18
yang  banyak.  Meskipun  demikian,  setiap  pelajar  tidak  boleh  memaksakan diri  untuk  mencapai  ilmu  yang  lebih  tinggi  yang  melewati  kemampuan
dirinya.  Sebab  boleh  jadi  hal  itu  akan  menimbulkan  kebosanan,  bahkan merusak  ilmu  yang  telah  dicapainya.  Dan  hal  ini  tentunya  berbeda-beda,
tergantung keadaan dan kondisi pelajar.
29
Sedangkan  menurut  H.  Ramlan  Mardjoned,  bahwa  seorang  pelajar  Al- Qur’an harus mempunyai adab sebagai berikut:
a Adab terhadap guru
Adab pelajar terhadap guru harus dimulai dengan niat ikhlas untuk belajar dan  menimba  ilmu  dari  gurunya,  agar  mendapatkan  kemudahan  dalam
belajar menulis dan membaca Al- Qur’an untuk diamalkan, yaitu:
- Membaca  Ayat  Al-Qur’an  dengan  tartil,  memahami  pelajaran  yang
diberikan, disiplin menghapal ayat kemudian mengamalkannya; -
Bersikap  sopan  dan  santun  atau  hormat  dengan  akhlakul  karimah terhadap guru yang mengajar,.
- Bersikap  taat,  patuh  dan  hormat  kepada  guru,  dan  senantiasa
bekonsultasi  kepadanya  dalam  hal  pelajaran  dan  memperhatikan nasihatnya;
- Bersikap merendahkan suara, agar jangan suara pelajar lebih keras dari
gurunya. b
Disiplin belajar, sikap disiplin belajar bagi pelajar, yaitu; -
Datang  ke  ruang  belajar  atau  kelas  hendaklah  secara  disiplin,  sesuai dengan waktu belajar yang ditetapkan guru.
- Taat pada peraturan yang telah ditetapkan guru atau sekolah.
c Sikap terhadap sahabat
Di dalam pergaulan antar sesama teman atau kawan belajar di ruang kelas hendaknya;
- Saling  menebarkan  kasih  sayang  untuk  menyambung  silaturrahmi  dan
membina ukhuwah, saling melepaskan senyum tanda persahatan. -
Jangan saling mengejek dan mentertawakan dengan tujuan merendahkan sahabat atau kawan.
- Pelajar  jangan saling melihat ke kiri dan kanan atau kebelakang, dengan
tujuan menggoda teman dan berbincang-bincang.
30
Demikianlah  adab-adab  yang  harus  dilaksanakan  oleh  seorang  pengajar guru dan pelajar agar ilmu yang diperolehnya bermanfaat. Adab yang paling
utama  bagi  pengajar  dan  pelajar  yaitu  niat,  apa  yang  diniatkan  haruslah semata-mata  karena  mencari  keridhoan  Allah  SWT.  Dan  dari  penjelasan  di
29
Ibid...h. 40
30
Ramlan  Mardjoned,    Akhlak  Belajar  dan  Mengajar  Al- Qur’an,  Jakarta:  LPPTKA-
BKPRMI, 1994, Cet ke-I, h. 48-49
19
dalam  adab-adab  ini  juga  mengajak  kita  untuk  saling  menyayangi  sesama manusia hablum minannas.
Dalam rangka menciptakan iklim  yang lebih kondusif dalam interaksi  dan juga  sebagai  pendukung  tercapainya  tujuan  yang  telah  ditetapkan,  maka  bagi
seorang murid harus dapat melaksanakan adab-adab tersebut. Begitu pula bagi seorang  guru  atau  pengajar  diusahakan  agar  dapat  menyikapi  pelajar  dengan
sikap  lembut,  bijaksana  dan  membantunya  dalam  mendapatkan  apa  yang mereka cari dan selalu mendorong mereka untuk lebih giat dalam belajar.
