Tes Lisan Aspek Pengetahuan

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Try Rahayu, tes lisan digunakan sebagai teknik perbaikan penilaian siswa untuk tes tertulis, terkadang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan. 20 Pernyataan ini juga didukung oleh hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa bahwa dari 35 responden, 26 responden atau 73 responden menjawab tes lisan digunakan untuk perbaikan penilaian pada aspek pengetahuan dan 15 responden atau 42 berpendapat tes lisan untuk mengukur komptensi pengetahuan. Namun ada 4 responden atau 11 responden berpendapat berbeda, mereka berpendapat dalam kompetensi keterampilan digunakan tes lisan, namun setelah peneliti menggali informasi lebih lanjut bahwa mereka mengira bahwa diskusi dimasukan dalam tes lisan. Jadi tes lisan yang digunakan di SMA Negeri 78 Jakarta lebih banyak digunakan sebagai teknik perbaikan penilaian, namun juga terkadang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan siswa. Selain itu ada kekurangan dalam penilaian teknik tes lisan ini, yaitu guru tidak menggunakan instrumen penilaian untuk tes lisan. Dalam hal teknik tes lisan ini guru belum menerapkan secara optimal penilaian teknik tes lisan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dimana teknik tes lisan harus menggunakan instrument penilaian yang berupa skala penilaian untuk mengukur secara tepat kemampuan peserta didik dari aspek pengetahuan.

c. Penugasan

Penugasan juga merupakan teknik yang dapat mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik selain tes tertulis dan juga tes lisan. Dalam hal teknik penugasan ini guru lebih banyak memberikan 20 Hasil wawancara dengan Ibu Tri Rahayu Agustin, Guru Sejarah Indonesia Kelas X, pada hari Rabu, 1 April 2015 pukul 10.30 WIB di Ruang Guru SMA Negeri 78 Jakarta. tugas untuk membuat makalah atau paper kepada siswa. Dari hasil kuesioner, 27 dari 35 responden atau 76 responden berpendapat teknik penugasan digunakan sebagai teknik penilaian pengetahuan. Selain itu teknik penugasan ini juga digunakan guru untuk melakukan perbaikan penilaian siswa yang masih belum tuntas baik dari kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner bahwa 12 dari 35 responden atau 34 responden berpendapat bahwa penugasan dilakukan perbaikan penilaian pengetahuan. Namun untuk kompetensi keterampilan sangat jarang sekali yang diberikan remedial dengan penugasan atau remedial. Hal ini dibuktikan hanya 7 responden dari 35 atau 20 responden yang berpendapat bahwa penugasan sebagai teknik remedial kompetensi keterampilan. Dalam hal teknik penugasan ini, guru juga tidak menggunakan instrumen penilaian. Untuk menilaian penugasan siswa, guru langsung menilai tanpa ada instrumennya lagi. Dalam hal teknik penugasan ini guru sudah menerapkan secara optimal penilaian teknik penugasan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dimana penugasan berupa pekerjaan rumah danatau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Namun masih terdapat sedikit kekurangan yaitu tidak terdapatnya instrumen dalam teknik penilaian penugasan di SMA Negeri 78 Jakarta.

2. Aspek Keterampilan

Dalam kurikulum 2013 aspek keterampilan masuk sebagai Kompetensi Inti 4 KI 4. Aspek keterampilan sebenarnya adalah kelanjutan dari hasil belajar kognitif atau pengetahuan. Apabila dalam aspek pengetahuan mencerminkan siswa “tahu apa” tentang apa yang dipelajari. Sedangkan dalam aspek keterampilan mencerminkan siswa