Pakaian dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Obyektif

commit to user 77

B. FASHION DAN IDENTITAS OBYEKTIF

1. Pakaian dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Obyektif

Identitas obyektif pada waria yang merupakan refleksi dari pandangan orang-orang disekitar waria orang lain di luar dirinya umumnya merupakan hasil dari cara waria beradaptasi dengan penampilan barunya yang bertransisi dari laki- laki menjadi perempuan. Beberapa pola berpakaian yang muncul sebagai identitas obyektif waria antara lain : a Waria yang tidak sepenuhnya berpenampilan perempuan Ada waria yang masih setengah-setengah dalam mengekspresikan dirinya. Jadi waria kelompok ini tidak feminin, tapi juga sudah tidak maskulin. Dalam sehari-hari mereka kadang masih memakai kemeja laki-laki, atau dengan bahasa mereka, mereka menyebut dirinya waria ‘tomboy’. Sebagian besar waria ini adalah laki-laki yang masih baru menentukan identitas dirinya sebagai waria, sehingga mereka cenderung masih sedikit segan untuk secara total berpakaian perempuan. Namun, ada juga waria yang telah lama menentukan identitasnya sebagai waria tapi cenderung lebih nyaman berpenampilan tidak feminin, contohnya Kusuma Ayu, seorang kapster salon yang sudah 6 tahun lebih menjadi waria. “ ...Aku lebih suka gaya yang sporty, aku tipe-tipe yang nggak feminin. Tipe aku nggak feminin, sporty, nggak suka pakai rok, sukanya pakai celana, celana-celana pendek gitu.” Kusuma Ayu, wawancara pada tanggal 4 September 2008 “ Aku masih suka pakai kemeja mbak. Ya kayak gini. Masih separoh- separoh. Nggak kayak perempuan asli tertawa kecil...” Fani, wawancara pada tanggal 4 September 2008 commit to user 78 b Waria yang tampil glamor dan extravaganza untuk menghibur orang lain Seperti yang sudah diketahui umum, rata-rata waria sering kali tampil di pentas sebagai penghibur dalam berbagai kegiatan, baik itu untuk menyanyi, menari atau mementaskan drama. Kekenesan dan candaan khas waria yang cenderung ceplas-ceplos menjadi magnet sendiri bagi penonton sehingga waria seringkali dilibatkan dalam berbagai pertunjukan. Dalam kesempatan-kesempatan seperti ini biasanya tampilan waria akan berbeda lagi dimana waria akan mencoba untuk tampil glamor dan extravaganza. Glamor dan extravaganza disini diartikan bahwa dalam penampilan mereka selalu memberikan sentuhan yang ‘heboh’ seperti misalnya menambahkan syal bulu- bulu dan sebagainya. Waria kadang sangat menyadari potensi mereka untuk menjadi pusat perhatian publik, sehingga jika diberikan kesempatan khusus untuk tampil mereka akan mencoba untuk tampil seglamor mungkin, dengan busana- busana yang extravaganza. Bahkan kadang ada yang melihat busana yang mereka kenakan terlalu berlebihan, namun memang itulah yang justru mereka cari. “ ...Yah karena memang seorang fashionista kayak aku ini, itu memang ada kepuasan tersendiri kalau aku mampu menghadirkan, bahkan kalau perlu keanekaragaman seluruh Indonesia ini. Misalnya disitu ada tema Bali kan, saya akan menyiapkan sebuah busana tema Bali yang extravaganza, jadi lebih glamor. Dan itu saya ada kepuasan tersendiri .... jadi seorang entertainer harus memberikan sesuatu yang lebih, harus plong, karena aku di entertain yah..” Sarita, wawancara pada tanggal 18 Agustus 2008 “ Kalau pesta yang pastinya aku, ehm, aku tak lihat dulu yah itu apa pestanya. Kan ada pesta yang, ehm, gala nggak ya, kan ada istilahnya yang gala dinner gitu kan. Otomatis kan aku juga menyesuaikan baju yah.” YS, wawancara pada 18 Agustus 2008 commit to user 79

2. Make-up dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Obyektif