38
4 Demonstrator
Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu yang dimilikinya. 5
Motivator Hendaknya guru berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan
meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Seiring dengan itu Uzer Usman menjelaskan ada empat hal yang dapat dilakukan guru dalam memberikan
motivasi, yaitu:
1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
2. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan
pada akhir pengajaran. 3.
Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang prestasi yang lebih baik.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
62
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai motivator yaitu
“Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar, dalam upaya memberikan motivasi,
guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah
”.
63
Sedangkan Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, menjelaskan bahwa agar proses pengajaran menjadi optimal, maka peran guru diantaranya yaitu;
1 Guru sebagai Sumber Belajar
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Bisa kita menilai baik atau tidaknya seseorang guru hanya dari
penguasaan materi pelajaran. 2
Guru sebagai Fasilitator Sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa
menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. 3
Guru sebagai Pengelola Sebagai pengelola pembelajaran learning manajer, guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas guru juga dapat menjaga kelas agar tetap
kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
62
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…h. 11-12
63
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, Cet ke-I, h.
39
4 Guru sebagai Demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setiap pesan yang disampaikan. 5
Guru sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing, yaitu guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
64
Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru dituntut untuk mampu memberikan bimbingan belajar kepada siswanya. Tujuan
bimbingan secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat
belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak
atau kelompok anak. 2.
Menunjukkan acara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran. 3.
Memberikan informasi sarana dan petunujuk bagi yang memanfaatkan perpustakaan.
4. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam bidang studi
tertentu.
65
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari adanya perbedaan. Walaupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. Membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh berkembang sebagai manusia ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: PT. Kencana, 2006, Ed- I, Cet ke-5, h. 21-26
65
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, Cet ke-I, h. 105
40
6 Guru sebagai Motivator
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
d. Berilah pujian yang wajar terhadapsetiap keberhasilan siswa
e. Berikan penilaian
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
66
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi rendah
bukan berarti oleh kemampuannya yang rendah tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan
segala kemampuannya. Dengan demikian dapat dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah
pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi. 7
Guru sebagai Evaluator Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Yang mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum, dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
67
Sebagai seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar , dan dengan penilaian juga dapat memotivasi seorang guru untuk mengajar
lebih maksimal lagi.
66
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan …h. 29-
30
67
Ibid…h. 31-32
41
c. Tugas Guru Agama
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah Mengajar dan
mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif medium antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang
bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al- Qur’an Ali
Imran ayat 104 Allah berfirman:
“Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung
.”
68
Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan Agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan
agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan pembinaan kembali terhadap pribadi anak.
Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya menerangkan
bahwa tugas guru adalah “a mendidik dengan titik berat memberikan arah motivasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang, b memberikan fasilitas pencapaian tujuan pengalaman belajar yang memadai, c membantu perkembangan aspek-aspek
pribadi seperti sikap, nilai- nilai dan penguasaan diri”.
69
Sedangkan menurut Heri Jauhari Muhtar dalam bukunya “Fiqih
Pendidikan ”, mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:
68
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Toha Putra, 1989, h.
93
69
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta 2003, Cet. Ke-4, h.97.
42
1 Mujaddid, yaitu sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun
praktek, sesuai dengan syariat Islam; 2
Mujtahid yaitu sebagai pemikir yang ulung; dan 3
Mujahid yaitu sebagai pejuang kebenaran.
70
Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya: a.
Tugas Propesional Tugas profesianal yaitu tugas yang berkenaan dengan profesi tugas guru,
yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa, dalam hal ini guru berprofesi untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi
anak didiknya, baik segi jasmani maupun segi rohani. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik.
71
Di samping memahami siswa, guru juga harus mengenal dan memahami dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti
frustasi dan ketidakmampuan menyesuaikan dirinya, sehingga ia dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswaanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengjarannya itu kepada para siswanya. Para
siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik rapih. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila
menghadapi guru.Pelajaran tidak dapat serap sehingga c.
Tugas Kemasyarakatan Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormmat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban untuk
mencerdaskan kemajuan masyarakat dan bangsa ini, dengan kata lain bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.
