25
Membaca  Al-Q ur’an  tidak  sama  dengan  membaca  bahan  bacaan  lainnya
karena  Al- Qur’an  adalah  kalam  Allah  SWT.  Oleh  karena  itu,  membacanya
mempunyai  etika zahir,  yaitu membacanya dengan tartil.  Makna tartil  adalah dengan perlahan-lahan sambil memperhatikan huruf dan barisnya.
Al-Ghozali  mengatakan  bahwa  tartil  disunnahkan  tidak  semata  untuk tadabbur  karena  non-Arab  yang  tidak  memahami  makna  Al-
Qur’an  juga disunnahkan  untuk  membaca  dengan  tartil,  karena  tartil  lebih  dekat  dengan
pemuliaan dan penghormatan terhadap Al- Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi
hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.
38
Bahrun Abu Bakar menjelaskan dalam bukunya yang berjudul: al Burhan Fi  Tajwidil  Qur’an,  Ilmu  Tajwid  Syarah  Tuhfatul  Athfal  dan  Al  Jazariyah,
bahwa membaca Al- Qur’an mempunyai empat macam bacaan, yaitu:
1 Tartil,  yaitu  bacaan  yang  dilakukan  dengan  perlahan-lahan,  tenang,  dan
membunyikan  setiap  huruf  dari  makhrajnya  masing-masing  dengan memberikan hak serta mustahaknya, lalu memikirkan makna bacaannya.
2 Tahqiq, sama dengan bacaan tartil, hanya bacaan tahqiq lebih ditekankan
kepada factor ketenangannya. 3
Hadar,  bacaan  cepat,  tetapi  dengan  mengeja  menyesuaikan  hokum- hukum bacaan.
4 Tadwir, bacaan pertengahan antara tartil dan hadar.
Tingkatan yang paling utama di antara semuanya ialah bacan tartil karena Al-
Qur’an  diturunkan  dengan  memakai  bacaan  ini.  Hal  ini  diterangkan oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan;32.
...
 
“Dan Kami membacanya dengan tartil”.
39
Jadi  di  dalam  membaca  Al- Qur’an  disunnahkan  dengan  cara  tartil,  yaitu
membacanya  dengan  perlahan-lahan  sambil  diiringi  dengan  kaidah  ilmu tajwid bukan dengan cara terbata-bata ataupun dengan tergesa-gesa atau cepat
tanpa mengikuti pedoman ilmu tajwid. Karena membaca Al- Qur’an yang tidak
mengikuti pedoman ilmu tajwid sebagai Al-Lahn, yaitu sebuah kekeliruan atau
38
Yusuf Qardawi, Berinteraksi dengan Al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 1999, h. 235
39
Bahrun Abu Bakar, al Burhan Fi Tajwidil Qur’an: Ilmu Tajwid Syarah Tuhfatul Athfal
dan Al Jazariyah, Bandung: Trigenda Karya, 1995, Cet ke-I, h. 14
26
cacat  dalam  membaca  yang  apabila  salah  dalam  pengucapan  makhrajnya, maka salah pula arti yang dibacanya.
2. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca Al- Qur’an
Agar dapat membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar maka usaha yang
harus  kita  lakukan  yaitu  dengan  cara  bertahap.  Adapun  cara-cara  yang  dapat kita lakukan, diantaranya yaitu:
Menurut  Agus  Syafii,  cara  mudah  belajar  membaca  Al-Quran  itu  secara garis besar seseorang harus menguasai 5 hal berikut;
1 Menguasai  huruf  hijaiyyah  yang  berjumlah  28  huruf  berikut  makharijul
hurufnya.  Hal  ini  dikarenakan  untuk  bisa  membaca  Al-Quran,  90 ditentukan  oleh  penguasaan  huruf  hijaiyyah  dan  selebihnya  10    lagi
sisanya seperti tanda baca, hukum dan lain –lain.
