commit to user
112 Faktor biologis merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi idenitas gender. Di samping itu juga terdapat faktor sosial yang memiliki pengaruh tak kalah signifikannya dalam membentuk konsepsi diri
seseorang terhadap identitas gendernya. Terkadang identitas gender seseorang yang diperoleh dengan pengaruh dari faktor-faktor sosial ini menjadi tidak
konsisten dengan faktor-faktor karakteristik biologisnya, yang menyebabkan individu tersebut menampilkan pola perilaku yang oleh masyarakat mayoritas
dianggap berada di luar norma perilaku yang sesuai. Ekspresi gender inilah yang disebut sebagai
gender variant
, atau transgender.
104
Orang-orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang transgender memiliki keinginan kuat untuk mempromosikan identitas dirinya
karena sesungguhnya konsep diri dapat lebih dipahami oleh seorang individu ketika ia melihat bagaimana orang lain memandang dirinya. Karena itu, seorang
transgender akan berupaya mengarahkan pandangan itu sesuai apa yang dia maui, yakni dengan menunjukkan pola perilaku
gender variant
, yang satu contoh di antaranya adalah pola penggunaan fashion.
Pembentukan identitas gender merupakan proses kompleks yang bermula dari sebuah konsepsi, yang melibatkan proses pertumbuhan dan belajar sejak
bayi dilahirkan. Terdapat poin-poin diferensiasi, namun bahasa dan tradisi dalam sebagian besar kelompok masyarakat mendorong suatu keyakinan bahwa setiap
individu haruslah dikategorisasikan sebagai pria atau wanita.
103
Lihat
Vassi, M. Beyond bisexuality. Journal of Bisexuality 52: 283-290. dan Martin, M.
Kay Voorhies, B. 1975. Supernumerary Sexes: Chapter 4 of Female of the Species. Columbia University Press, New York: 23. 2005
104
Wylie. K.. Atypical Gender Development – A Review. Dalam International Journal of Transgenderism
9: 29–442003. http:www.gires.org.ukgenderdev.php. Diakses 10 Juni 2010
commit to user
113 Ketika sebuah identitas gender seseorang menjadikannya seorang pria
atau wanita, namun alat kelamin maupun ciri-ciri fisiknya menunjukkan identitas gender biologis yang berbeda, maka akan timbul
gender trouble
.
2. Identitas Sosial
Pertanyaan yang muncul dari pemikiran tentang identitas diri adalah bagaimana diri individu terhubung dengan lingkungan sosialnya. Fokus
selanjutnya adalah penjelasan tentang aksi individual di dalam sebuah kelompok
in terms of mental events and states
. Pertanyaan mengenai alasan psikologis yang mendorong adopsi individu terhadap suatu identitas kelompok berusaha
dijawab oleh banyak peneliti yang tertari dengan identitas sosial ini. Banyak orang mendapatkan perasaan positif dan superior yang berkaitan erat dengan
epercayaan diri, dari identifikasi dirinya dalam sebuah kelompok identitas
tertentu.
Dua ahli yang melakukan penyelidikan mendalam terhadap permasalahan itu adalah Henri Tafjel dan John C. Turner, yang berhasil
memformulasikanteori identitas sosial yang memiliki banyak pengikut dan dapat diimplementasikan ke daam berbagai disiplin ilmu. Seperti diungkapkan oleh
Cote dan Levine 2002, teori ini terutama berfokus pada
kategorisasi diri
. Mereka telah mengembangkan suatu tipologi yang berupaya
menginvestigasi perilaku yang berbeda yang dapat dimiliki oleh individu
105
:
105
Cote, James E.; Levine, Charles 2002. Identity Formation, Agency, and Culture. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
commit to user
114
Gejala-Gejala Psikologis
Gejala-Gejala Kepribadian
Gejala-Gejala Sosial
Refuser
Develops cognitive blocks that prevent
adoption of adult role- schemas
Engages in child-like behavior
Shows extensive dependency upon others
and no meaningful engagement with the
community of adults
Drifter
Possesses greater psychological
resources than the Refuser i.e.,
intelligence, charisma Is apathetic toward
application of psychological
resources Has no meaningful
engagement with or commitment to adult
communities
Searcher
Has a sense of dissatisfaction due to
high personal and social expectations
Shows disdain for imperfections within
the community Interacts to some degree
with role-models, but ultimately these
relationships are abandoned
Guardian
Possesses clear personal values and
attitudes, but also a deep fear of change
Sense of personal identity is almost
exhausted by sense of social identity
Has an extremely rigid sense of social identity
and strong identification with adult communities
Resolver
Consciously desires self-growth
Accepts personal skills and
competencies and uses them actively
Is responsive to communities that
provide opportunity for self-growth
Tabel 4.1 Tipologi Perilaku
Salah satu konsep utama dari teori identitas sosial adalah “kategorisasi”.
Idenya adalah
bahwa orang-orang
dalam kehidupan
bermasyarakat senantiasa melakukan kategorisasi satu sama lain. Kategorisasi ini dilakukan terkadang tanpa sadar, yang menciptakan seperangkat kelompok-
kelompok yang sifatnya natural. Seperti telah disampaikan sebelumnya dalam identitas gender, sesungguhnya kategorisasi ini adalah buatan banyak orang
yang dilakukan dengan tanpa sadar. Label-label lantas diberikan, semisal bagaimana seseorang disebut sebagai wanita, eksekutif muda, orang berkursi
roda, anak-anak, politisi, dan seterusnya.
commit to user
115 Kategorisasi tersebut memainkan peranan pada identitas personal dan
bagaimana seseorang mempersepsikan identitas dari orang lainnya. Seorang waria atau transgender, mendapatkan label “waria” itu dari proses yang sama.
Persepsi dirinya, bergabung dengan persepsi orang lain terhadap dirinya yang ia tangkap, membentuk sebuah identitas sosial “waria”. Penemuan identitas diri
dan sosial ini sebagaimana identitas gender, akan mendorong pada perilaku komunikasi tertentu. Dalam hal ini pengaruh kelompok akan mendorong seorang
waria untuk berperilaku yang mencerminkan keanggotaannya di dalam kelompok tersebut.
Comparison
, atau pembandingan merupakan salah satu kunci dalam memahami teori identitas sosial. Sekali seseorang mengidentifikasikan dirinya
dan orang lain, mereka akan mulai untuk melakukan pembandingan. Orang akan berupaya untuk menampilkan citra positif, atau setidaknya keunikan yang akan
menjadikan kelompoknya mampu berdiri sendiri dan memiliki karakter khas. Hal ini sangat tampak pada pola penggunaan fashion oleh kelompok-kelompok
di masyarakat. Misalnya kelompok cendekia muslim, pada umumnya akan ilih fashion yang dapat menonjolkan citra mereka sebagai cendekia muslim,
misalnya pemakaian jilbab, maupun baju gamis pada perempuan, atau menumbuhkan jenggot pada pria. Contoh selanjutnya adalah pada anggota
komunitas punk, yang tentu saja memilih mengikuti fashion yang diterima oleh kelompok mereka sendiri tanpa memperhatikan pakem fashion tradisional yang
diterima oleh masyarakat mayoritas. Dan pada kelompok waria, akan dijelaskan
commit to user
116 secara lebih terperinci bagaimana bentuk-bentuk pola komunikasi fashion ini
dan motivasi yang mendorongnya. Teori identitas sosial memainkan peranan penting dalam banyak
interaksi sosio-kultural, dalam cara yang berbeda-beda, yang mana orang menambil sebuah identitas dari keanggotaannya daam sebuah kelompok tertentu.
Juga dalam upaya untuk memahami bagaimana kelompok mencitrakan dirinya maupun individu sebagai anggotanya dalam rangka upaya untuk menumbuhkan
kepercayaan diri.
commit to user
117
BAB V P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Berkomunikasi tidak dapat dibantah merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Dalam pengaplikasiannya ke dalam kehidupan sehari-hari ada banyak
instrumen yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesannya melalui kegiatan berkomunikasi ini, satu diantaranya adalah fashion. Bukan hal yang baru,
namun memang belum semua orang juga memanfaatkan instrumen fashion sebagai alat komunikasi. Namun, tidak dapat kita pungkiri pula bahkan sejak lama
kita telah dapat menilai suatu peradaban melalui cara mereka memanfaatkan fashion. Salah satu diantara kelompok komunitas yang dengan konsisten
berkomunikasi menggunakan fashion adalah kelompok waria.
Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana simbol-simbol sosial, dalam hal ini fashion, dimaknai dan mampu memberikan identitas bagi diri waria.
Melalui pakaian, make up dan aksesoris waria menciptakan identitas subyektif dan obyektif yang jika dijabarkan adalah sebagai berikut :
1. Identitas pada pakaian waria. Secara subyektif dinyatakan bahwa waria
mengadopsi penampilan perempuan sepenuhnya, pakaian yang nyaman menurut dia, namun di sisi lain waria tidak menginginkan menjadi
perempuan. Mereka hanya memerankan perempuan dalam kehidupan sehari-harinya, namun secara penuh menyadari bahwa dirinya adalah