commit to user
cxvi
e Pengendalian program pembelajaran. f Penilaian program pembelajaran.
g Perangkat kelas: jam kedatangan, kartu soal, pohon nilai, kantong ilmu, papan baca Braille, alat tulis Braille.
2 Perangkat keras. a Gedung: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas yang difasilitasi
dengan sarana aksessibilitas sesuai dengan kebutuhan siswa. b Mebeler: meja, kursi, lemari, papan tulis. Papan kartu, papan pajangan,
cermin. Dan perangkat lain yang sesuai dengan kebutuhan siswa. c Computer, computer dengan software Braille, scanner, CCTV, radio
sekolah, tape recorder. d Fasilitas ruang sumber dan laboratorium.
e Fasilitas ruang perpustakaan.
b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus.
Struktur kurikulum pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental,
intelektual dan atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran.
Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua katagori: 1 Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual
dibawah rata-rata.
commit to user
cxvii
2 Peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata.
Kurikulum yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi pada tahun 20072008 sudah menggunakan kurikulum sekolah
regular sampai sekarang dan pada saat ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Seperti diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian
kurikulum : “ kurikulum sekolah inklusi memang menerapkan kurikulum sekolah
regular dan saat ini di SMP negeri 4 Wonogiri sedang melakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP” CL. 03 .
Sepenuhnya penelitian sajikan dalam struktur program mata pelajaran sebagaimana table dibawah ini:
STRUKTUR PROGRAM MATA PELAJARAN KELAS VII SAMPAI KELAS IX
TAHUN 20102011 Kode Mata Pelajaran
Jumlah Jam Pelajaran
Keterangan
1 Pendidikan Agama
2 Pengembangan Diri 1 jm
2 PKN
2 Upacara 1 jam
3 Bhs.Indonesia dan Sastra Indo
4 Pembinaan 1 jam
4 Matematika
4 5
IPA 4
6 IPS
4
commit to user
cxviii
7 Bhs. Inggris
5 8
Penjaskes 2
9 TIK
2 10
Seni Budaya 2
11 Mulok Daerah
2 12
Mulok Sekolah 2
Jumlah 36
Table : Struktur Program kelas VII sampai kelas IX
Mengapa disekolah inklusi khususnya di SMP Negeri 4 Wonogiri menggunakan kurikulum sekolah regular? Hal itu mengacu pada pedoman
penyelenggaraan sekolah inklusi yang dikeluarkan oleh Direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa, Departemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa kurikulum
yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum sekolah regular yang berlaku disekolah umum.
Namun karena di SMP Negeri 4 Wonogiri terdapat berbagai ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,mulai
dari yang sifatnya ringan, sedang sampai berat, maka dalam implementasinya kurikulum regular perlu dilakukan modifikasi atau penyelarasan, dan modifikasi
tersebut dilakukan oleh tim pengembangan kurikulum yang ada di SMP tersebut, dan mengkolaborasikan antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema.
Hal ini meneurut hemat peneliti para pengembang kurikulum disekolah tersebut
commit to user
cxix
memperhatikan bahwa: semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak didiskriminasikan dan memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, semua
anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya, dan perbedaan itu sendiri merupakan penguat dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa, serta sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
Kurikulum pendidikan khusus terdiri atas delapan 8 sampai dengan sepuluh 10 mata pelajaran muatan lokal, program khusus, dan pengembangan
diri. 1 Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah,
yang materinya
tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansinya muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.
2 Program khusus berisi kegiatan yang bervareasi sesuai dengan jenis ketunaannya yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik
tuna netra, bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tuna rungu, bina diri untuk peserta didik tuna grahita, bina gerak
untuk peserta didik tunadaksa, dan bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras.
3 Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru .pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
commit to user
cxx
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi danatau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di
bawah rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta
didik berkelaianan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata- rata, diperluakan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat tematik
untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Seperti yang diungkapkan ketua penyelenggara inklusi, bahwa:
“ dalam pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar pembagian waktunya 50 didalam kelas dan 50 diluar kelas atau
outbound sehingga waktunyapun secara otomatis sama yaitu masing- masing 40 menit sehingga siswa yang berkebutuhan khusus minimal bisa
mengikuti proses pembelajaran dengan adananya model yang disajikan oleh guru” CL. 02 .