2 Menguasai tanda baca a, i, u atau disebut fathah, kasrah, dan dhommah.
3 Menguasai  isyarat  baca  seperti  panjang,  pendek,  dobel  tasydid,  dan
seterusnya 4
Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca dengung, samar, jelas dan sebagainya.
5 Latihan yang istiqamah dengan seorang guru yang ahli.
40
Sedangkan  menurut  Zakiyah  Daradjat  dalam  bukunya  yang  berjudul Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, bahwa yang paling penting dalam
pengajaran  Al- Qur’an  ialah  “Mengenal  keterampilan  membaca  Al-Qur’an
dengan  baik  dan  sesuai  dengan  kaidah  yang  disusun  dalam  ilmu  tajwid. Selanjutnya  latihan  dan  pembiasaan  pengucapan  huruf  dengan  makhrajnya
yang benar pada tingkat permulaan, yang akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid
”.
41
Dari  beberapa  uraian  di  atas  yang  paling  terpenting  agar  dapat  membaca Al-
Qur’an  terlebih  dahulu  yaitu  seorang  anak  harus  dapat  mengenal  huruf- huruf  hijaiyah  dan  terus  praktek  bagaimana  cara  pengucapan  makhraj  yang
baik  dan  benar,  kemudian  selalu  berlatih  membaca  Al- Qur’an di rumah oleh
seorang guru yang ahli atau mahir dalam membaca Al- Qur’an.
40
http:agussyafii.blogspot.com200809cara mudah belajar membaca al-quran
41
Zakiyah  Draradjat,  dkk,  Metode  Khusus  Pengajaran  Agama  Islam,  Jakarta:  Bumi Aksara, 2004, Ed-2, Cet ke-
3…h. 93
27
Selain  itu,  untuk  mempermudah  siswa  dalam  melaksanakan  belajar membaca Al-
Qur’an, hendaknya dipenuhi fasilitas dan sarananya seperti, alat- alat untuk mengaji, misalnya: Al-
Qur’an, buku-buku ilmu tajwid, kursi, meja dan  sebagainya,  hal-hal  tersebut  memungkinkan  siswa  dapat  terkesan  untuk
selalu belajar membaca Al- Qur’an.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa Membaca Al-
Qur’an
1. Motivasi
Motivasi  adalah  dorongan  atau  kekuatan  dari  dalam  diri  seseorang yang  mendorong  orang  untuk  bertingkah  lakuatau  berbuat  sesuatu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita  atau  suatu  hasratkeinginan  yang  merupakan  daya  penggerak
dari  dalam  diri  untuk  melakukan  aktivitas-aktivitas  tertentu  dalam mencapai suatu tujuan.
42
Macam-macam motivasi a.
Motivasi Intrinsik Motivasi yang berasal dari diri siswa itu sendiri atau tidak adanya
rangsangan  dari  luar.  Misalnya  siswa  yang  gemar  membaca  Al- Qur’an, tidak perlu adanya orang yang menyuruh atau mendorongnya.
Karena siswa ingin sekali menguasai pelajaran Al- Qur’an.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi  yang  pendorongnya  diluar  kaitan  atau  tidak  adan hubungannya  dengan  nilai  yang  terkandung  di  dalam  objek  atau
tujuan pekerjaannya. Misalnya siswa mau membaca Al- Qur’an karena
takut  kepada  guru  atau  karena  ingin  memperoleh  nilai  baik  dan sebagainya.
43
2. Pola Latihan
a. Sikap
42
M.  Alisuf  Sabri,  Pengantar  Psikologi  Umum  dan  Perkembangan,  Jakarta:  Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet ke-1, h. 128.
43
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 82
28
Sikap  Attitude  sebagai  suatu  kecenderungan  untuk  mereaksikan suatu  hal,  orang  atau  benda  dengan  suka,  tidak  suka  atau  acuh  tak
acuh.  Bisa  dengan  tiga  kemungkinan,  yaitu  suka  menerima  atau senang  mempelajari  Al-
Qur’an,  tidak  suka  menolak  atau  tidak senang dengan pelajaran Al-
Qur’an, dan sikap acuh tak acuh. b.
