38
4 Demonstrator
Guru  hendaknya  senantiasa  menguasai  bahan  atau  materi  pelajaran  yang akan  diajarkannya  serta  senantiasa  mengembangkannya  dalam  arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu yang dimilikinya. 5
Motivator Hendaknya  guru  berusaha  untuk  menimbulkan,  memelihara  dan
meningkatkan  motivasi  anak  untuk  belajar.  Seiring  dengan  itu  Uzer  Usman menjelaskan  ada  empat  hal  yang  dapat  dilakukan  guru  dalam  memberikan
motivasi, yaitu:
1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
2. Menjelaskan  secara  konkrit  kepada  siswa  apa  yang  dapat  dilakukan
pada akhir pengajaran. 3.
Memberikan  ganjaran  terhadap  prestasi  yang  dicapai  sehingga  dapat merangsang prestasi yang lebih baik.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
62
Syaiful  Bahri  Djamarah  menjelaskan  peranan  guru  dalam  proses  belajar mengajar    sebagai  motivator  yaitu
“Guru  hendaknya  dapat  mendorong  anak didik  agar  bergairah  dan  aktif  belajar,  dalam  upaya  memberikan  motivasi,
guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah
”.
63
Sedangkan  Dr.  Wina  Sanjaya,  M.Pd,  menjelaskan  bahwa  agar  proses pengajaran menjadi optimal, maka peran guru diantaranya yaitu;
1 Guru sebagai Sumber Belajar
Peran  sebagai  sumber  belajar  berkaitan  erat  dengan  penguasaan  materi pelajaran.  Bisa  kita  menilai  baik  atau  tidaknya  seseorang  guru  hanya  dari
penguasaan materi pelajaran. 2
Guru sebagai Fasilitator Sebagai  fasilitator  guru  dituntut  agar  mempunyai  kemampuan  dalam
berkomunikasi  dan  berinteraksi  dengan  siswa.  Hal  ini  sangat  penting, kemampuan  berkomunikasi  secara  efektif  dapat  memudahkan  siswa
menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. 3
Guru sebagai Pengelola Sebagai pengelola pembelajaran learning manajer,  guru berperan dalam
menciptakan  iklim  belajar  yang  memungkinkan  siswa  dapat  belajar  secara nyaman.  Melalui  pengelolaan  kelas  guru  juga  dapat  menjaga  kelas  agar  tetap
kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
62
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…h. 11-12
63
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, Cet ke-I, h.
39
4 Guru sebagai Demonstrator
Peran  guru  sebagai  demonstrator  adalah  peran  untuk  mempertunjukkan kepada  siswa  segala  sesuatu  yang  dapat  membuat  siswa  lebih  mengerti  dan
memahami setiap pesan yang disampaikan. 5
Guru sebagai Pembimbing Guru  sebagai  pembimbing,  yaitu  guru  harus  dapat  membimbing  dan
mengarahkan  kegiatan  belajar  mengajar  siswa  sesuai  dengan  tujuan  yang dicita-citakan.
64
Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru dituntut untuk  mampu  memberikan  bimbingan  belajar  kepada  siswanya.  Tujuan
bimbingan  secara  umum  adalah  membantu  murid-murid  agar  mendapat penyesuaian  yang  baik  dalam  situasi  belajar,  sehingga  setiap  murid  dapat
belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak
atau kelompok anak. 2.
Menunjukkan acara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran. 3.
Memberikan  informasi  sarana  dan  petunujuk  bagi  yang  memanfaatkan perpustakaan.
4. Menunjukan  cara-cara  menghadapi  kesulitan  belajar  dalam  bidang  studi
tertentu.