C. Problematika dalam Membaca Al-Qur’an
1. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an
Penyebab  kesulitan  membaca  Al- Qur’an  dalam  bahan  penelitian  yang
dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi oleh siswa  dalam  membaca  Al-
Qur’an.  Pengetahuan  yang  diberikan  kepada  anak didik  melalui  proses  pendidikan  disuatu  lembaga  tidak  mudah  dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang dimaksud, hal ini disebabkan banyaknya perbedaan potensi  yang  dibawa  anak  didik.  Dalam  keadaan  di  mana  anak  didik  atau
siswa  tidak  dapat  belajar  sebagaimana  mestinya,  itulah  yang  disebut  dengan kesulitan  belajar,  kesulitan  dalam  belajar  ini  pula  yang  dapat  mempersulit
siswa dalam belajar membaca Al- Qur’an.
a. Faktor-faktor Kesulitan Membaca Al-Qur’an
Faktor  penyebab  kesulitan  belajar  dalam  membaca  Al- Qur’an  dapat
digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu: 1.
Faktor  Intern  Siswa,  meliputi  gangguan  atau  kekurangmampuan  psiko- fisik siswa, yakni:
a. Yang  bersifat  kognitif  ranah  cipta,  antara  lain  seperti  rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi siswa; b.
Yang  bersifat  afektif  ranah  rasa,  antara  lain  seperti  labilnya  emosi dan sikap;
20
c. Yang bersifat psikomotorik ranah rasa, antara lain terganngunya alat-
alat indera penglihat dan pendengar. 2.
Faktor  Ekstern  Siswa,  melputi  semua  situasi  dan  kondisi  lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar. Faktor ini dapat dibagi tiga
macam: a.
Lingkungan  keluarga,  contohnya:  ketidakharmonisan  hubungan  ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan
perkampunganmasyarakat, contohnya:
wilayah perkampungan  kumuh  slum  area,  dan  teman  sepermainan  yang
nakal. c.
Lingkungan  sekolah,  contohnya:  kondisi  letak  gedung  sekitar  yang buruk seperti pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
31
Dalam diri siswa memiliki intelegensi yang berbeda-beda untuk menerima suatu pelajaran. Siswa  yang memiliki intelegensi  yang rendah akan menemui
kesulitan  dalam  menerima  pelajaran,  yang  demikian  dapat  menyebabkan kesulitan  dalam  belajar.  Dalam  membaca  Al-
Qur’an,  alat  indera  yang memegang  peranan  penting  adalah  lisan  alat  ucapan,  mata  alat  lihat,  dan
telinga  alat  dengar.  Jika  alat  indera  ini  berfungsi  kurang  baik,  maka  hal  ini akan  menjadikan  hambatan  dan  kesulitan  bagi  anak  untuk  menerima
pengajaran dengan baik dan sempurna. Keluarga  merupakan  pusat  pendidikan  yang  utama  dan  pertama.  Tetapi
dapat  juga  sebagai  faktor  penyebab  kesulitan  dalam  belajar.  Yang  termasuk dalam  faktor  ini  adalah  orang  tua.  Orang  tua  yang  kurang  memperhatikan
pendidikan  anaknya  dalam  belajar  agama  khususnya  belajar  membaca  Al- Qur’an, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya dalam membaca Al-
Qur’an, akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk membaca Al-Qur’an.
Begitu  pula  bagi  seorang  guru  dapat  menjadi  faktor  kesulitan  dalam belajar membaca Al-
Qur’an, apabila:
31
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1995, Cet Ke-1, h. 173
21
a Guru  tidak  kualified  dalam  pengambilan  metode  yang  digunakan  dalam
belajar  membaca  Al- Qur’an.  Sehingga  cara  menerangkan  kurang  jelas,
sukar dimengerti oleh murid-muridnya. b
Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: kasar, suka
marah,  tak  pernah  senyum,  tak  pandai  menerangkan,  menjengkelkan, tinggi hati tak adil dan lain-lain.
c Metode  mengajar  guru  yang  dapat  menimbulkan  kesulitan  siswa  dalam
belajar Al- Qur’an, antara lain:
1. Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang
memungkinkan semua alat inderanya berfungsi. 2.
Metode  belajar  yang  menyebabkan  murid  pasif,  sehingga  anak  tidak ada aktifitas.
3. Metode  mengajar  tidak  menarik,  kemungkinan  materinya  tinggi  atau
tidak menguasai bahan. 4.
Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak variasi. Hal ini menunjukkan  metode  guru  yang  sempit,  tidak  mempunyai  kecakapan
diskusi,  tanya  jawab,  eksperimen,  sehingga  menimbulkan  aktivitas murid dan suasana menjadi hidup.
32
Sedangkan  menurut  Prof.  Dr.  Jalaluddin,  kesulitan  membaca  Al- Qur’an
memiliki empat faktor, diantaranya sebagai berikut: 1.
Orientasi Cara Berfikir Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi pemikiran orang. Kemajuan
teknologi  dengan  segala  hasil  yang  disumbangkan  bagi  hidup  manusia, dapat  mengalihkan  perhatian  untuk  hidup  lebih  erat  kepada  alam
kebendaan.  Hal  ini  mendorong  mereka  untuk  menuntu  ilmu  yang diperkiranakan  dapat  membantu  kea  rah  pemikiran  praktis  dan  dapat
menunjang  prestise  kehidupan  duniawi.  Maka  tidak  heran  kalau pengetahuan  tentang  Al-
Qur’an  dan  cara  membacanya  kalah  bersaing dengan kepentingan hidup yang lain hingga hampir diabaikan.
2. Kesempatan dan tenaga
Arah  berpikir  yang  material  telah  mendudukkan  status  wajib  belajar  Al- Qur’an  ke  proporsi  yang  lebih  kecil.  Pengaruh  ini  telah  menimbulkan
gejala  baru,  yaitu  belajar  Al- Qur’an  secara  sambilan.  Akibatnya  terjadi
kelangkaan  penyediaan  kesempatan  dan  kelangkaan  tenaga.  Waktu  yang digunakan  untuk  belajar  Al-
Qur’an  lebih  sedikit  dibandingkan  dengan waktu yang digunakan untuk menuntut pengetahuan lain. Akhirnya tenaga
pengajar  yang  tersedia  tidak  sempat  berkembang  seimbang  dengan kebutuhan.
3. Metode
32
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991 h. 84-85
22
Perkembangan  teknologi  telah  merubah  kecenderungan  masyarakat  untuk menuntut  pengetahuan  secara  lebih  mudah  dan  lebih  cepat.,  yaitu  dengan
memanfaatkan  jasa  teknologi  untuk  media  pendidikan  baik  media-visual, audio-visual atau komputer dengan cara yang semakin tepat guna.
Khusus  untuk  pendidikan  Al-
Qur’an  cara  ini  masih  langka  dan  mahal. Metode  lama  dengan  beberapa  seginya  mungkin  sudah  kurang  serasi
dengan  keinginan  yang  tepat  guna  ini.  Akibatnya  metode  yang  demikian berangsur kurang diminati. Akhirnya minat untuk mempelajari Al-
Qur’an kian menyurut.
4. Aksara
Kitab  suci  Al- Qur’an  ditulis  dengan  aksara  dan  bahasa  Arab.  Factor  ini
menyulitkan  bagi  mereka  yang  berpendidikan  non  pesantrenmadrasah karena  pengetahuan  itu  tidak  dikembangkan  secara  khusus  di  sekolah
umum.  Akibatnya  pelajar  yang  berpendidikan  umum  sebagian  besar  buta aksara Kitab Sucinya.
33
Faktor-faktor  di  atas  menurut  Prof.  Dr.  Jalaluddin  banyak  mempengaruhi kecenderungan  yang  menimbulkan  sikap  masa  bodoh  dan  anggapan  siswa
bahwa belajar Al- Qur’an sulit.
b. Kesulitan-kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an
Dalam  membaca  Al- Qur’an terdapat metode belajar yang sangat variatif,
karena belajar Al- Qur’an bukan hanya sekedar mengenalkan huruf-huruf Arab
beserta syakal yang menyertainya, akan tetapi harus juga mengenalkan segala aspek  yang  terkait  dengannya  seperti,  makharijul  huruf,  ilmu  tajwid  dan
bagian-bagiannya.  Dengan  demikian,  Al- Qur’an  dapat  dibaca  sebagaimana
mestinya.  Hal  inilah  yang  sering  dianggap  sulit  oleh  siswa  untuk  memahami cara belajar membaca Al-
Qur’an agar lebih baik. Macam-macam  kesulitan  yang  sering  kita  jumpai  dalam  membaca  Al-
Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Melafalkan Huruf-huruf Hijaiyah Makharijul Huruf Mengenal  huruf  hijaiyah  adalah  langkah  awal  bagi  siapa  saja  sebelum
membaca  Al- Qur’an dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena
33
Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, h. 6-7