Identifikasi Bakteri pada Susu Sapi Segar

Gambar 4.3. Gambar A merupakan uji penegas salah satu sampel sebelum diinkubasi selama 48 jam, sedangkan gambar B setelah diinkubasi selama 48 jam dengan beberapa tabung menunjukkan hasil positif bakteri koliform. Hasil pada uji penegasan sampel susu segar ini juga menunjukkan hasil yang sama positifnya pada uji penduga sebelumnya. Dengan demikian, untuk menarik hasil interpretasi MPN dari jumlah koliform pada tiap sampel dapat menggunakan tabel MPN berdasar kombinasi tabung BGLB yang postif. Jumlah koliform pada lima sampel tersebut melebihi batas maksimum SNI 7388-2009 yaitu 2 x 10 1 MPNml. Sampel D menunjukkan jumlah koliform terbanyak dan sampel C menunjukkan jumlah koliform terkecil karena jumlah sapi yang ada di peternakan C lebih sedikit, sedangkan jumlah sapi yang ada di peternakan D lebih banyak sehingga mempengaruhi keadaan kebersihan peternakan sapi perah tersebut. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eulis dkk. 2003 pada susu sapi segar di TPS Tempat Pengumpul Susu Cimanggung, jumlah koliform pada sepuluh sampel yang dilakukan uji penegasan dengan media BGLB masih di bawah batas maksimum mikroba SNI tahun 2000 yaitu sebesar 2 x 10 1 MPNml dengan kisaran 7,317 hingga 13,567 MPNml. 28 Dua penelitian ini memberikan hasil yang berbeda pada tempat yang berbeda karena perbedaan penanganan saat pemerahan dan pengangkutan, serta perbedaan penerapan sanitasi. Setelah itu dilakukan uji pelengkap dengan mengisolasi bakteri pada media Eosin Methylene Blue Agar EMBA. Hasil menunjukkan tumbuhnya bakteri Escherichia coli dengan koloni yang berwarna kilap logam atau hijau metalik pada media EMBA, yang dapat dilihat pada gambar 4.4 gambar A. Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji pelengkap seluruh sampel susu sapi segar. Gambar 4.4 Hasil dari uji pelengkap pada sampel yang berbeda-beda. Pada gambar A, media EMBA menunjukkan gambaran koloni Escherichia coli berupa kilap logam atau hijau metalik. Berbeda dengan gambar B dan C. Berdasarkan tabel 4.3, empat dari lima sampel menunjukkan adanya bakteri Escherichia coli walaupun persebaran dan besarnya koloni yang terlihat pada tiap sampel berbeda-beda. Pada sampel B dari pengenceran 10 -1 hingga 10 -3 tidak terdapat gambaran koloni Escherichia coli. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eulis dkk. 2003 pada sampel susu segar TPS Cimanggung, media EMBA menunjukkan gambaran bakteri koliform non-fekal yang membuat hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian pada sampel susu segar ini karena susu pada TPS Cimanggung tidak tercemar oleh feses sapi. 28 Tabel 4.3 Hasil Uji Pelengkap Pada Sampel Susu Segar No. Nama Sampel Gambaran Koloni Inte rpretasi Bakte ri 1. A1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Enterobacter aerogenes E. cloaceae 2. Escherichia coli 2. A2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid kecil, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Enterobacter aerogenes E. cloaceae 2. Escherichia coli 3. A3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Enterobacter aerogenes E. cloaceae 2. Escherichia coli 4. B1 Koloni berwarna pink mukoid, dan produksi asam Enterobacter aerogenes E. Cloaceae 5. B2 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam Enterobacter aerogenes E. Cloaceae 6. B3 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam Enterobacter aerogenes E. Cloaceae 7. C1 Koloni berwarna pink, koloni mukoid, dan produksi asam Enterobacter aerogenes E. Cloaceae 8. C2 Koloni berwarna pink, koloni mukoid, dan produksi asam Enterobacter aerogenes E. Cloaceae 9. C3 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli 10. D1 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli 11. D2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Enterobacter aerogenes E. cloaceae 2. Escherichia coli 12. D3 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli 13. E1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Klebsiella pneumoniae K. oxytoca 2. Escherichia coli 14. E2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Klebsiella pneumoniae K. oxytoca 2. Escherichia coli 15. E3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam 1. Klebsiella pneumoniae K. oxytoca 2. Escherichia coli Kemudian dilakukan pewarnaan Gram dari media EMBA masing-masing sampel untuk mengetahui sifat bakteri tersebut. Hasil pewarnaan Gram pada seluruh sampel yaitu Gram negatif seperti yang tercantum pada tabel 4.4 dan gambar 4.5. Salah satu bakteri yang bersifat Gram negatif adalah bakteri koliform, yang ditemukan pada sampel susu segar ini. Bakteri koliform merupakan bakteri yang tidak memiliki lapisan peptidoglikan dan bagian terluar dari dinding sel ini adalah lipopolisakarida sehingga kristal karbon ungu yang digunakan sebagai primary stain pada proses pewarnaan Gram akan hilang ketika proses melunturkan warna dengan alkohol. Warna yang terikat oleh dinding sel pun menjadi merah karena yang terikat adalah safranin sebagai secondary stain. Gambar 4.5 Pewarnaan Gram dari koloni media EMBA sampel menunjukkan gambaran bentuk batang pendek bentuk bakteri Enterobacteriaceae. Tabel 4.4 Hasil Pewarnaan Gram Pada Sampel Susu Segar No. Nama Sampel Gambar an Koloni 1. A1 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 2. A2 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 3. A3 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 4. B1 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 5. B2 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 6. B3 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 7. C1 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 8. C2 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 9. C3 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 10. D1 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 11. D2 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 12. D3 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 13. E1 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 14. E2 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol 15. E3 Batang pendek, berwarna merah, soliter ataupun bergerombol Selanjutnya dilakukan uji biokimia IMViC dan uji fermentasi karbohidrat. Hasil dari kedua uji biokimia tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5, tabel 4.6, gambar 4.6, dan gambar 4.7. Gambar 4.6 Uji IMViC pada salah satu sampel sebelum diinkubasi A dan hasilnya setelah diinkubasi B Tabel 4.5 Hasil Uji IMViC pada Sampel Susu Segar No. Nama Sampel Indol MR VP Sitrat Inte rpretasi Suspek Bakte ri 1. A1 +m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. cloacae 2. A2 +m + ̶ ̶ Escherichia coli 3. A3 + + ̶ ̶ Escherichia coli 4. B1 -m ̶ ̶ + Enterobacter aerogenes E. cloacae 5. B2 -m ̶ ̶ + Enterobacter aerogenes E. cloacae 6. B3 -m ̶ ̶ + Enterobacter aerogenes E. cloacae 7. C1 +m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. cloacae 8. C2 -m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. Cloacae 9. C3 + + ̶ ̶ Escherichia coli 10. D1 +m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. cloacae 11. D2 +m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. cloacae 12. D3 +m ̶ ̶ + Escherichia coli Enterobacter aerogenes E. cloacae 13. E1 + ̶ ̶ + Escherichia coli Klebsiella ozonae K. Pneumoniae 14. E2 + ̶ ̶ + Escherichia coli Klebsiella ozonae K. Pneumoniae 15. E3 + ̶ ̶ + Escherichia coli Klebsiella ozonae K. Pneumoniae Catam: Pada kolom indol, tanda +m berarti hasil indol dan motil positif, tanda –m berarti hasil indol negatif dengan motil positif, tanda +- hasil indol positif atau negatif dengan motil negatif Berdasarkan hasil uji IMViC pada tabel 4.5, hasil yang menunjukkan bakteri Escherichia coli yaitu pada kelompok sampel A, C, D, dan E. Pada saat dilakukan uji ini bakteri yang terambil bukan koloni Escherichia coli saja tetapi bakteri yang masih tercampur dengan bakteri koliform lainnya, maka hasil uji IMViC ini tidak spesifik Escherichia coli. Gambar 4.7 Pada gambar A merupakan uji fermentasi karbohidrat yang belum diinokulasikan bakteri dari EMBA, sedangkan gambar B setelah diinokulasi bakteri dan diinkubasi dengan hasil positif. Tabel 4.6 Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat pada Sampel Susu Segar No. Nama Sampel Glu Lak Mal Man Suk Inte rpretasi Suspek Bakte ri 1. A1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 2. A2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 3. A3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 4. B1 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 5. B2 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 6. B3 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 7. C1 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 8. C2 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 9. C3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 10. D1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 11. D2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 12. D3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 13. E1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 14. E2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 15. E3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli Catam: Glu = Glukosa; Lak = Laktosa; Mal = Maltosa; Man = Manitol; Suk = Sukrosa. +gas berarti bakteri dapat memfermentasi karbohidrat tersebut dan menghasilkan gas Hasil uji fermentasi karbohidrat dari 5 sampel menunjukkan hasil fermentasi glukosa, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa positif disertai gas, yang merupakan ciri dari bakteri Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes Enterobacter cloaceae. Untuk mengetahui hasil uji lebih lengkap maka dibuat tabel pada masing- masing kelompok sampel dan dilakukan penggabungan interpretasi dari hasil uji MPN, uji IMViC, dan uji fermentasi karbohidrat yang terdapat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Interpretasi Bakteri Berdasarkan Hasil Uji MPN, IMViC, dan Fermentasi Karbohidrat No. Nama Sampel Uji MPN tahapan Uji Pelengkap Gambaran Koloni IMViC Uji Fermentasi Karbohidrat Interpretasi Bakteri I MR VP C Glu Lak Mal Man Suk 1. A1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m + ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 2. A2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid kecil, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m + ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 3. A3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam + + ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 4. B1 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit produksi asam -m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes E. cloaceae 5. B2 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam -m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas E. aerogenes E. cloaceae 6. B3 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam -m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas E. aerogenes E. cloaceae 7. C1 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit produksi asam + ̶ ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas E. aerogenes E. cloaceae 8. C2 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit produksi asam -m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas E. aerogenes E. cloaceae Sambungan Tabel 4.7 9. C3 Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 10. D1 Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 11. D2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 12. D3 Koloni berwarna hitam dengan kilat logam +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 13. E1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 14. E2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli 15. E3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni kecil mukoid, dan produksi asam 2. Koloni berwarna hitam dengan kilat logam + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli Berdasarkan tabel 4.7, dari lima sampel susu segar yang mengandung bakteri koliform terdapat empat sampel susu segar yang mengandung bakteri Escherichia coli sehingga bertentangan dengan SNI 7388-2009, yaitu dalam susu segar tidak boleh ada bakteri E. coli 3 MPNml, baik yang akan diproses lebih lanjut ataupun dikonsumsi langsung. Sedangkan satu sampel yang tidak mengandung E. coli adalah sampel B tetapi terdapat bakteri koliform lain dengan jumlah banyak 1100 MPNml, yang juga bertentangan dengan batas maksimum cemaran mikroba SNI 2009. Dengan demikian, lima sampel susu segar yang diujikan tidak ada yang layak untuk dikonsumsi. Faktor-faktor yang menyebabkan empat sampel pada penelitian ini mengandung E. coli disebabkan sanitasi peternakan yang buruk karena kandang sapi yang sempit dan terpencil di antara rumah warga yang menyebabkan tempat pembuangan feses sapi tidak terlalu jauh dari kandang sapi, air di peternakan tersebut sudah tercemar E.coli, peralatan bekas pakai pemerahan hanya dicuci dengan air yang belum tercemar ataupun sudah tercemar E. coli, payudara sapi hanya dicuci dengan air dari keran sehingga kemungkinan besar bakteri dari feses ataupun kolon sapi masih menempel di payudara, sehingga susu yang diperah terkontaminasi dengan E. coli. Selain itu, bisa disebabkan oleh higienis pemerah yang tidak dijaga seperti memakai baju khusus saat pemerahan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memerah, dari sapi yang satu ke sapi yang lain karena biasanya pemerah lebih sedikit daripada sapinya dalam satu peternakan. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngadiani dan Herlin S. 2003 yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara adanya bakteri dengan sanitasi kandang sapi dan higienis pemerah. 25 Selain itu penelitian uji cemaran mikroba yang dilakukan Ratu dengan swab tangan pada pemerah di dua peternakan sapi perah di Bogor, salah satu sampel dari peternakan sapi perah positif mengandung koliform dan E. coli O 157 :H 7 . 29 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anni K. dan Tanti A. 2013, pada 34 sampel susu segar yang diambil dari sentra peternakan sapi perah di Bogor, sampel yang mengandung koliform lebih dari batas maksimum SNI adalah 33 sampel, dan 14 sampel mengandung E. coli melebihi batas maksimum SNI. 27 Penelitian ini juga dilakukan oleh Ratu dkk. 2003 pada susu segar yang diambil dari PSP Peternakan Sapi Perah di Kukusan dan Batutulis, Bogor, ternyata 11 dari 16 sampel tersebut terdapat koliform dan E. coli melebihi batas maksimum SNI. 29 Kedua penelitian terdahulu tersebut memberikan hasil yang sama walaupun di tempat dan waktu yang berbeda karena susu sapi segar yang diujikan sama-sama sudah tercemar dengan feses sapi ataupun manusia ketika proses pemerahan susu sapi, akibat sanitasi kandang sapi dan pemerah yang tidak terjaga dengan baik.

4.2 Identifikasi Bakteri pada Susu Sapi Cair UHT Ultra High Temperature

Kemasan Langkah pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel susu UHT di warung, minimarket, ataupun supermarket yang ada di sekitar kecamatan Mampang Prapatan secara acak. Dari toko-toko tersebut, didapatkan lima merk susu sapi cair kemasan UHT rasa fullcream. Sampel-sampel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium Mikrobiologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah tidak lebih dari 24 jam. Pengujian isolasi bakteri dari susu sapi cair UHT kemasan dilakukan dengan uji MPN, tahap pertama sampel harus melewati uji penduga terlebih dahulu. Lima sampel susu UHT disiapkan kemudian diencerkan sebanyak tiga kali dengan Buffer Pepton Water BPW hingga menjadi larutan 10 -3 . Kemudian masing-masing larutan diisolasi pada Lactose Broth LB dan diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35 ᵒC ± 0,5ᵒC selama 24 jam ± 2 jam. Hasil dari isolasi tersebut terlihat pada tabel 4.8 dan gambar 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Sapi Cair Kemasan UHT No. Nama Sampel LB 10 -1 LB 10 -2 LB 10 -3 Inte rpretasi MPN 1. UHT 1 3.6 MPNml 2. UHT 2 3.6 MPNml 3. UHT 3 3.6 MPNml 4. UHT 4 3.6 MPNml 5. UHT 5 3.6 MPNml Gambar 4.8 Pada gambar A merupakan contoh salah satu sampel UHT dan pengencerannya. Sedangkan gambar B adalah hasil dari uji penduga sampel UHT tersebut yang menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan SNI 2897-2008 tentang metode pengujian cemaran mikroba dalam susu, karena tidak ditemukan tabung LB yang positif maka tidak diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu uji penegasan, uji pelengkap, dan uji biokimia. Hasil uji penduga pada susu sampel UHT dari tabel 4.8 sudah sesuai dengan SNI 01-6366-2000 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada susu sapi UHT, yaitu koliform harus berjumlah 3 MPNml. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamida Abid dkk. terhadap susu UHT kemasan bermerek di Pakistan, tidak ditemukan koliform dengan uji MPN maupun bakteri Escherichia coli pada empat merek susu UHT di Pakistan. Pada penelitian ini pun juga tidak ditemukan koliform dengan uji MPN pada kelima merek susu UHT Indonesia yang dijual di sekitar kecamatan Mampang Prapatan. Untuk memiliki hasil yang lebih meyakinkan, pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengulangan uji MPN pada tiap sampel. Susu UHT merupakan susu dengan teknik pemanasan suhu tinggi sehingga sangat memungkinkan membuat bakteri yang ada di dalam susu tersebut mati. Hasil pada penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan peneliti bahwa uji penduga pada sampel susu UHT tidak menunjukkan tabung yang positif pada pengenceran terendah 10 -1 hingga tertinggi 10 -3 . Baik sampel maupun alat dan bahan yang digunakan pada uji ini juga tidak terkontaminasi bakteri dari luar karena sudah dilakukan pensterilisasi alat dan semua langkah pengisolasian sampel ke dalam cairan Lactose Broth dilakukan di dalam laminar air flow, seperti pada gambar 4.9. Gambar 4.9 Gambar A menunjukkan gambar saat proses sterilisasi alat dan bahan dengan menggunakan autoclave, sedangkan gambar B adalah laminar air flow yang digunakan selama proses uji.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pada saat sebelum pengambilan sampel, pencarian data mengenai jumlah peternak sapi perah di Kecamatan Mampang Prapatan sangat susah sekali. Melalui browsing dengan mesin pencari tidak ditemukan data yang diinginkan. Data ini seharusnya ada pada KOPERDA Koperasi Daerah DKI Jakarta yang berada di Poltangan, Jakarta Selatan, namun karena peneliti masih aktif kuliah sangat susah mencari waktu yang tepat saat hari kerja untuk mengambil data. Saat sudah ke KOPERDA, kepala koperasi yang ditemui peneliti hanya memberikan data secara lisan dengan seingat beliau saja. Peneliti juga sudah ke GKSI Gabungan Koperasi Susu Indonesia DKI Jakarta, namun kegiatan koperasi ini sudah berhenti dan diserahkan ke KOPERDA. Pembina GKSI ini mengaku hanya mempunyai data peternak sapi perah dalam skala provinsi saja, bukan kecamatan. Saat peneliti survei ke tempat pengambilan sampel sangat susah sekali menemukan peternakan sapi perah karena tidak ada petunjuk berupa papan nama mengenai peternakan ini, kecuali pada dua peternakan yang ditemui peneliti. Peternakan sapi perah di daerah ini juga terpencil di antara rumah warga. Selain itu, saat pengambilan sampel susu sapi waktunya adalah pasca lebaran, sehingga beberapa peternakan menolak menjual susu sapi perah karena mengaku produksi susu sedang tidak efektif. Dengan demikian akhirnya peneliti memilih untuk mengambil sampel dengan cara purposive sampling. Uji MPN E. coli seharusnya menggunakan Escherichia coli Broth EB pada tahap uji penegasan setelah didapatkan tabung positif pada uji penduga, namun peneliti tetap menggunakan BGLB karena EB sangat susah dicari, bahkan laboratorium mikrobiologi FK UI mengaku tidak memakai EB untuk uji MPN. Maka dari itu, peneliti menegakkan jumlah koliform suatu sampel merupakan jumlah E. coli setelah dikonfirmasi dengan uji biokimia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Anni Kusumaningsih dan Tati Ariyanti 2013 dari Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji pelengkap, uji IMViC, dan uji fermentasi karbohidrat pada masing-masing pengenceran sampel sehingga jumlah yang diuji terlihat banyak. Dengan keterbatasan waktu, biaya, alat, dan