65
Siswa  adalah  individu  yang  unik.  Keunikan  itu  dapat  dilihat  dari  adanya perbedaan.  Walaupun  secara  fisik  mungkin  memiliki  kemiripan,  tetapi  pada
hakikatnya  mereka  tidaklah  sama,  baik  dalam  bakat,  minat,  kemampuan  dan sebagainya.  Perbedaan  itulah  yang  menuntut  guru  harus  berperan  sebagai
pembimbing.  Membimbing  siswa  agar  dapat  menemukan  potensi  yang dimilikinya  sebagai  bekal  hidup  mereka.  Membimbing  siswa  agar  dapat
mencapai  dan  melaksanakan  tugas-tugas  perkembangan  mereka,  sehingga dengan  ketercapaian  itu  ia  dapat  tumbuh  berkembang  sebagai  manusia  ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
64
Wina  Sanjaya,  Strategi  Pembelajaran  Berorientasi  Standar  Proses  Pendidikan, Jakarta: PT. Kencana, 2006, Ed- I, Cet ke-5, h. 21-26
65
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, Cet ke-I, h. 105
40
6 Guru sebagai Motivator
Proses  pembelajaran  akan  berhasil  manakala  siswa  mempunyai  motivasi dalam  belajar.  Oleh  sebab  itu,  guru  perlu  menumbuhkan  motivasi  belajar
siswa.  Untuk  memperoleh  hasil  belajar  yang  optimal,  guru  dituntut  kreatif mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
d. Berilah pujian yang wajar terhadapsetiap keberhasilan siswa
e. Berikan penilaian
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
66
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang  sangat  penting.  Sering  terjadi  siswa  yang  kurang  berprestasi  rendah
bukan  berarti  oleh  kemampuannya  yang  rendah  tetapi  dikarenakan  tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan
segala  kemampuannya.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  siswa  yang berprestasi  rendah  belum  tentu  disebabkan  oleh  kemampuannya  yang  rendah
pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi. 7
Guru sebagai Evaluator Sebagai  evaluator,  guru  berperan  untuk  mengumpulkan  data  atau
informasi  tentang  keberhasilan  pembelajaran  yang  telah  dilakukan.  Yang mempunyai  fungsi  untuk  menentukan  keberhasilan  siswa  dalam  mencapai
tujuan  yang  telah  ditentukan  atau  menentukan  keberhasilan  siswa  dalam menyerap materi kurikulum,  dan untuk  menentukan keberhasilan  guru dalam
melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
67
Sebagai seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil dalam  melaksanakan  penilaian,  karena  dengan  penilaian  guru  dapat
mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar , dan  dengan  penilaian  juga  dapat  memotivasi  seorang  guru  untuk  mengajar
lebih maksimal lagi.
66
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan …h. 29-
30
67
Ibid…h. 31-32
41
c. Tugas Guru Agama
Salah  satu  faktor  yang  paling  menentukan  dalam  proses  pembelajaran  di kelas  adalah  guru.  Tugas  guru  yang  paling  utama  adalah  Mengajar  dan
mendidik.  Sebagai  pengajar  guru  merupakan  peranan  aktif  medium  antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang
bertujuan  mengajak  umat  Islam  untuk  berbuat  baik.  Di  dalam  Al- Qur’an Ali
Imran ayat 104 Allah berfirman:
 
 
 
 
 
 
 
 
“Dan  hendaklah  di  antara  kamu  segolongan  umat  yang  menyeru kepada
kebaikan,  menyeru  kepada  yang  ma’ruf  dan  mencegah  dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung
.”
68
Guru  agama  tidak  hanya  bertugas  melaksanakan  pendidikan  Agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan
agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan pembinaan kembali terhadap pribadi anak.
Menurut  Slameto  dalam  bukunya  Belajar  dan  Faktor-faktor  yang Mempengaruhinya  menerangkan
bahwa  tugas  guru  adalah  “a  mendidik dengan  titik  berat  memberikan  arah  motivasi  pencapaian  tujuan  baik  jangka
pendek  maupun  jangka  panjang,  b  memberikan  fasilitas  pencapaian  tujuan pengalaman belajar  yang memadai,  c membantu perkembangan aspek-aspek
pribadi seperti sikap, nilai- nilai dan penguasaan diri”.
69
Sedangkan  menurut Heri  Jauhari  Muhtar  dalam  bukunya  “Fiqih
Pendidikan ”, mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:
68
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Toha Putra, 1989, h.
93
69
Slameto,  Belajar  dan  Faktor-faktor    yang  Memengaruhinya,  Jakarta:  Rineka  Cipta 2003, Cet. Ke-4, h.97.
42
1 Mujaddid,  yaitu  sebagai  pembaharu  ilmu,  baik  dalam  teori  maupun
praktek, sesuai dengan syariat Islam; 2
Mujtahid yaitu sebagai pemikir yang ulung; dan 3
Mujahid yaitu sebagai pejuang kebenaran.
70
Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya: a.
