Make-up dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Subyektif

commit to user 72 menggunakan pakaian yang kasual sekalipun tetap saja mereka berusaha menambahkan aksen seperti misalnya payet atau rumbai-rumbai. “ ...Dan kalau untuk aku sendiri berikan sentuhan unique yang kalau bisa orang belum pernah lihat itu. Saya memberikan sentuhan yang baru pada sesuatu yang membikin orang itu jadi lebih interest ...” Sarita, wawancara pada tanggal 18 Agustus 2008. “ Saya sukanya pakai celana pendek. Kalau ada bulu-bulu nya, rumbai- rumbai atau payet-payet saya malah lebih suka lagi....” Fani, wawancara pada 27 Juli 2008 “ Saya ini waria, bukan perempuan. Saya suka tampil keperempuan- perempuanan tapi saya nggak mau disamain sama perempuan. Saya waria.” Wulan, wawancara pada tanggal 17 Agustus 2008

2. Make-up dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Subyektif

Make-up bagi waria adalah salah satu elemen terpenting dalam menyempurnakan penampilan mereka. Setelah memutuskan memakai pakaian perempuan, mereka juga akan mempelajari bagaimana cara berdandan ala perempuan dengan memanfaatkan berbagai peralatan make-up yang ada. Seorang waria bisa dikatakan hampir tidak dapat tampil tanpa make-up. Tanpa make-up mereka akan masih merasa seperti laki-laki. Tidak jarang kemudian para waria ini justru menjadi ahli dalam berdandan dan kemudian berprofesi sebagai make-up artist. Penggambaran identitas diri waria dapat dilihat dari cara waria mengaplikasikan make-up dalam kehidupannya sehari-hari yaitu sebagai berikut : a. Tampilan natural Meski kadang masyarakat awam sering mengidentikkan waria dengan dandanan tebal yang cenderung norak, tapi pada kenyataannya waria sendiri commit to user 73 mengakui bahwa mereka lebih menyukai tampilan yang natural dan soft. Dandanan yang segar dan menggunakan warna-warna netral seperti coklat, merah bata dan warna-warna tanah. “ Aku lebih suka kalau untuk sehari-hari warna-warna yang soft aja. Kalau untuk warna itu, warna-warna natural, kayak coklat gitu, iya coklat. Kebetulan kulitku kan agak gelap, jadi kalau warna-warna coklat, agak gelap itu rasanya alami, natural.” Susi Fitriah, wawancara pada 17 Agustus 2008 “ Untuk ini, kerja juga yah. Saya, eh, waria, eh, ya ini menggunakan yang natural aja. Alami gitu yah.” Imel, wawancara pada 19 Juli 2008 b. Minimalis Meski sebagian besar orang menganggap waria lekat dengan penampilan tebal dan menor, namun pada kenyataannya waria justru menyukai penampilan minimalis untuk kesehariannya. Mereka mengaku sangat menghindari penampilan full make-up yang terlihat berat untuk sehari-hari. “ Jadi aku itu pada dasarnya orangnya enerjik, jadi aku itu suka make-up yang natural, yang soft , yang fresh . Jadi orang dengan dandanan yang nggak berat, itu tuh kita ngelihatnya lebih enak...” Sarita, wawancara pada 18 Agustus 2008 ” Yang minimalis. Yang simpel-simpel aja. Saya sukanya pakai warna- warna kayak merah bata, hitam atau putih gitulah.” Fani, wawancara pada 19 Juli 2008 c. Mengutamakan perawatan Dengan memutuskan menjadi waria, para laki-laki transeksual ini pun mempelajari berbagai hal tentang perempuan termasuk diantaranya hobi-hobi yang disukai oleh kaum hawa. Sebagaimana yang telah menjadi wacana umum, banyak kaum perempuan yang menjadi pecandu kecantikan. Perempuan pun tidak commit to user 74 segan menghabiskan uang untuk berbelanja produk kecantikan ataupun memanjakan diri di salon untuk melakukan perawatan. Ternyata hal ini juga terjadi dalam kelompok waria. Waria juga menjadi pecandu kecantikan. Mereka selain suka bereksperimen dengan alat kecantikan, bahkan kadang dengan cara-cara ekstrim seperti melakukan suntik silikon hingga operasi plastik, waria juga tidak lepas dari perawatan kulit. Mereka sadar dengan prinsip utama dalam berdandan adalah memiliki kulit yang bagus terawat, dengan demikian make-up pun akan terlihat bagus di wajah. Tentu saja jenis perawatan yang mereka lakukan sangat tergantung dengan kondisi perekonomian mereka masing-masing. Jenis perawatan paling sederhana yang hampir selalu dilakukan oleh waria adalah mengenakan masker wajah. Karena selain berfungsi menghaluskan kulit wajah, masker juga dapat digunakan untuk mendinginkan wajah, terutama bagi para waria yang sehari-harinya mengamen. Uniknya jika pada umumnya masker digunakan seminggu sekali, pada waria mereka bahkan bisa setiap hari melakukan masker. Hal ini menunjukkan bahwa meski dalam kondisi sangat terbatas waria tetap memperhatikan perawatan kulit, terutama kulit wajahnya. “ Aku lebih, mmm, mengoptimalkan perawatan. Anti-ageing , anti-oksidan, anti-wrinkle , anti-spot, kayak gitu. Itu tujuannya kalau suatu saat kita pakai make-up kulitnya bagus, kayak kulit mbaknya ini, itu bagus, jadi kalo pakai make-up itu bagus, enak. Jadi, untuk, yang penting semua krim itu ada.” Olivia Sonya Ariska, wawancara pada tanggal 15 Agustus 2008 commit to user 75

3. Aksesoris dan Cara Mengkomunikasikan Identitas Subyektif