72
70
Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet ke-I, h. 155
71
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional … h. 6
72
Ibid…h. 6-7
43
Adapun menurut Abu Ahmad, tugas professional guru agama adalah sebagai berikut:
1. Guru harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional dan
target yan hendak dicapai. 2.
Guru agama harus memilik pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode mengunakan dalam situasi yang sesuai.
3. Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alat
pembantu dan menciptakan kegiatan yang dilakukan anak didik dalam pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.
4. Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai
dengan target dan situasi yang khusus. Adapun yang dinilai adalah apa yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.
73
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan walaupun pada dasarnya tugas pokok guru ada dua, yaitu medidik dan mengajar siswa di sekolah, tetapi
untuk menciptakan pengajaran dan pendidikan yang lebih baik, seorang guru dituntut untuk professional dalam tugasnya seperti menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis serta memberi teladan yang baik kepada siswa maupun masyarakat disekitarnya dan
sebagainya.
d. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an
Kata peran atau role dalam kamus oxford dictionary diartikan: Actor’s
part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.
74
Sedangkan Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara film, tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
75
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapatkan sesuatu posisi, juga diharapkan
73
Abu Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Amrico,1986, h. 100.
74
The New Oxford Illustrated Dictionary, Oxford University Press, 1982, 1466.
75
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 854
44
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.
Begitu pula seorang guru sangat berperan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-
Qur’an atau proses pembelajaran di sekolah, dengan adanya peran guru diharapkan dapat memberikan segala pengajaran dan
pembinaan dengan pendidikan yang belum dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Peran yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-
Qur’an di sekolah SMP Islam al-khlas diantaranya yaitu: 1.
Memberikan bimbingan bagaimana cara melafazkan huruf-huruf hijaiyyah dengan benar sesuai dengan makharijul hurufnya.
2. Pembinaan dalam membaca Al-Qur’an, yaitu dengan cara menerapkan
metode pengajaran sebagai berikut: a
Metode Individu atau Privat Metode ini dilakukan yaitu dengan cara siswa Al-
Ma’arif satu persatu. Al-
Ma’arif yaitu suatu kurikulum pembelajaran Al-Qur’an yang diajarkan di SMP Islam ini. Pembelajaran Al-
Ma’arif memiliki 6 jilid, dengan rincian sebagai berikut:
Jilid I : Siswa belajar mengenal huruf-huruf hijaiyyah
Jilid II : Mengenal huruf sambung dan bacaan panjang pendek
mad thabi’i Jilid III : Mengenal huruf panjang pendek dengan 4-5 harakat mad
wajib, mad jaiz dan sebagainya Jilid IV : Mengenal hukum nun mati dan mim mati
Jilid V : Mengenal
mad ‘arid lissukun Jilid VI : Praktek membaca juz
‘amma b
Metode Klasikal Metode ini diterapkan pada sebagian waktu yang digunakan guru
untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal, yaitu menjelaskan ilmu tajwid dengan metode ceramah dan mengulang-ngulang hukum
bacaan tajwid dengan benar.
45
c Penerapan Ilmu Tajwid
Metode ini diterapkan oleh guru kepada siswa yang sudah lancar dalam membaca Al-
Qur’an, yaitu dengan cara siswa membaca satu ayat kemudian dijabarkan hukum tajwidnya.
3. Mengevaluasi serta mementoring bacaan siswa
Setiap jam pelajaran Al- Qur’an siswa diwajibkan untuk membaca Al-
Ma’arif satu per satu, kemudian guru menilainya dari segi tajwid, makhorijul huruf atau kefasihannya dan setiap siswa memiliki lembar
mentoring baca Al- Qur’an yang telah di handle oleh 2 orang guru dalam 1
kelas. 4.
Hafalan Juz „Amma Hafalan juz „amma bertujuan melatih siswa agar dapat mengucapkan
makhorijul huruf dan hukum bacaan tajwid dengan benar.
76
76
Abdullah,Guru pelajaran Al- Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas, Wawancara, Jakarta,
24022011.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete-Jakarta Selatan mulai 24 Februari 2011 sampai dengan 21 Maret 2011
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang
Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al- Qur’an, penulis
melaksanakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode “Deskriptif Analisis”.
Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai peran guru PAI
yang dilakukan dalam mengatasi kesultan membaca Al- Qur’an di sekolah
SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.
C. Populasi dan Sampel
Adapun populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswai SMP Islam Al-Ikhlas, kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 425 orang siswa.
Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII, yang berjumlah 272 orang siswa. Dari populasi terjangkau tersebut, penulis
mengambil sample 15 41 orang.
Selanjutnya dalam
menentukan sample
penelitian, penulis
menggunakan teknik Random Sampling pengambilan secara acak. Penulis mengambil berdasarkan absensi siswa dengan memilih nomor
yang ganjil siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan empat teknik penelitian, yaitu:
1. Observasi Pengamatan
Dalam metode ini, penulis melihat dan mengamati secara langsung keadaan sekolah di SMP Islam Al-Ikhlas dan kegiatan pembelajaran Al-
Qur’an yang dilaksanakan seminggu satu kali pertemuan 2 jam pelajaran. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan dan
kegiatan pembelajaran Al- Qur’an yang diterapkan di SMP Islam Al-
Ikhlas. 2.
Wawancara Wawancara penulis lakukan dengan bentuk wawancara terstruktur
dengan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan guru Al- Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas berkenaan dengan kesulitan
siswa dalam membaca Al- Qur’an dan beberapa siswa.
3. Angket
Angket diberikan kepada seluruh responden penelitian sebanyak 41 orang siswa. Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket
tertutup atau terstruktur dengan alternativ jawaban yang telah disediakan. Teknik angket dilakukan untuk mendapatkan data tentang
“Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Kesulitan Siswa Membaca
Al- Qur’an”.
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Studi dokumentasi yang
penulis lakukan adlah dengan mengumpulkan data berupa profil sekolah, keadaan guru, karyawan, siswa, hasil mentoring bacaan siswa dan hasil
nilai raport mata pelajaran Al- Qur’an siswa SMP Islam Al-Ikhlas. Nilai
raport tersebut penulis gunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam pelajaran Al-
Qur’an.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrument penelitian yang
digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam kesulitan membaca Al-
Qur’an. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang terdiri dari 19 butir soal untuk
mengukur peran guru pendidikan agama islam dan 16 butir soal untuk mengukur kesulitan siswa dalam membaca Al-
Qur’an. Kemudian instrument non tes dalam bentuk wawancara diperuntukan
kepada guru pendidikan agama Islam yang digunakan untuk mempertajam informasi mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam membaca
Al- Qur’an, dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan
membaca Al- Qur’an melalui angket.
Tabel I KISI-KISI ANGKET PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI
KESULITAN SISWA MEMBACA AL- QUR’AN
Variabel Dimensi
Indikator No. Item
Pertanyaan Jumlah
Item 1.
Kesulitan dalam
membaca Al-
Qur’an
Faktor yang
mempe- ngaruhi
kemampuan siswa dalam
membaca Al-
Qur’an 1.1.
Melafalkan huruf-huruf
hijaiyah makharijul
huruf 1.2.
Pengetahuan tentang ilmu
tajwid
1.3. Kelancaran
membaca Al- Qur’an
1.4. Minat
dan motivasi
dalam membaca Al-
Qur’an 1.
Kemampuan dalam mengucapkan makharijul huruf
1. Pengetahuan tentang hukum
bacaan izhar 2.
Pengetahuan tentang hukum bacaan ikhfa
3. Pengetahuan tentang hukum
bacaan idghom 4.
Pengetahuan tentang hukum bacaan iqlab
1. Kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan tenang dan teratur tartil 2.
Senang membaca Al-Qur’an setiap hari
3. Senang mengikuti pelajaran Al-
Qur’an 1.
Minat dalam membaca Al-Qur’an 2.
Orang tua memberikan motivasi dan bimbingan dalam belajar
membaca Al- Qur’an
3. Senang
mengulang kembali
pelajaran Al- Qur’an di rumah
27
23-24
25-26
29
28
21
20
33
32 30-31
34 1
2
2
1
1
1
1
1
1 2
1