulum 2013
di SMA Negeri 78 Jakarta dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia? 2.
bagaimana hasil belajar yang dicapai melalui penilaian autentik kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia?
3. apa faktor pendukung dan penghambat penggunaan penilaian autentik
kurikulum 2013 di SMA Negeri 78 Jakarta dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia?