commit to user
cxli
2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model
Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.
Pelaksanaan model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri tidak luput dari hambatankendala dan cara mengatasinya,
yang ada secara umum meliputi: 1 Hambatankendala faktor ekonomi orang tua.
Siswa-siswi SMP Negeri 4 Wonogiri khususnya dan pendidikan inklusi pada umumnya adalah dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal
ini terjadi karena banyak orang tua siswa menyekolahkan anaknya di SMP Negeri 4 yang letak dan pembiayaan pembelajaran tidak begitu besar,
karena sebagian besar SMP Negeri di Wonogiri sudah RSBI dan biaya yg cukup tinggi. Seperti ungakapan salah satu siswa:
“…ya bu, di SMP Negeri 4 uang SPP dan uang pengembangannya sangat murah, bahkan yang tidak mampu bisa gratis dan yang
berprestasi akan mendapatkan beasiswa”. CL. 06.
Berdasarkan hasil pengamat peneliti ternyata siswa SMP Negeri 4 Wonogiri masih banyak yang tidak mempunyai buku penunjang pelajaran
atau referensi, sedangkan buku paket bagi anak tuna netra juga belum ada kekhususan untuk menunjang proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan
salah siswa: “…ya bu saya sebenarnya ingin memiliki buku paket, tetapi untuk
kebutuhan saya khususnya tunanetra belum tercukupi, sedangkan kalau mau beli juga belum tersedia di took-toko buku dan kalaupun
ada mungkin terlalu mahal” CL.06 .
commit to user
cxlii
Disisi lain peran pemerintah dalam bentuk bantuan untuk sekolah inklusi belum memadahi. Ini akibatnya program kerja untuk peningkatan mutu
ataupun kebutuhan operasional sekolah sering terhambat. Hal ini disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum kepada penulis:
“….Ya hambatan terutama peralatan, peralatan itu kalau karena perkembangan teknologi harus mengikuti perkembangan teknologi,
disamping juga mungkin rasio itu masih belum cukup. Mestinya kan setiap memberi pembelajaran dengan anak tunanetra sebagai
guru harus memiliki atau setiap anak memiliki alat-alat sendiri, agar proses pembelajaran itu dapat tercapai dengan maksimal.
Karena anak tunanetra tanpa dibimbing satu-satu akan sulit untuk menerima tidak seperti anak-anak normal lainnya”. CL. 03 .
Dari kendala diatas mengenai keterbatasan buku paket dan alat-alat pembelajaran, menurut hemat peneliti sebaiknya guru dalam mengajar guru
banyak memberi bimbingan dan membuat media yang bisa memperjelas bagi anak tunanetra.
2 Hambatan yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar PBM. Hambatankendala yang berikutnya adalah Proses Belajar Mengajar,
dalam pembelajaran dikelas kebanyakan guru memandang anak berkebutuhan khusus ABK sama halnya dengan anak yang regular. Dalam
pembelajarannya anak tidak mendapatkan konsep terlebih dahulu sebelum guru memberikan materi. Guru lebih memperlakukan sama antara anak
regular dan ABK. Khususnya para guru di Inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri banyak yang belum memahami jiwa siswa, Seperti yang disampaikan oleh
guru khusus inklusi kepada penulis:
commit to user
cxliii
“…..Untuk proses belejar mengajar memang banyak kendala khususnya pada pembelajaran dikelas, guru kadang banyak
memperlakukan sama antara anak ABK dan regular karena satu kelas. Memang sulit untuk memilah-milah dan mengatur strategi
karena dalam pembelajaran dikelas anatara anak regular dan ABK lebih banyak regulernya. Dalam pembelajaran dikelas guru
biasanya
banyak menggunakan
metode ceramah
untuk memudahkan siswa berkebutuhan khusus mudah menerima, tetapi
untuk yang regular banyak kejenuhannya. Jadi merupakan kendala besar bagi guru dalam PBM”. CL. 04 .