Minat Minat  Interest  kecenderungan  untuk  selalu  memperhatikan  dan
mengingat  sesuatu  secara  terus  menerus.  Minat  ini  erat  kaitannya dengan  perasaan  senang,  karena  itu  dapat  dikatakan  minat  terjadi
karena  sikap  senag  terhadap  pelajaran  Al- Qur’an. Siswa yang senang
pelajaran  Al- Qur’an  berarti  sikapnya  senang  kepada  pelajaran  Al-
Qur’an.
44
4. Metode Belajar Membaca Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indone sia disebutkan bahwa “Metode adalah
cara  kerja  yang  bersistem  untuk  memudahkan  pelaksanaan  kegiatan  guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
45
Seiring dengan itu, Mahmud Yunus mengatakan  “Metode  adalah  jalan  yang  hendak  ditempuh  oleh  seseorang
supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.
46
Jadi  metode  pembelajaran  Al- Qur’an  adalah  suatu  cara  yang  sistematis
guna memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu supaya  siswa  bisa  atau  kompeten  membaca  Al-
Qur’an  dengan  lancar  dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Pada saat masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan belajar Al- Qur’an,
maka para pakar sekaligus para pemerhati pembelajaran A- Qur’an melakukan
upaya-upaya  untuk  mencari  solusi  agar  belajar  membaca  Al- Qur’an  menjadi
lebih  mudah  dan  diminati.  Seiring  dengan  perkembangan  zaman,  sejak
44
Ibid …h. 84
45
Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  Jakarta: Balai Pustaka, 1995, Ed. 2, cet ke-4, h. 652-653
46
Mahmud Yunus, Ilmu Mengajar, Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1954, Cet ke-I, h. 90
29
pertengahan  abad  19,  banyak  metode-metode  pengajaran  baca  Al- Qur’an.
Mulai  dari  yang  dianggap  klasik  seperti  al-baghdady,  kemudian  dilanjutkan dengan  metode  yang  bernama  q
iro’ati,  dan  sebagainya.  Metode-metode tersebut  disusun  secara  sistematis  dan  diupayakan  mencakup  materi-materi
yang  dibutuhkan,  terdiri  dari  beberapa  jilid  dan  setiap  jilid  memiliki  tahapan serta target kemampuan yang terencana.
Keberhasilan  suatu  program,  terutama  pengajaran  dalam  proses  belajar mengajar  tidak  terlepas  dari  pemilihan  metode.  Pada  sekarang  ini  begitu
banyaknya  metode  belajar  membaca  Al- Qur’an  yang  digunakan,  yang
tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Diantaranya yaitu:
a Metode Al-Baghdady
Metode Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode Al-Baghdady adalah metode  tersusun  tarkibiyah,  maksudnya  yaitu  suatu  metode  yang  tersusun
secara  berurutan  dan  merupakan  sebuah  proses  ulang  atau  lebih  kita  kenal dengan  metode
alif,  ba’,  ta’.  Metode  ini  adalah  metode  yang  paling  lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah: -
Hafalan -
Eja -
Modul -
Tidak variatif -
pemberian contoh yang absolut
b Metode Hattaiyyah
Adalah suatu metode pengajaran membaca Al- Qur’an dengan pendekatan
pengenalan huruf Arab, tanda baca melalui huruf latin.
c Metode Al-Barqi
Metode  ini  sifatnya  bukan  mengajar  namun  mendorong,  disini  siswa dianggap  telah  memiliki  persiapan  dengan  pengetahuan  yang  tersedia.  Siswa
membuka  atau  melihat  peragapapan  tulis,  tidak  dalam  keadaan  kosong. Karena  sudah  punya  kesiapan,  maka  siswa  hanya  membaca,  memisah,
memilih dan memandu sendiri.
d Metode Iqro’