KEHIDUPAN WARIA YOGYAKARTA WARIA SEBAGAI SUATU FENOMENA

commit to user 61 Nov2000 Kerlap-kerlip Warna Kedaton 2000, acara pendidikan HIVAIDS melalui hiburan di Kaliurang, Yogyakarta diserang oleh serombongan laki-laki yang menamakan dirinya Gerakan Anti Maksiat GAM. sempat Nov’2000 IGS mendeklarasikan 1 Maret sebagai hari Solidaritas Lesbian dan Gay Nasional. Tabel 2.2 Perkembangan Homoseksual di Indonesia

C. KEHIDUPAN WARIA YOGYAKARTA

Yogyakarta sebagai kota pelajar memiliki tingkat keberagaman penduduk pendatang yang sangat tinggi akibat dari banyaknya pelajar maupun mahasiswa dari luar Yogyakarta yang memilih untuk menuntut ilmu di kota ini. Keberagaman penduduk ini membawa Yogyakarta pada suatu akulturasi budaya yang semakin hari semakin bergaya metropolis. Hal ini ditandai dengan maraknya berbagai tempat hiburan malam dan pusat-pusat lifestyle di kota ini. Selain itu budaya metropolis yang cenderung individual juga mulai merasuki sendi-sendi kehidupan kota, yang dikenal dengan julukan Kota Gudeg ini. Tidak heran jika kemudian banyak orang yang tinggal di Yogyakarta tidak merasa risih untuk mengekspresikan kepribadiannya lewat penampilan mereka sehari-hari tanpa perlu merasa takut untuk mendapat pandangan atau stigma jelek dari masyarakat. Permasalahan pemilihan orientasi seksual pun mencuat diantaranya. Saat ini di Jogja sendiri telah banyak berdiri Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang memiliki concern khusus sebagai wadah berkumpul ataupun sosialisasi bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan orientasi seksual yang berbeda dengan apa yang lazim di masyarakat heteroseksual. Tidak heran jika pada akhirnya di Yogyakarta kita dapat menemukan komunitas gay atau lesbian, misalnya, yang commit to user 62 sedang mengadakan gathering atau sekedar berkumpul sesamanya di public space seperti mall. Salah satu diantara kelompok orientasi seksual yang berusaha untuk terus mengemuka eksistensinya di Yogyakarta adalah kelompok waria. Di Yogyakarta sendiri jumlah waria memang bisa dikatakan lumayan tinggi. Paling tidak ini dapat dilihat dari beberapa organisasikomunitas yang dibentuk sebagai wadah berkumpul dan sekaligus memperjuangkan hak-hak mereka yang kadang masih terpinggirkan dan dipertanyakan. Setidaknya ada beberapa organisasi yang dikelola oleh waria untuk mengakomodir berbagai kebutuhan sosialiasi mereka, baik yang memang khusus untuk waria maupun yang sekedar memiliki divisi waria di dalamnya, yaitu antara lain: 1. Kebaya Keluarga Besar Waria Yogyakarta. Sebagian besar waria yang bergabung di komunitas ini adalah waria-waria yang seringkali menjadi penampil di fashion show, penari, pemain teater dan sebagainya dan termasuk juga di dalamnya waria-waria jalanan yang menjadi pengamen dan PSK. Kebaya bisa dikatakan sebagai satu-satunya LSM waria di Yogyakarta yang memang khusus dibentuk dan dikelola oleh waria sendiri. Kebaya diketuai oleh Mami Vinolia. 2. Ebenezer. Waria yang tergabung disini sebagian besar adalah kelompok pengamen, terutama yang sehari-harinya mengamen di kawasan Lempuyangan. Selain itu, komunitas ini juga mengurusi anak-anak commit to user 63 jalanan sekitar Lempuyangan. Komunitas ini termasuk aktif dalam memperjuangkan hak-hak mereka ke Pemerintah Daerah Yogyakarta. 3. Komunitas Waria Tugu. Waria di komunitas ini sebagian besar bekerja sebagai PSK Pekerja Seks Komersial. Ada pula sebagian yang bekerja sebagai pengamen. Komunitas ini biasanya beroperasi di wilayah sekitar Malioboro, Pasar Kembang, daerah Stasiun Tugu dan sebagainya. 4. PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Salah satu LSM yang sudah berdiri cukup lama di Yogyakarta. LSM ini pada awalnya dibentuk untuk menekan lajunya tingkat penderita HIVAIDS dengan mengadakan berbagai penyuluhan tentang pentingnya safe sex terutama ditujukan kepada komunitas Pekerja Seks Komersial PSK dan juga kelompok homoseksual yang bisa dikatakan lebih rentan terjangkiti penyakit ini. Namun saat ini, LSM ini juga semakin sering mengurusi masalah advokasi dan memperjuangkan hak-hak kaum minoritas dan yang seringkali termajinalkan, seperti komunitas homoseksual, komunitas jalanan dan juga komunitas waria. PKBI memiliki divisi sendiri yang khusus mengurusi waria. 