Dalam proses pembelajaran terutama anak ABK sangat lambat dalam menerima pelajaran matematika khususnya berhitung, disini guru kadang
tidak mentoleransi keadaan siswa yang ABK.karena guru juga dituntut proses pembelajaran ketuntasan materi. Contohnya dalam pemakaian alat
peraga siswa regular dapat menggunakan tanpa dibimbing guru, tetapi untuk ABK harus ada bimbingan khusus dalam menggunakan model
bahan ajar yang disajikan oleh guru, seperti yang diungkapkan ketua penyelenggaraan inklusi di kepada penulis:
“……Sebenarnya untuk proses pembelajaran dikelas bisa berjalan dengan baik sepajanng media yang digunakan guru itu dapat
diterima oleh anak-anak di kelas anak regular dan ABK. Tetapi yang menjadi kendala adalah beban waktu yang kurang, karena
ABK harus dibimbing sendiri atau khusus untuk memudahkan mereka lebih jelas dengan materi yang disampaikan oleh guru”.
CL. 02
3 Hambatankendala Kesiapan ketrampilan dan kemampuan guru yang kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pembelajaran pasif.
Dalam proses mengajar kadang kala guru lupa mempersiapkan atau terbatasnya media yang akan diajarkan khusus untuk ABK, hal ini akan
commit to user
cxliv
membuat jenuh peserta didik khususnya ABK. Terkadang juga guru juga harus mempersiapkan media yang disajikan untuk ABK dan anak regular
sudah begitu paham, hal ini juga kurang member daya tarik media pada anak regular dan akan menimbulkan kejenuhan dalam pembelajaran yang
berlangsung seperti yang di ungkapkan oleh guru dikelas regular: “….Memang dalam persiapan mengajar kadang membinggungkan
dalam hal mempersiapkan media khususnya, media untuk anak tunanetra kadang dipandang anak yang regular sudah tidak menarik
lagi seperti mainan anak-anak dan akan menimbulkan ferbalisme pada anak-anak serta akan menimbulkan kegaduhan karena
menganggap media itu suatu mainan, tetapi apabila kita menyediakan media untuk anak regular anak tunanetra akan merasa
kesulitan contohnya menerangkan macam-macam tempat ibadah. CL. 05.
4 Hambatankendala keterbatasan guru untuk mengikuti pelatihan. Hambatan ini dikarenakannya keterbatasan guru inklusi yang khusus di
SMP Negeri 4 Wonogiri, sehingga para guru regular sangat terbatas untuk mengikuti pelatihan yang khusus dan cara mendidik anak berkebutuhan
khusus menjadi lebih baik. Karena tidak mudah dalam membina, mengerti dan mengajar anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan inilah maka guru
dalam pola pembelajaranya enggan melaksanakan perubahan dan mengerti keadaan siswa yang berkebutuhan khusus. Dan keterbatasan ilmu tentang
psikologi untuk anak berkebutuhan khusus tersebut membuat para guru selalu menyamakan antara peserta didik regular dan anak berkebutuhan
khusus untuk mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Seperti ungkapan salah satu guru khusus inklusi: .
commit to user
cxlv
“ sebaiknya memang para guru itu diberi suatu bekal dalam akan mengajar di sekolah inklusi,karena tidaklah mudah menghadapi
anak-anak berkebutuhan khusus, kita harus tanggap dengan sikap, kata-kata maupun perbuatan mereka terutama yang harus
kita plajari adalah psikologi anak, karena anak berkebutuhan khusus sangatlah peka terhadap ucapan ataupun perbuatan kita
yang kita anggap biasa tapi dianggap menyinggung bagi mereka”. CL. 04 .
