KAJIAN SEJARAH WARIA DI INDONESIA

commit to user 49 Juli 2001 Negeri Belanda menjadi negeri pertama yang mengesahkan perkawinan untuk semua orang termasuk gay dan lesbian. Salah seorang dari pasangan yang kawin harus warga atau penduduk tetap Belanda. Juni 2003 Brasil mengusulkan kepada Komisi Tinggi PBB untuk HAM agar orientasi seksual dimasukkan sebagai salah satu aspek HAM. Pengambilan keputusan ditunda. Dalam prosesnya Vatikan mendesak pemerintah-pemerintah Amerika Latin lainnya untuk menentang usulan ini. Tabel 2.1 Perkembangan Homoseksual di Seluruh Dunia

B. KAJIAN SEJARAH WARIA DI INDONESIA

Fenomena homoseksualitas bukan hanya terjadi di negara Barat. Di Indonesia sendiri dalam catatan sejarah budayanya terdapat berbagai cerita mengenai homoseksual yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang pada masanya tersebut sama sekali tidak dianggap sebagai suatu perbuatan menyimpang. Salah satu diantaranya adalah fenomena warok di Jawa Timur. Warok yang adalah seorang laki-laki dewasa biasanya memelihara seorang gemblak, yaitu laki-laki remaja, berdasarkan kontrak antara warok dengan orang tua gemblak, dengan pemberian sapi misalnya. Warok melakukan itu demi kesaktian kanuragan yang mewajibkannya menjauhi perempuan. Namun, warok juga beristri dan berketurunan, biasanya apabila ia tidak sedang mencari kesaktian 68 . Versi legenda warok ada bermacam-macam, diantaranya adalah, dulu warok merupakan orang yang ditakuti, saat ini mungkin sekelas dengan kepala desa. Warok-warok tersebut harus menjaga wibawa mereka di hadapan warganya, 68 Artikel di Kompas online judul “Lihatlah, Kami Ada”, terbit tanggal 16 September 2004, di http:www2.kompas.comkompas-cetak040916humaniora1272046.htm , diakses pada 04 Juli 2008 pukul 22.58 WIB commit to user 50 maka para warok tersebut harus memiliki kesaktian yang lebih. Versi lain warok adalah laki-laki sang jagoan, sementara gemblak adalah laki-laki lemah lembut yang berfikiran layaknya istri bagi warok, keduanya melakukan hubungan intim dan juga mengenal logika cemburu buta 69 . Peran warok ini sering muncul pada pementasan Reog Ponorogo. Pada tahun 1983 warok sempat dilarang keberadaannya. Kemudian pada tahun 1985 Depdikbud dan NU membentuk Reog yang islami bernama “Insan Takwa Illahi”, di mana peran laki-laki diganti dengan perempuan untuk menghilangkan erotisme percintaan sejenis 70 . Selain itu, homoseksualitas pada masanya pernah diberi jabatan yang sakral. Seperti di Maluku, dikenal ada sebuah upacara pendewasaan diri yang mengharuskan remaja laki-laki digauli dulu oleh ‘dukun’ yang juga laki-laki sebelum akhirnya remaja laki-laki tersebut turun ke dalam dunia perkawinan. Tradisi homoseksualitas ini juga dikenal di kalangan masyarakat Nias, pada suku Asmat Irian Jaya dan suku Dayak Ngaju di Kalimantan. Mereka terkait erat dengan sakralitas fungsinya dalam ritus-ritus sebagai perantara dengan dunia arwah. Di Kalimantan, suku Dayak Ngaju mengenal pendeta-pendeta perantara yang mengenakan pakaian lawan jenis. Di Sulawesi juga ada fenomena serupa. Di kalangan suku Makasar laki-laki homoseks yang disebut kowe, diberi tugas menjaga pusaka, jabatannya sendiri diberi nama bissu. Bissu adalah pendeta 69 Puspitosari, op.cit, hal 35 70 “Perkembangan Homoseksualitas di Indonesia”, diambil dari http:digilib.petra.ac.idads- cgiviewer.pljiunkpes1ikom2006jiunkpe-ns-s1-2006-51402163-3940-gay-chapter4.pdf , hal 32. Diakses pada 3 Juli 2008, pukul 20.38 WIB commit to user 51 agama Bugis kuno pra-Islam yang merupakan laki-laki namun berpakaian perempuan dan berperilaku homoseksual. Naskah La Galgo banyak mengungkap keberadaan bissu dalam budaya Bugis yang konon sebagai pelengkap dan pendamping para tokoh agama langit. Kata bissu ini berasal dari kata ‘ mabusi’ dari bahasa Bugis yang berarti ‘bersih’. Mereka disebut bissu karena ‘suci’ tidak kotor, tidak memiliki payudara dan tidak haid. 71 Sementara itu, seorang ahli anthropologi, C Snouck Hugronye, juga mengungkapkan fakta dari tanah Rencong, Aceh, yang menyebutkan bahwa laki- laki Aceh sangat menggemari budak-budak dari Nias. Budak-budak lelaki yang remaja, dalam posisinya sebagai penari sadati atau lainnya, termasuk melayani nafsu tak alamiah laki-laki Aceh. Sebagian penari sadati adalah anak-anak orang miskin dari pedalaman. Puisi sadati sendiri terkenal karena erotismenya, yang sebagian jelas-jelas mengacu pada hubungan sesama jenis 72 . Di ranah Minangkabau dikenal pula kebiasaan percintaan antara laki-laki yang lebih tua Induk Jawi dengan remaja laki-laki Anak Jawi, dan sepertinya pranata ‘induk anak’ ini erat kaitannya dengan perilaku tidur di surau untuk anak laki-laki yang sudah ‘akil baligh’ 73 . Sementara itu ada pula hubungan homoseksual yang diakui dan dikenal oleh masyarakat. Indikatornya adalah kebiasaan mairil yang dikenal di pesantren- pesantren Jawa. Seorang wartawan dari majalah Tempo yang asal pesantren mengisahkan bahwa pada malam Jumat di pesantrennya selalu ada hura-hura untuk memperebutkan mairil santri remaja yang paling favorit. Bagi sang mairil 71 ibid 72 ibid 73 ibid commit to user 52 menjadi kesayangan seorang kyai adalah puncak dari gengsi di lingkungan pesantren itu. Juga diantara para santri sendiri terjadi hubungan kasih sayang semacam kakak adik yang disertai persetubuhan. Kebiasaan tersebut dikenal dengan mairilan . Hubungan mairilan adalah hubungan antara seorang santri dengan santri lainnya yang lebih muda. Hubungan itu selain mengandung aspek emosional yang erotik, juga melibatkan bimbingan dalam belajar dan tolong- menolong dalam kehidupan sehari-hari 74 . Hal tersebut dimungkinkan karena di pondok terjadi pemisahan antara laki-laki dan perempuan sehingga menimbulkan perilaku homoseks sebagai jalan keluar untuk menyalurkan dorongan seksual 75 . Jika di pesantren daerah Jawa disebut mairilan , di pesantren daerah Madura perilaku ini disebut laq-dalaq 76 . Selain itu pada tahun 1964 seorang cendekiawan bernama Benedict Anderson yang pernah belajar di Indonesia menemukan bahwa dalam Serat Tjentini, sastra Jawa abad 19, ternyata banyak adegan seks antar lelaki. Dalam Tjentini, konsep cinta boleh dikatakan tidak ada, semuanya berkisar pada senang, iseng, gandrung, dan gemas, tanpa sedikitpun perasaan dosa ataupun malu. Tokoh-tokohnya tidur dengan perempuan atau lelaki seenaknya seolah-olah bergantian makan rambutan dan durian: masalahnya cuma mana enaknya dan mana kesempatannya 77 . 74 Oetomo, Dede. Memberi Suara Pada yang Bisu. 2003. Yogyakarta:Pustaka Marwa, hal 16. Dikutip dari Puspitosari, op.cit, hal 35 75 Puspitosari, op.cit. hal 35 76 Dari artikel “Pertanyaan yang Sering Diajukan Terkait dengan Homoseksualitas” , dilansir dari http:www.gayanusantara.orgfaq.html diakses pada 4 Juli 2008 pukul 22.39 WIB. 77 Artikel di Kompas online judul “Lihatlah, Kami Ada”, terbit tanggal 16 September 2004, di http:www2.kompas.comkompas-cetak040916humaniora1272046.htm , diakses pada 04 Juli 2008 pukul 22.58 WIB commit to user 53 Selain itu dari segi sejarah budaya juga ditemukan bahwa homoseksual pernah tercatat dalam sejarah hadirnya agama Hindu di Indonesia. Jika ditilik dari sejarah Hindu di Indonesia, Hindu terbelah dalam banyak sekte, salah satunya sekte minoritas, yaitu sekte Trantib. Trantib pun terbelah menjadi Trantib heteroseksual yang prinsipnya kalau ingin sampai tataran Moksa, orang harus mengalami semua perilaku yang ada di dunia. Dari perilaku seks bebas, minum, drugs, mencuri dan sebagainya. Kalau individu pernah mengalami itu semua, maka ia otomatis akan memiliki pengetahuan akan semua hal. Setelah itu barulah diupayakan untuk keluar dari situasi tersebut, untuk mencapai tahap Mokasa di mana dalam tahap ini laki-laki perlu mengeluarkan sperma ke lawan jenis. Dengan mengeluarkan sperma, ia bisa mengakumulasi energi kesaktian. Sedangkan Trantib homoseksual itu berbeda. Laki-laki tidak diperbolehkan mengeluarkan spermanya ke perempuan, jika mengeluarkan spermanya ke perempuan maka energi kesaktiannya akan hilang tersedot. Oleh karena itu harus menyalurkan ke sesama laki-laki. Dari sana lah muncul Warok Ponorogo 78 . Karena sebagian besar sejarah homoseksualitas ini terkait dengan kebudayaan lama Indonesia, maka timbullah asumsi bahwa budaya Indonesia dianggap sebagai suatu ‘budaya yang toleran’ di mana gay, lesbian dan transgender dinilai seperti shaman atau seniman 79 . Misalnya saja dalam budaya tandak ludruk yang menampilkan waria sebagai penampil utama, dan juga beberapa pertunjukan budaya Indonesia lainnya yang menggunakan waria sebagai 78 Outzine, artikel berjudul “Homophobic, Who are You Scared Of?” , dikutip dari http:www.aruspelangi.or.idoutzine01.pdf diakses pada 4 Juli 2007 pukul 21.37 WIB 79 Boellstroff, Tom. Gay dan Lesbian Indonesia serta Gagasan Nasionalisme. Dikutip dari http:www.anthro.uci.edufaculty_biosboellstorffBoellstorff-AI.pdf. diakses pada 3 JUli 2008 pukul 18.56 WIB commit to user 54 magnet utama pertunjukan. Meski demikian, hal ini tidak dianggap berkaitan dengan persoalan seksualitas, melainkan lebih ke urusan profesi saja. Misalnya saja dalam hal perilaku homoseksualitas yang ditemukan pada tokoh-tokoh masyarakat atau yang disegani dalam masyarakat dalam suku-suku tertentu seperti yang dipaparkan di atas, perilaku ini tidak dikaitkan dengan penyimpangan perilaku seksual melainkan lebih kepada hal-hal spiritual karena sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya mereka mengganggap jika melakukan aktivitas seks dengan perempuan maka kekuatan spiritual akan tersedot habis. Sementara hubungan seks dengan laki-laki tidak dianggap terlalu merusak atau bahkan tidak dianggap sebagai seks sama sekali 80 . Meski sejarah homoseksualitas di Indonesia terbilang panjang dan unik, fakta ini tidak lantas menjadikan kaum homoseksual diterima dengan baik di Indonesia. Setidaknya saat ini ada begitu banyak penolakan terkait dengan keberadaan mereka. Seperti yang dapat kita lihat dalam penjelasan di atas, yang lebih banyak mengambil bagian dalam sejarah adalah homoseksual antara laki- laki dan laki-laki, yang mana sebagian diantaranya juga adalah transvestit sehingga dapat dikatakan sebagai transgender yang nantinya dengan berbagai kemajuan tehknologi dan penemuan-penemuan mutakhir membuka jalan bagi mereka untuk menjadi transeksual waria. Menurut Elizabeth Koes dalam tesisnya ‘ Pada Awalnya Banci, Lalu Wadam, Kemudian Waria’ yang diulas di harian Pikiran Rakyat, setidaknya ada 2 tipe waria, yaitu 81 80 ibid 81 Koes, Elizabeth. Awalnya Banci, Lalu Wadam, Kemudian Waria. Dikutip dari http:www.library.ohiou.eduindopubs199610020054.html . diakses pada 4 Juli 2008 pukul 23.06 WIB. commit to user 55 1 interseksualitas dengan organ seksual pria tetapi juga mempunyai hormon perempuan, 2 transeksualisme sebagai seseorang yang mempunyai fisik pria tetapi psikis perempuan. Jika ditilik dari pernyataan Koes diatas dapat dilihat bahwa untuk menjadi seorang waria setidaknya ada sangkut pautnya dengan kondisi biologis yang dibawanya dari lahir. Namun, kenyataan ini pun tidak membuat homoseksual dan terutama waria diterima dengan mudah di kalangan masyarakat modern Indonesia. Salah satu contohnya adalah penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang membawa nama salah satu agama di Indonesia yang dilakukan pada 11 November 2000 terhadap sejumlah waria dan kelompok homoseksual lainnya yang sedang mengadakan silaturahmi sekaligus sosialisasi bahaya dan pencegahan HIVAIDS dengan apresiasi seni di villa Hastorenggo Satu, Kaliurang, Yogyakarta. Penyerangan pada acara yang diberi nama ‘Kerlap-kerlip Warna Kedaton 2000’ ini menyebabkan undangan yang berjumlah sekitar 200 orang mengalami luka berat dan luka ringan serta trauma yang mendalam. Tuduhan yang diberikan oleh kelompok penyerang adalah bahwa acara yang diselenggarakan dengan bekerjasama dengan PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Yogyakarta ini adalah suatu pesta seks terselubung 82 . Sampai saat ini kasus ini sendiri tidak pernah tersentuh oleh aparat hukum. Masih banyak lagi perlakuan serupa yang diterima oleh kelompok LGBTQ Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual dan Queer. Dibawah ini adalah 82 Arus Pelangi, Prinsip-prinsip Yogyakarta; Orientasi Seksual, Identitas Gender dan Hak Asasi Manusia. Jakarta:Arus Pelangi. 2007. Hal 12 commit to user 56 beberapa kasus yang dilansir oleh Kontras Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan yang dimuat dalam website -nya 83 : a. Penyerangan terhadap komunitas gay. Sepanjang tahun 2000-2002, komunitas gay yang sering berkumpul di stadion Sriwedari Solo sering mendapatkan teror dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok orang yang homofobia. b. Penyerangan terhadap komunitas waria. Disepanjang bulan Ramadhan setiap tahunnya, komunitas waria di berbagai kota, seperti Jakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan berbagai kota lainnya sering mendapatkan teror dan serangan fisik dari kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama tertentu. c. Pembunuhan terhadap 3 waria di Jakarta. Pada tahun 2003, terjadi pembunuhan 3 waria di Kemanggisan, Jakarta Barat. Tiga waria tersebut ditembak aparat kepolisian. Namun hingga sampai tulisan ini dbuat belum ada tindakan apapun yang ditujukan terhadap aparat kepolisian yang telah menembak mati ketiga waria tersebut. d. Penyerangan terhadap acara pemilihan ratu waria. Pada tanggal 26 Juni 2005, sekelompok orang yang mengatasnamakan Front Pembela Islam FPI menyerang peserta 83 Artikel “ Memperingati Hari Waria Transeksual Transgender Internasional-Akankah Kekerasan Terhadap Waria menjadi Agenda Negara Untuk Menyelesaikannya” . Dikutip dari http:www.kontras.orgindex.php?hal=siaran_persid=435 . Diakses pada 4 Juli 2008 pukul 23.08 WIB commit to user 57 acara pemilihan Ratu Waria yang diadakan di Gedung Sarinah Jl. M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Selain menyerang acara tersebut, mereka