5. People Like Us PLU Satu Hati . Merupakan sebuah CBO Communitty Based Organization yang khusus dibentuk sebagai wadah berkumpul dan mengakomodir commit to user 64 berbagai kepentingan kelompok LGBTQ Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual dan Queer termasuk di dalamnya di bidang advokasi dan Hak Asasi Manusia HAM terhadap kelompok ini. Organisasi ini baru dibentuk dan berdiri pada tahun 2008 ini. Misi utama dari PLU Satu Hati ini adalah agar kelompok LGBTQ lebih aktif memperjuangkan hak-haknya dalam hukum negara serta mendidik masyarakat agar dapat menerima keberadaan kelompok ini sebagai bagian dari keberagaman kehidupan sosial masyarakat. Waria sendiri di Kota Yogyakarta sering diikutkan oleh Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Diparsenibud Yogyakarta dalam event-event kebudayaan, seperti Festival Kesenian Yogyakarta FKY ataupun Jogja Fashion Week. Waria selalu diberikan space sendiri oleh Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Diparsenibud Yogyakarta untuk tampil di dalamnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Yogyakarta sendiri dapat menerima waria dengan cukup baik. Bahkan di universitas terbesar di kota ini, Universitas Gadjah Mada UGM, keberadaan seorang waria sendiri yang menjadi mahasiswa tidak terlalu dipermasalahkan, contohnya Sunnya yang seorang waria dan berhasil meraih gelar kesarjanaannya di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Selain di UGM, di kampus-kampus lain juga seperti AMPTA, jika ada mahasiswa-nya yang seorang waria hal itu juga tidak terlalu dipersoalkan. Tidak terlalu mengherankan jika kemudian ada beberapa waria di Yogyakarta yang berhasil mengecap pendidikan tinggi. commit to user 65 Langkah lebih maju dari pengakuan terhadap keberadaan kelompok marjinal ini adalah penyelenggaraan pertemuan 29 pakar hak asasi manusia dari sekitar 25 negara di dunia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tanggal 6 hingga 9 November 2006 yang bersepakat dengan suara bulat menyetujui Prinsip-prinsip Yogyakarta terhadap Pemberlakun Hukum Internasional atas Hak- hak Asasi Manusia yang Berkaitan dengan Orientasi Seksual dan Identitas Gender. Prinsip-prinsip Yogyakarta menegaskan standard-standard hukum internasional yang mengikat di mana Negara harus tunduk kepadanya 89 . Meski demikian, persoalan ekonomi yang biasanya membelit kehidupan waria bukan berarti tidak terjadi di wilayah Yogyakarta. Cukup banyak waria yang masih sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka masing-masing, sehingga tetap saja pada akhirnya ada banyak waria yang tetap turun ke jalan untuk mencari nafkah. Pada akhirnya baik itu di Yogyakarta maupun di kota-kota lainnya kehidupan waria cenderung menyimpan cerita yang sama. Penolakan status sosial, hingga penolakan secara profesional sudah menjadi suatu hal yang lumrah. Tidak mengherankan jika pada akhirnya hanya ada sedikit profesi yang identik dengan waria, seperti kapster salon, pengamen, penari, PSK, dan sebagainya yang hampir kesemuanya bisa dikatakan tidak memberikan jaminan hidup yang memadai bagi para waria ini. Hak untuk mendapatkan persamaan kesempatan dengan warga negara lainnya ini yang terus diperjuangkan oleh para waria ini. Bahkan hingga ke hal sederhana seperti permasalahan penyediaan toilet umum sekalipun. Selama ini 89 Arus Pelangi, op.cit . Hal 12 commit to user 66 kaum waria cenderung jarang menggunakan toilet umum, karena masih bingung harus masuk ke toilet perempuan, ataukah toilet laki-laki, karena mereka masih merasa cemas akan penerimaan publik. Apalagi tidak jarang orang awam yang cenderung merasa takut dengan waria. Di Yogyakarta sendiri, para waria tidak segan berbaur dengan masyarakat dan sangat mengharapkan respon positif dari masyarakat atas keberadaan mereka. Maka tidak mengherankan jika kita akan sering melihat beberapa aktivitas yang dilakukan oleh kelompok waria bersama- sama dengan kelompok masyarakat, misalnya lomba voli dengan ibu-ibu suatu kompleks perumahan, dan lain sebagainya. Selain memiliki banyak waria aktivis, beberapa waria di Yogyakarta juga aktif sebagai penulis. PKBI merupakan salah satu wadah yang sering menampung tulisan para waria ini untuk kemudian diterbitkan. Salah satu buku terbaru yang mereka terbitkan yang di dalamnya terselip tulisan dari seorang waria jalanan adalah buku, Ketika Orang Lain Berpaling. Masih ada lagi Sunnya yang dulu pernah menulis buku Jangan Lepas Jilbabku yang sempat menjadi fenomenal. Dibandingkan dengan kelompok heteroseksual, mungkin kelompok waria harus berusaha dua kali lebih keras untuk dapat hidup dengan layak. Namun keadaan yang sulit ini ternyata tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk mengekspresikan jiwa transeksualnya yang ditunjukkan melalui pemilihan fashion mereka sehari-hari. commit to user 67

BAB III FASHION WARIA DAN CARA MENGKOMUNIKASIKAN