5 Hambatankendala perbedaan kemampuan individu dalam hal ini perbedaan peserta didik normalregular dan peserta didik yang
membutuhkan layanan khusus. Perbedaan ini kadang kala membuat anak merasa minder karena keadaanya yang kurang lengkap. Karena kurangnya
sosialisasi dari lingkungan sekolahan maka dengan kekurangan ini kadang menjadikan ejekan dan dijadikannya mainnan untuk teman-temannya
dikelasnya. Seperti yang teleh diungkapkan salah satu siswa: “ Ya kadang saya minder dengan keadaan saya, apalagi kalau
mendengar teman-teman bisa menjawab pertanyaan dan apabila saya ditertawain saat menjawab, saya merasa minder sekali. Tapi
sudah menjadi pilihan saya dan saya harus sportif dengan cita-cita saya untuk bisa sekolah lebih tinggi melalui sekolah inklusi ini”.
CL. 06 .
Faktor untuk mengatasi hambatan diatas adalah faktor pendukung sebagai instrument atau unsur yang berpotensi, berdaya guna dan berhasil guna
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengatasi tujuan yang hendak dicapai anatara lain adalah:
1 Sumber daya manusiayaitu: a Guru yang berkualitas dan professional.
commit to user
cxlvi
Peranan guru dalam kegiatan belajar sangatlah berperan, karena keberhasilan proses belajar mengajar juga ditentukan oleh peranan
guru. Maka dari itu guru harus memiliki kompetensi profsional yang mencangkup kemampuan dalam hal; mengerti dn dapat menerapkan
landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan
prilaku anak, mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan, mengerti dan dapat menerpakan metode mengajar yang sesuai, dapat
mengunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lainnya, dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran, dapat
mengevaluasi dan dapat menumbuhkan kepribadian anak. b Orang tua yang memahami kebutuhan pendidikan bagi anaknya.
Peran orang tua juga sangat mendukung kelangsungan anak untuk meneruskan jenjang yang lebih tinggi. Karena peran orang tua yang
menentukan maka sebaiknya orang tua juga mendorong anak supaya dapat meneruskan jenjang pendidikan dengan memperhatikan dan
mendampingi saat belajar meskipun anak itu berkebutuhan khusus. Oaring tua harus memiliki prinsip cacat bukan suatu halangan untuk
maju tetapi mendorong supaya lebih atau sama dengan teman-teman sebayanya.
c Lembaga Swdaya Masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Kepedulian lembaga sosial masyarakat akan memberikan semangat
anak untuk tetap berkarya dan tetap berusaha lebih maju dari orang lain
commit to user
cxlvii
yang sama dengan mereka. Lembaga masyarakat yang baik akan selalu memberi sosialisasi terhadap lingkungan yang berkenaan dengan anak-
anak yang berkebutuhan khusus, contohnya member wawasan pada masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus juga ingin sekolah seperti
yang lain dan ingin bersosialisasi terhadap lingkungan maka masyarakat dan akan menerima apa adanya.
d Tutor sebaya. Penerapan system pembelajaran diluar sekolah yang dipandu oleh guru
dapat meningkatkan keakrapan dan dapat memahami keadaan siswa baik dari lingkungan keluaraga maupun dari diri pribadi. Dalam tutor
sebaya anak dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif dan motivasi belajar yang kuat. Dengan adanya itu siswa diaharapkan dapam belajarnya
memiliki kemandirian dan memiliki motivasi belajar secara inisiatif sendiri baik dilakukan secara kelompok maupun individu.
e Para ahli yang berkaitan: psikologi, terapis, psikotrapi dan lain-lain. Dengan adanya para ahli tersebut anak merasa tak terbebani, karena
anak bias mencurahkan apa yang menjadi beban pikiran. Biasanya anak berkebutuhan khusus sangatlah peka dengan apa yang ada disekitarnya,
mudah tersinggung dan marah. Maka dengan adanya para ahli tersebut bias menjadi teman ngobrol atau teman berbagi.
2 Sarana Prasarana Tempat pembelajaran yang ramah terhadap pembelajaran yang kondusif
dengan aksesibillitas akan memudahkan anak berkebutuhan khusus
commit to user
cxlviii
bersemangat dan termotifasi untuk belajar dengan tekun. Sarana prasarana yang menunjang dapat untuk perantara mereka memahami apa yang
menjadi tujuan pembelajran yang disajikan oleh guru.
3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa