commit to user
38 sebagai subjek penelitian maka dituntut penggunaan metode penelitian yang
bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Etnografi merupakan embrio antropologi yang lahir pada sekitar tahun
1800-an
51
. Roger M. Keesing mendefiniskan etnografi sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan.
Artinya, dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan seorang etnografer penelitian etnografi juga menganalisis. Jadi, bisa disimpulkan bahwa etnografi adalah
pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan, kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama
52
. Waria sebagai subjek penelitian memiliki kaitan yang sangat erat dengan akar
kebudayaan masyarakat Indonesia, dan dalam perkembangannya tidak hanya tumbuh sebagai suatu komunitas sosial tersendiri, waria juga menjadi tubuh
budaya yang akrab dan secara aktif berpartisipasi sebagai unsur sosial dalam masyarakat.
2. Subjek dan Lokasi Penelitian
Yang menjadi objek penelitian sendiri adalah komunitas waria yang ada di kota Yogyakarta. Di sini sumber tidak dianggap sebagai responden semata, tapi
juga sebagai informan, di mana subjek diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana mereka memberikan makna kepada kehidupan mereka sendiri.
Kota Yogyakarta sendiri dipilih oleh peneliti, atas dasar asumsi di mana kota Yogyakarta sebagai kota pelajar telah mengalami berbagai macam akulturasi
51
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif; Komunikas, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.
2010. Jakarta : Kencana. Hal 220
52
ibid
commit to user
39 budaya yang diakibatkan oleh tingginya angka penduduk yang tinggal di kota ini
yang berasal dari luar Yogyakarta, bahkan hingga luar pulau maupun luar negeri. Tingginya tingkat akulturasi budaya ini menimbulkan angin keterbukaan yang
lebih terasa dalam pergaulan masyarakat Yogyakarta sendiri. Banyak hal-hal sensitif yang lebih diterima di kalangan masyarakat Yogyakarta, menyangkut
lifestyle
misalnya, dengan pola pemikiran yang makin metropolis. Ini bisa dilihat dengan menjamurnya tempat-tempat hiburan bergaya metropolis dan hedonisme
yang dibangun di Yogyakarta, seperti kafe,
coffeeshop,
diskotik dan sebagainya. Adanya nuansa keterbukaan ini memberikan keberanian ke berbagai komunitas
untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan kepribadiannya kepada publik termasuk komunitas waria. Ekspresi kepribadian dinyatakan komunitas ini dengan
membentuk berbagai organisasi sebagai wadah bagi komunitasnya. Dalam penelitian awal saja peneliti telah menemukan 3 komunitas waria yang berbeda,
antara lain Kebaya Keluarga Besar Waria Yogyakarta yang menjadi wadah khusus waria, ada pula
People Like Us
yang terdiri atas kelompok waria, gay, dan lesbian, kemudian ada pula
Ever Dezen
yang menjadi wadah bagi waria, anak jalanan, pengamen dan kelompok sosial lainnya yang mencari hidup di jalan. Ini
belum termasuk LSM-LSM seperti PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, KPI Komisi Perempuan Indonesia, Insitut Arus Pelangi dan lain
sebagainya, yang di dalamnya juga memiliki wadah bagi LGBTQ Lesbian, gay, Biseksual, Transeksual, Queer.
Situasi ini memberikan asumsi pada peneliti bahwa mungkin keterbukaan di Yogyakarta memberikan keberanian pada orang-orang dengan orientasi seksual
commit to user
40 yang berbeda untuk lebih terbuka pada masyarakat tentang identitas pribadi
mereka.
3. Teknik Pengumpulan Data