Tugas Propesional Tugas  profesianal  yaitu  tugas  yang  berkenaan  dengan  profesi  tugas  guru,
yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan  mengembangkan  nilai-nilai  hidup.  Lebih  lanjut  ia  menjelaskan  mengajar
berarti  meneruskan  dan  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi. Sedangkan  melatih  berarti  mengembangkan  keterampilan-keterampilan  pada
siswa,  dalam  hal  ini  guru  berprofesi  untuk  dapat  melaksanakan  tugasnya dengan  baik  maka  seorang  guru  hendaknya  memahami  segala  aspek  pribadi
anak  didiknya,  baik  segi  jasmani  maupun  segi  rohani.  Guru  hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik.
71
Di  samping  memahami  siswa,  guru  juga  harus  mengenal  dan  memahami dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti
frustasi  dan  ketidakmampuan  menyesuaikan  dirinya,  sehingga  ia  dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Tugas Kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi  idola  para  siswaanya.  Pelajaran  apapun  yang  diberikan,  hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan  dapat  menanamkan  benih  pengjarannya  itu  kepada  para  siswanya.  Para
siswa  enggan  menghadapi  guru  yang  tidak  menarik  rapih.  Pelajaran  tidak dapat  diserap  sehingga  setiap  lapisan  masyarakat  dapat  mengerti  bila
menghadapi guru.Pelajaran tidak dapat serap sehingga c.
Tugas Kemasyarakatan Masyarakat  menempatkan  guru  pada  tempat  yang  lebih  terhormmat  di
lingkungannya  karena  dari  seorang  guru  diharapkan  masyarakat  dapat memperoleh  pengetahuan.  Ini  berarti  bahwa  guru  berkewajiban  untuk
mencerdaskan  kemajuan  masyarakat  dan  bangsa  ini,  dengan  kata  lain  bahwa guru  berkewajiban  mencerdaskan  bangsa  menuju  pembentukan  manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.
72
70
Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet ke-I, h. 155
71
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional … h. 6
72
Ibid…h. 6-7
43
Adapun  menurut  Abu  Ahmad,  tugas  professional  guru  agama  adalah sebagai berikut:
1. Guru  harus  dapat  menetapkan  dan  merumuskan  tujuan  instruksional  dan
target yan hendak dicapai. 2.
Guru  agama  harus  memilik  pengetahuan  yang  cukup  mengenai  berbagai metode mengunakan dalam situasi yang sesuai.
3. Guru  agama  harus  dapat  memilih  bahan  dan  mempergunakan  alat-alat
pembantu  dan  menciptakan  kegiatan  yang  dilakukan  anak  didik  dalam pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.
4. Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai
dengan  target  dan  situasi  yang  khusus.  Adapun  yang  dinilai  adalah  apa yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.
73
Dari  beberapa  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  walaupun  pada  dasarnya tugas pokok guru ada dua, yaitu medidik dan mengajar siswa di sekolah, tetapi
untuk  menciptakan pengajaran dan pendidikan  yang lebih  baik,  seorang  guru dituntut  untuk  professional  dalam  tugasnya  seperti  menciptakan  suasana
pendidikan  yang  bermakna,  menyenangkan,  kreatif,  dinamis  serta  memberi teladan  yang  baik  kepada  siswa  maupun  masyarakat  disekitarnya  dan
sebagainya.
d. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an
Kata  peran  atau  role  dalam  kamus  oxford  dictionary  diartikan: Actor’s
part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.
74
Sedangkan Istilah peran dalam Kamus  Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti  pemain  sandiwara  film,  tukang  lawak  pada  permainan  makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
75
Ketika  istilah  peran  digunakan  dalam  lingkungan  pekerjaan,  maka seseorang   yang  diberi  atau  mendapatkan  sesuatu   posisi,  juga  diharapkan
73
Abu Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Bandung: Amrico,1986, h. 100.
74
The New Oxford Illustrated Dictionary,  Oxford University Press, 1982, 1466.
75
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 854
44
menjalankan  perannya  sesuai  dengan  apa  yang  diharapkan  oleh  pekerjaan tersebut.
Begitu pula seorang guru sangat berperan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam  membaca  Al-
Qur’an  atau  proses  pembelajaran  di  sekolah,  dengan adanya  peran  guru  diharapkan  dapat  memberikan  segala  pengajaran  dan
pembinaan  dengan  pendidikan  yang  belum  dapat  dipahami  dan  dimengerti oleh siswa.
