Pengukuran Citra Merek Kajian Teori
c. Uniqueness of Brand Associations Untuk dapat bertahan di pasaran, merek haruslah memiliki
keunikannya sendiri, sehingga konsumen memiliki alasan yang menarik untuk membeli produk atau jasa. Pemasar dapat membuat diferensisasi
yang unik secara eksplisit melalui perbandingan langsung dengan pesaing. Atau secara implisit dengan menyorot merek tersebut. Keunikan merek
dapat berupa nilai lebih dan ciri khas yang dimiliki merek dan pesaing tidak miliki. Keunikan yang dimiliki merek menjadi sangat pentingbagi
merek untuk membedakan diri dari pesaing dan membatasi ruang lingkup persaingan dengan pesaing.
Keunikan asosiasi merek bergantung pada dua faktor, yakni titik perbedaan asosiasi dan titik persamaan asosiasi. Titik perbedaan asosiasi
point of differences associations adalah atribut dan mafaat yang konsumen asosiasikan dengan merek, mengevaluasinya secara positif dan
mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan hal yang sama dengan merek pesaing. Sedangkan titik persamaan asosiasi point of parity
associations adalah sejauh mana asosiasi merek memiliki kesamaan dan tidak perlu memiliki keunikan jika dibandingkan dengan merek pesaing.
1 Point of Differences PODs Associations Untuk membuat titik perbedaan pada asosiasi merek membutuhkan
dua hal, yakni rencana penjualan yang unik unique selling proposition dan keunggulan dalam bersaing sustanaible competitive advantages.
23
Unique selling proposition atau rencana penjualan yang unik adalah keadaan dimana iklan harus memberikan alasan yang menarik yang
pesaing tidak dapat menyamainya dengan tujuan agar konsumen membeli produk atau menggunakan jasa merek. Iklan ini didesain untuk
mengomunikasikan kekhasan produk dan manfaat produk yang unik kepada konsumen. Sedangkan sustanaible competitive advantages atau
keunggulan bersaing yang berkelanjutan adalah kemampuan dalam
23
Ibid., p. 107-109.
menyampaikan keunggulan merek dalam pasar untuk jangka waktu yang lama.
2 Point of Parity POPs Association Titik persamaan asosiasi memiliki dua tipe, yakni titik persamaan
kategori merek category points of parity dan titik persamaan kompetitif merek competitive points of parity.
24
Category points of parity atau titik persamaan kategori mewakili kondisi yang diperlukan bagi pilihan merek. Merek paling tidak
memiliki produk pada level produk umum generic product dan kemungkinan besar pada level produk yang diharapkan expected
product. Kategori titik persamaan dapat berubah dari waktu ke waktu karena kemajuan teknologi, perkembangan hukum, dan tren konsumen.
Jadi, sangat memungkinkan bagi suatu merek untuk memperluas produk dengan menggunakan satu nama merek.
Competitive points of parity atau titik persamaan kompetitif adalah asosiasi yang didesain untuk meniadakan titik perbedaan dengan
pesaing. Merek haruslah dalam posisi yang kuat dan tidak terkalahkan agar mampu bersaing dengan merek lainnya.
Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa untuk menciptakan citra merek yang positif maka pemasar harus menghubungkan merek ke
dalam memori konsumen melalui asosiasi yang kuat, menguntungkan dan unik. Dengan kata lain, untuk mengukur citra merek maka kekuatan,
keuntungan dan keunikan asosiasi merek adalah dimensi dari citra merek. Melalui dimensi ini, maka peneliti dapat mengetahui citra merek melalui
persepsi konsumen tentang merek. Menurut Aaker, citra merek sangatlah bergantung dengan identitas merk
yang dibangun oleh perusahaan. Identitas merek dapat diukur melalui persepsi yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, yakni merek sebagai
produk brand as product, merek sebagai organisasi brand as organization,
24
Ibid., p. 109-110.
merek sebagai pribadi brand as person, dan proposisi nilai value proposition.
25
a. Brand as Product Konsumen memandang merek adalah sebuah produk berupa barang
ataupun jasa, oleh karena itu diperlukan asosiasi yang terkait dengan produk product related association. Terdapat beberapa aspek yang
terkait dengan produk, di antaranya adalah ruang lingkup produk the product scope, fungsi produk product functions, kualitaskinerja
qualityperformance, penggunaan uses, pengguna users dan negara asal country of origin.
Pertama, aspek ruang lingkup produk product scope adalah kelas atau kelompok yang akan dikaitkan dengan merek. Misalnya, ketika
konsumen mendengar
nama Al-Azhar
maka konsumen
akan mengaitkannya dengan sekolah swasta Islam, Santa Ursula dengan sekolah
Katolik, dan seterusnya. Atau ketika konsumen diminta untuk menyebutkan nama sekolah swasta Islam, maka konsumen akan
menyebutkan Al-Azhar. Kedua, aspek fungsi produk product function adalah sejauh mana
produk dapat memberikan manfaat baik fungsional maupun emosional kepada konsumen. Konsumen akan berpikir bahwa produk ini baik ketika
kebutuhan mereka dapat terpenuhi oleh produk. Misalnya, sejauh mana sekolah Al-Azhar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak baik
pendidikan agama dan pendidikan secara umum. Ketiga, aspek kualitaskinerja qualityperformances adalah seberapa
baik dan seberapa konsistennya manfaat fungsional dan emosional disediakan oleh merek. Merek akan dianggap baik jika mampu memenuhi
kebutuhan konsumen secara konsisten dan memuaskan konsumen sehingga merasa senang dengan merek, maka merek telah dianggap
memiliki kualitas atau kinerja yang baik.
25
Kai Yang, Voice of the Customer: Capture and Analysis, New York: McGraw Hill, 2008, p. 264-272.
Keempat, aspek penggunaan uses adalah penggunaan tertentu atau aplikasi yang terkait dengan merek. Contoh seperti Al-Azhar, sekolah
spesialis untuk membentuk akhlak siswa namun tidak mengesampingkan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Jadi aspek penggunaan ini adalah
spesialisasi yang ingin dibentuk merek sebagai identitas merek. Kelima, aspek pengguna users adalah tipe konsumen yang
ditargetkan oleh merek tertentu. Misalnya, sekolah Al-Azhar yang memiliki target konsumen yakni untuk orang tua muslim yang ingin
menyekolahkan anaknya. Aspek pengguna sangat penting mengingat adanya spesialisasi merek, sehingga merek harus memiliki target
konsumen dan pasar yang tepat sesuai dengan identitas merek mereka. Keenam, aspek negara asal country of origin adalah usaha untuk
mengaitkan merek dengan negara asalnya. Dengan mengaitkan negara asal, maka kredibilitas merek akan bertambah. Aspek ini akan sangat
bergantung pada reputasi negara itu sendiri, misalnya sekolah-sekolah swasta yang memiliki kerjasama dengan negara-negara asal Eropa akan
dinilai lebih kredibel dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta yang memiliki kerjasama dengan negara-negara asal Asia, terutama Asia
Tenggara. Hal ini sangat berkaitan erat dengan status negara Eropa yang dikenal sebagai negara maju, sedangkan negara Asia khusunya Asia
Tenggara adalah negara berkembang. b. Brand as Organization
Merek sebagai organisasi terdiri dari atribut merek yang menampilkan organisasi yang memproduksi merek, baik bertentangan dengan produk
atau layanan yang terkait dengan merek product related attributes maupun yang tidak. Atribut merek sebagai organisasi haruslah mampu
menggambarkan citra organisasi secara tepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Penggambaran citra ini harus sesuai dengan keinginan
pemimpin organisasi, karena akan dilihat oleh masyarakat umum. Atribut organisasi biasanya adalah visi perusahaan, keyakinan, nilai yang dianut
dalam perusahaan, inovasi dan lain sebagainya. Atribut organisasi akan
jauh lebih tahan lama dan tahan terhadap persaingan dibanding dengan atribut produk, karena atribut organisasi lebih susah untuk ditiru oleh
pesaing. c. Brand as Person
Merek sebagai pribadi adalah atribut merek yang menambahkan komponen kepribadian, seperti semangat, jiwa muda, energik, kasual dan
seterusnya. Atribut pribadi ini akan jauh lebih hidup dan lebih personal dibandingkan dengan atribut terkait produk dan organisasi. Konsep dari
merek sebagai pribadi dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari karakter manusia terkait dengan merek tertentu.
Penggunaan kepribadian merek dapat membentuk sebuah merek yang kuat. Pertama, kepribadian merek dapat membantu pelanggan untuk
mengekspresikan kepribadian diri mereka. Kedua, kepribadian merek dapat menjadi dasar hubungan antara pelanggan dan merek. Ketiga,
kepribadian merek dapat mengomunikasikan atribut produk. Kepribadian merek yang dirasakan oleh konsumen tercipta oleh
banyak faktor, beberapa faktor yang terkait dengan merek dan yang tidak terkait dengan merek. Karakteristik yang terkait dengan produk merupakan
pembentuk utama kepribadian merek. Adapun karakter yang terkait produk, di antaranya adalah kelas product product class, kemasan
package, harga price, dan atribut attributes. Sedangkan karakteristik yang tidak terkait dengan merek namun juga pembentuk kepribadian
merek, di antaranya adalah citra pengguna user image, sposorship, simbol symbol, usia merek age, gaya iklan ad style, negara asal
country of origin, citra perusahaan company image, CEO, dan dukungan selebriti selebrity endorsement.
d. Proposisi Nilai Value Proposition Proposisi nilai adalah perbedaan manfaat yang ditawarkan oleh setiap
merek. Secara spesifik, proposisi nilai merek adalah pernyataan manfaat fungsional, emosional dan ekspresi diri yang ditawarkan oleh merek. Maka
terdapat tiga jenis proposisi nilai, yakni manfaat fungsional functional
benefits, manfaat emosional emotional benefits dan manfaat ekspresi diri self-expressive benefits.
Pertama, manfaat fungsional adalah sejumlah fungsi produk yang produk sediakan untuk pelanggannya. Contohnya mobil, manfaat
fungsional dari mobil adalah untuk bergerak dari poin A ke poin B, mengubah arah dan kecepatan, menyediakan suasana mengemudi yang
menyenangkan, memberikan gaya dan seterusnya. Manfaat fungsional menjadi sangat penting dalam memenangkan persaingan. Merek harus
mampu memilih manfaat fungsional yang tepat, yang mampu menarik perhatian konsumennya. Karena menyampaikan manfaat fungsional saja
tidaklah cukup, pelanggan akan membeli produk berdasarkan kualitas dan keunggulan fungsional yang dimiliki merek.
Kedua, manfaat emosional adalah perasaan positif yang dirasakan pelanggan saat membeli atau menggunakan merek tertentu. Manfaat
menjadi sangat penting bagi merek, bahkan melebihi manfaat fungsionalnya. Ketika sebuah merek hanya memiliki manfaat fungsional
saja, maka merek itu akan menjadi rentan untuk bertahan. Karena manfaat fungsional sangat mudah untuk ditiru oleh produsen lain dengan harga
yang lebih rendah, sehingga sangat memungkinkan bagi pelanggan untuk beralih. Sedangkan manfaat emosional lebih kompleks dan sulit untuk
ditiru. Ketiga, manfaat ekspresi diri adalah keadaan dimana konsumen
menggunakan merek untuk pamer. Merek menjadi media atau sarana bagi konsumen untuk memamerkan baik sebagai bentuk keberhasilan atau jati
diri mereka. Contohnya, para pembisnis sukses mengendarai Licoln, Lexus atau Mercedes-Benz sebagai bentuk pencapaian keberhasilan mereka.
Dari penjelasan tersebut, kedua pandangan ini memiliki beberapa kemiripan secara konsep. Terdapat kemiripan secara konsep antara strenght
brand association dengan brand as product dan value proposition. Kekuatan asosiasi merek dapat diketahui dengan mengukur sejauh mana konsumen
memikirkan merek melalui asosiasi atribut merek product-related attributes
dan non-product-related attribute dan manfaat merek brand benefits. Dalam penjelasan Aaker, atribut merek dijelaskan dalam poin brand as
product sedangkan manfaat merek dijelaskan dalam poin value proposition. Dalam poin value proposition maupun manfaat merek, keduanya memiliki
kesamaan konsep, yakni membagi manfaat kedalam tiga jenis, yakni manfaat fungsional, manfaat pengalamanemosional, dan manfaat simbolikekspresi
diri. Sedangkan pada poin brand as product, Aaker menjelaskan enam aspek yang terkait dengan product related attributes sehingga dapat melengkapi
konsep yang dijelaskan oleh Keller sebelumnya. Sedangkan pada poin brand as organization dan brand as person masih termasuk ke dalam bentuk atribut
merek. Organisasi dan kepribadian merek merupakan salah satu atribut yang terkait dengan merek, dan sangat berpengaruh pada pembentukan citra merek.
Maka dapat disimpulkan penjelasan dari konsep Aaker adalah atribut- atribut baik yang terkait langsung maupun tidak terkait langsung dengan
merek. Model Aaker belum cukup untuk mengukur dan mengetahui bagaimana citra merek di mata konsumen, apakah positif atau negatif.
Konsep Aaker hanya mampu mengungkap citra merek secara tunggal, artinya model Aaker hanya mampu mendeskripsikan citra merek tanpa mampu
mengetahui positif atau tidaknya citra merek. Selain itu model ini hanya membahas citra merek secara tunggal tanpa membandingkannya dengan
merek pesaingnya. Dengan demikian, penjelasan konsep ini hanya akan digunakan sebagai tambahan dalam atribut merek untuk memperjelas asosiasi
merek. Sedangkan untuk mengukur citra merek, apakah positif atau negatif di mata konsumen, maka digunakan dimensi dari konsep Keller.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah kesan, persepsi dan penilaian konsumen tentang suatu produk atau jasa sebagai hasil
dari asosiasi merek yang dilakukan oleh pemasar. Adapun hal-hal yang diasosiakan adalah atribut merek product related attributes dan non-product
related attributes dan manfaat merek manfaat fungsional, manfaat pengalamanemosional, dan manfaat simbolikekspresi diri. Untuk
mengetahui kesan, persepsi dan penilaian konsumen terhadap merek dapat
diukur melalui asosiasi mereknya, yakni atribut dan manfaat mereknya. Citra merek yang positif akan menunjukkan asosiasi merek yang kuat,
menguntungkan dan unik. Sehingga dengan kata lain dimensi citra merek adalah kekuatan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek dan asosiasi merek
yang menguntungkan.