juga memaksa pihak penyelenggara untuk membubarkan acara tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh FPI tersebut jelas melanggar hukum, karena kegiatan yang dilakukan oleh komunitas waria adalah kegiatan legal dan telah memenuhi semua ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Namun, tidak ada satupun anggota FPI yang ditangkap oleh pihak kepolisian. e. Pembunuhan waria di Purwokerto. Pada bulan Oktober 2005, seorang waria Vera yang sedang berada di Jl. S. Parman, Purwokerto, dianiaya oleh seorang pemuda tak dikenal hingga mengakibatkan waria tersebut meninggal dunia. Sampai dengan saat artikel ini dicetak polisi belum menetapkan tersangka kasus tersebut. f. Intimidasi yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap komunitas waria di Aceh. Setidaknya sepanjang Maret 2006, sudah ada beberapa waria di Langsa, Aceh Timur, yang mengalami pemukulan dan intimidasi dari oknum aparat kepolisian setempat. g. Ancaman terhadap Gesang Solo. Pada tanggal 15 Oktober 2006, sekelompok orang yang mengatasnamakan kelompok Hisbullah melakukan intimidasi terhadap lembaga Gesang Solo yang mengadakan kegiatan sosialisasi HIVAIDS. Mereka mengadakan orasi yang commit to user 58 mendiskreditkan kelompok LGBTQ dan diakhir acara mereka juga meminta uang kepada panitia. Beberapa fakta di atas menunjukkan bahwa kelompok LGBT pada umumnya dan waria pada khususnya masih belum memiliki jaminan rasa aman dan perlindungan dari hukum yang berlaku di negara ini. Padahal, jika dilihat dari sisi HAM harusnya setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sama dan rata, tanpa membedakan status sosialnya. Dulu bahkan Dinas Sosial menggolongkan kelompok LGBT sebagai tuna sosial, yang berarti kelompok LGBT dianggap tidak memiliki sikap sosial 84 . Isu mengenai perlindungan hukum terhadap LGBT, terutama waria pernah mencuat dalam Pemilu 2004 yang lalu di mana waktu itu menurut kantor berita Perancis AFP Kementerian Kehakiman dan HAM Indonesia sedang menggodok rencana perubahan KUHP yang memasukkan kumpul kebo, oral sex dan homoseksual sebagai tindak pidana 85 . Tokoh waria dari Semarang sempat menyatakan keberatannya dan mengganggap ini sebagai manuver politik semata, terutama dari partai-partai berbasis agama. Bagi mereka sebagai kaum transeksual mereka pun menginginkan persamaan hak sebagai warga negara 86 . Pada sisi lain Departemen Kesehatan RI melalui Surat Keputusan Menkes No. 191MenkesSKIII1989 untuk RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS HS Bandung, RS Karyadi Semarang, RS Dadi Ujungpandang, RS Sutomo Surabaya, dan RS Piringadi Medan, telah menunjuk rumah sakit-rumah sakit tersebut dan 84 Arus Pelangi, loc.cit 85 “Nanti Nggak Boleh Oral Seks, dll?”, http:forum.wgaul.comshowthread.php?t=19322, diakses pada 4 Juli 2008 pukul 22.51 WIB. 86 “Transeksual Inginkan Persamaan Hak”, dilansir pada 4 April 2004, di http:www.suaramerdeka.comharian040404kot5.htm , diakses pada 4 Juli 2008 pukul 23.12 WIB commit to user 59 mengeluarkan surat izin bagi operasi ganti kelamin bagi kelompok transeksual. Perubahan kelamin ini nantinya akan dijamin secara hukum negara, sehingga nantinya kaum waria dapat diakui sebagai laki-laki setelah melakukan operasi kelamin 87 . Harapan para kelompok LGBT, sebagai kelompok minoritas seksual di Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum dari negara serta persamaan haknya misalnya dalam hal memperoleh pekerjaan tentu sangatlah besar. Seperti yang sudah menjadi rahasia umum, bukanlah hal yang mudah bagi kaum waria terutama untuk mendapatkan pekerjaan karena posisi mereka sebagai the third gender gender ketiga. Kondisi inilah yang banyak menyeret waria ke jalanan untuk mencari penghidupan sebagai penghibur, baik sebagai pengamen maupun sebagai pelacur PSK. Lahan pekerjaan yang sempit ini mengakibatkan banyak waria yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu rasa tidak aman juga terus melingkupi mereka karena sering dikejar-kejar oleh petugas Trantib dan juga dari orang-orang iseng lainnya. Meski berangkat dari kenyataan kelam ini, pada faktanya kelompok LGBT semakin berkembang dan semakin berani menunjukkan keberadaan mereka di Indonesia. Perkembangan homoseksual di Indonesia sendiri dapat dilihat dalam tabel di bawah ini 88 : 87 Koes, loc.cit 88 Juliana, op.cit commit to user 60 Tahun Tahapan Perkembangan ±1968 Istilah wadam diciptakan sebagai pengganti yang lebih positif bagi istilah banci atau bencong. 1969 Organisasi wadam pertama, Himpunan Wadam Djakarta HIWAD didirikan, difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya, Ali Sadikin. 1981 Istilah wadam diganti jadi waria karena keberatan sebagian pemimpin Islam, karena mengandung nama seorang Nabi, yaitu Adam A.S. 1985 Organisasi gay terbuka pertama di Indonesia dan Asia, Lambda Indonesia, berdiri, dengan sekretariat di Solo. Segera dibentuk cabang-cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat-tempat lain. Terbit buletin G:Gaya Hidup Ceria 1982-1984. 1Agust1987 Kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta PGY dengan terbitan Jaka. 1988 Kelolmpok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara KKLGN, kemudian dipendekkan jadi GAYa NUSANTARA GN didirikan di Pasuruan-Surabaya sebagai penerus Lambda Indonesia. Menerbitkan majalahbuku seri GAYa NUSANTARA. 1989 Persaudaraan Gay Yogyakarta diteruskan menjadi Indonesian Gay Society IGS. 1993 Berdiri organisasi-organisasi gay di Jakarta, Pekanbaru, Bandung dan Denpasar. 1993 Berdiri organisasi gay di Malang dan Ujungpandang. 1994 Kongres Lesbian dan Gay Indonesia KLGI I diselenggarakan di Kaliurang Yogyakarta. Diikuti sekitar 40 peserta dari Jakarta hingga Ujungpandang. Menghasilkan 6 butir ideologi pergerakan gay dan lesbian Indonesia. GAYa NUSANTARA mendapat mandat untuk mengkoordinasi Jaringan Lesbian Gay Indonesia JLGI 2Juli1996 KLGI II diselenggarakan di Lembang, Jawa Barat. Diikuti makin banyak peserta dari Jakarta hingga Ujungpandang. Nov1997 Partai Rakyat Demokratik PRD menjadi partai pertama dalam sejarah Indonesia yang mencantumkan “hak-hak homoseksual dab transeksual” dalam manifestonya. Juni 1999 KLGI III diselenggarakan di Denpasar. Pertama kali wartawan dapat meliput di luar sidang. Diputuskan untuk sementara diselenggarakan rapat kerja nasional karena dipertanyakan apakah kongres aktif. Sept’1999 Gay Pride dirayakan di Surabaya, kerja sama antara GN, Persatuan Waria Kota Surabaya Perwakos dan Pusat Kebudayaan Perancis CCCL. Okt’1999 Rekarnas JLGI di Solo diancam akan diserang oleh Front Pembela Islam FPIS, sehingga dibatalkan. commit to user 61 Nov2000 Kerlap-kerlip Warna Kedaton 2000, acara pendidikan HIVAIDS melalui hiburan di Kaliurang, Yogyakarta diserang oleh serombongan laki-laki yang menamakan dirinya Gerakan Anti Maksiat GAM. sempat Nov’2000 IGS mendeklarasikan 1 Maret sebagai hari Solidaritas Lesbian dan Gay Nasional. Tabel 2.2 Perkembangan Homoseksual di Indonesia

C. KEHIDUPAN WARIA YOGYAKARTA