Peran yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-
Qur’an di sekolah SMP Islam al-khlas diantaranya yaitu: 1.
Memberikan bimbingan bagaimana cara melafazkan huruf-huruf hijaiyyah dengan benar sesuai dengan makharijul hurufnya.
2. Pembinaan  dalam  membaca  Al-Qur’an,  yaitu  dengan  cara  menerapkan
metode pengajaran sebagai berikut: a
Metode Individu atau Privat Metode ini dilakukan yaitu dengan cara siswa Al-
Ma’arif satu persatu. Al-
Ma’arif  yaitu  suatu  kurikulum  pembelajaran  Al-Qur’an  yang diajarkan di SMP Islam ini. Pembelajaran Al-
Ma’arif memiliki 6 jilid, dengan rincian sebagai berikut:
Jilid I : Siswa belajar mengenal huruf-huruf hijaiyyah
Jilid II :  Mengenal  huruf  sambung  dan  bacaan  panjang  pendek
mad   thabi’i Jilid III   :  Mengenal  huruf panjang pendek dengan 4-5 harakat  mad
wajib, mad jaiz dan sebagainya Jilid IV  : Mengenal hukum nun mati dan mim mati
Jilid V : Mengenal
mad ‘arid lissukun Jilid VI  : Praktek membaca juz
‘amma b
Metode Klasikal Metode  ini  diterapkan  pada  sebagian  waktu  yang  digunakan  guru
untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal, yaitu menjelaskan ilmu  tajwid  dengan  metode  ceramah  dan  mengulang-ngulang  hukum
bacaan tajwid dengan benar.
45
c Penerapan Ilmu Tajwid
Metode  ini  diterapkan  oleh  guru  kepada  siswa  yang  sudah  lancar dalam  membaca  Al-
Qur’an,  yaitu  dengan  cara  siswa  membaca  satu ayat kemudian dijabarkan hukum tajwidnya.
3. Mengevaluasi serta mementoring bacaan siswa
Setiap  jam  pelajaran  Al- Qur’an  siswa  diwajibkan  untuk  membaca  Al-
Ma’arif  satu  per  satu,  kemudian  guru  menilainya  dari  segi  tajwid, makhorijul  huruf  atau  kefasihannya  dan  setiap  siswa  memiliki  lembar
mentoring baca Al- Qur’an yang telah di handle oleh 2 orang guru dalam 1
kelas. 4.
Hafalan Juz „Amma Hafalan  juz  „amma  bertujuan  melatih  siswa  agar  dapat  mengucapkan
makhorijul huruf dan hukum bacaan tajwid dengan benar.
76
76
Abdullah,Guru  pelajaran  Al- Qur’an  SMP  Islam  Al-Ikhlas,  Wawancara,  Jakarta,
24022011.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  SMP  Islam  Al-Ikhlas  Cipete-Jakarta Selatan mulai 24 Februari 2011 sampai dengan  21 Maret 2011
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian  tentang
Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al- Qur’an, penulis
melaksanakan  penelitian  lapangan  dengan  menggunakan  metode “Deskriptif Analisis”.
Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat memperoleh fakta, data dan  informasi  yang  lebih  obyektif  dan  akurat  mengenai  peran  guru  PAI
yang dilakukan dalam mengatasi kesultan membaca Al- Qur’an di sekolah
SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.
C. Populasi dan Sampel
Adapun populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswai SMP Islam Al-Ikhlas, kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 425 orang siswa.
Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII, yang berjumlah  272  orang  siswa.  Dari  populasi  terjangkau  tersebut,  penulis
mengambil sample 15  41 orang.
Selanjutnya dalam
menentukan sample
penelitian, penulis
menggunakan  teknik  Random  Sampling  pengambilan  secara  acak. Penulis  mengambil  berdasarkan  absensi  siswa  dengan  memilih  nomor
yang ganjil siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam  pengumpulan  data,  penulis  menggunakan  empat  teknik penelitian, yaitu:
1. Observasi Pengamatan
Dalam  metode  ini,  penulis  melihat  dan  mengamati  secara  langsung keadaan  sekolah  di  SMP  Islam  Al-Ikhlas  dan  kegiatan  pembelajaran  Al-
Qur’an yang dilaksanakan seminggu satu kali pertemuan 2 jam pelajaran. Observasi  ini  dilakukan  untuk  mendapatkan  data  mengenai  keadaan  dan
kegiatan  pembelajaran  Al- Qur’an  yang  diterapkan  di  SMP  Islam  Al-
Ikhlas. 2.
Wawancara Wawancara  penulis  lakukan  dengan  bentuk  wawancara  terstruktur
dengan  pedoman  wawancara  yang  hanya  memuat  garis  besar  pertanyaan yang  akan  ditanyakan.  Dalam  hal  ini  penulis  melakukan  wawancara
dengan guru Al- Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas berkenaan dengan kesulitan
siswa dalam membaca Al- Qur’an dan beberapa siswa.
3. Angket
Angket  diberikan  kepada  seluruh  responden  penelitian  sebanyak  41 orang siswa. Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket
tertutup atau terstruktur  dengan alternativ jawaban  yang telah disediakan. Teknik  angket  dilakukan  untuk  mendapatkan  data  tentang
“Peran  Guru Pendidikan  Agama  Islam  Dalam  Menghadapi  Kesulitan  Siswa  Membaca
Al- Qur’an”.
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang  diperoleh  melalui  dokumen-dokumen.  Studi  dokumentasi  yang
penulis  lakukan  adlah  dengan  mengumpulkan  data  berupa  profil  sekolah, keadaan  guru,  karyawan,  siswa,  hasil  mentoring  bacaan  siswa  dan  hasil
nilai  raport  mata  pelajaran  Al- Qur’an  siswa  SMP  Islam  Al-Ikhlas.  Nilai
raport  tersebut  penulis  gunakan  untuk  melihat  kemampuan  siswa  dalam pelajaran Al-
Qur’an.
E. Instrumen Penelitian
Instrument  penelitian  adalah  alat  ukur  yang  digunakan  dalam penelitian  sebagai  alat  pengumpulan  data.  Instrument  penelitian  yang
digunakan untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi siswa  dalam  kesulitan  membaca  Al-
Qur’an.  Instrument  yang  digunakan dalam  penelitian    ini  berupa  angket  yang  terdiri  dari  19  butir  soal  untuk
mengukur  peran  guru  pendidikan  agama  islam  dan  16  butir  soal  untuk mengukur kesulitan siswa dalam membaca Al-
Qur’an. Kemudian  instrument  non  tes  dalam  bentuk  wawancara  diperuntukan
kepada guru pendidikan agama Islam yang digunakan untuk mempertajam informasi  mengenai  permasalahan  yang  dihadapi  siswa  dalam  membaca
Al- Qur’an,  dan  upaya  yang  dilakukan  guru  untuk  mengatasi  kesulitan
membaca Al- Qur’an melalui angket.
Tabel I KISI-KISI ANGKET PERAN GURU PAI DALAM MENGATASI
KESULITAN SISWA MEMBACA AL- QUR’AN
Variabel Dimensi
Indikator No. Item
Pertanyaan Jumlah
Item 1.
Kesulitan dalam
membaca Al-
Qur’an
Faktor  yang
mempe- ngaruhi
kemampuan siswa  dalam
membaca Al-
Qur’an 1.1.
Melafalkan huruf-huruf
hijaiyah makharijul
huruf 1.2.
Pengetahuan tentang  ilmu
tajwid
1.3. Kelancaran
membaca Al- Qur’an
1.4. Minat
dan motivasi
dalam membaca Al-
Qur’an 1.
Kemampuan dalam mengucapkan makharijul huruf
1. Pengetahuan  tentang  hukum
bacaan izhar 2.
Pengetahuan  tentang  hukum bacaan ikhfa
3. Pengetahuan  tentang  hukum
bacaan idghom 4.
Pengetahuan  tentang  hukum bacaan iqlab
1. Kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan tenang dan teratur tartil 2.
Senang  membaca  Al-Qur’an setiap hari
3. Senang  mengikuti  pelajaran  Al-
Qur’an 1.
Minat dalam membaca Al-Qur’an 2.
Orang  tua  memberikan  motivasi dan  bimbingan  dalam  belajar
membaca Al- Qur’an
3. Senang
mengulang kembali
pelajaran Al- Qur’an di rumah
27
23-24
25-26
29
28
21
20
33
32 30-31
34 1
2
2
1
1
1
1
1
1 2
1