Peserta didik berkelainan tanpa disertai kemampuan intelektual di bawah rata-rata yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan
tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara inklusif. Pada satuan pendidikan umum sejak sekolah dasar. Peserta didik yang
mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan SDLB, setelah lulus, didorong untuk dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama umum.dan peserta tidak
commit to user
cxxi
memungkinkan danatau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke SMPLB dan SMALB. Seperti yang diungkapakn salah satu siswa berkebutuhan khusus:
“ saya senang belajar di sekolah ini bu, meskipun saya cacat tapi saya semangat untuk belajar disini. Karen dengan belajar disini otomatis saya
dituntut bisa menyesuaikan dengn teman-teman yg kondisinya jauh lebih baik dari saya.dengan sekolah disini saya berkesempatan sekolah yang
lebih tinggi daripada saya sekolah di SLB” CL. 06 .
Dalam memberi kesempatan kepada peserta didik yang memerlukan pindah jalur pendidikan antara satuan pendidikan yang setara sesuai dengan
ketentuan pasal 12 ayat 1, undng-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka mekanisme pendidikan bagi peserta didik melalui
jalur formal dapat digambarkan sebagai berikut:
SDLB SMPLB
SMALM Masyarakat
Jalur 1 ALBABK
Jalur 2 SDMI
SMPMTs SMAMA
PTMasyarakat SMKMAK
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum satuan pendidkan khusus dikembangkan dengan memperlihatkan hal-hal sebagai
berikut:
commit to user
cxxii
1 Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan
kurikulum SDLBA, B, D, E dan SMALB, B, D, E A= tuna netra. B= tunarungu, D= tunadaksa ringan, E= tunalaras.
2 Kurikulum peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLB C,
C1, D1, G dan SMALB C, C1, D1, G C= tunagrahita ringan, C1= tuna grahita sedang, D1= tunadaksa sedang, G= tunaganda.
3 Kurikulum satuan pendidikan SDLB, B, D. E relative sama dengan kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E dan
SMALB A, B, D, E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan danatau tidak berkeinginan untuk emlanjutkan pendidikan
sampai ke jenjang pendidikan tinggi. 4 Proporsimuatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E
terdiri atas 60 - 70 aspek akademik dan 40 - 30 berisi aspek ketrampilan vokalisional. Muatan isi kurikulum satauan pendidikan
SMALB A, B, D, E terdiri atas 40 - 50 aspek akademik dan 60 - 50 aspek keterampilan vokasional.
5 Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, G dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta
didik dan sifatnya lebih individual. 6 Pembelajaran untuk Satuan Pendidikan Khusus SDLB, SMPLB dan
SMALB C, C1, D1, G menggunakan pendekatan tematik.
commit to user
cxxiii
7 Standar Kompentensi SK dan Kompetensi Dasar KD mata pelajaran umum SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E mengacu kepada SK dan KD
sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, dikembangkan oleh BNSP, sedangkan SK dan KD
untuk mata pelajaran program khusus, dan ketrampilan dikembangkan oleh satuan pendidikan Khusus dengan memperhatikan tingkat dan jenis
satuan pendidikan. 8 Program khusus sesuai jenis kelainan peserta didik melalui sebagai
berikut: a Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra.
b Bina komunikasi, persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu.
c Bina diri untuk peserta didik tunagrahita ringan dan sedang. d Bina gerak untuk peserta didik tunadaksa ringan.
e Bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras. f Bina diri dan bina gerak untuk peserta didik tunadaksa sedang, dan
tunaganda. 9 Jumlah dan alokasi waktu jam pembelajaran diatur sebagai berikut:
a Jumlah jam pembelajar SDLB A, B, D, E kelas I, II, III berkisar antara 28-30 jam pembelajaranminggu dan 34 jam pelajaranminggu untuk
kelas IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SD umum karena ada tambahan mata pelajaran program khusus.
commit to user
cxxiv
b Jumlah jam pembelajaran SMPLB A, B, D, E kelas VII, VIII, IX adalah 34 jamminggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SMP umum
karena ada penambahan mata pelajaran program khusus. c Jumlah jam pembelajaran SMALBA, B, D, E, KELAS X. XI, XII
dalah 36 jamminggu, sama dengan jumlah jam pembelajaran SMA umum.program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakulatif dan
tidak termasuk beban pembelajaran. d Jumalh jam pelajaran SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G sama
dengan jumlah jam pembelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E tetapi penyajiannya melalui pendekatan tematik.
e Alokasi per jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB dan SMALBA, B, D, E maupun C, C1, D1, G masing-masing 30 menit, 35 menit dan
40 menit. Selisih 5 menit dari sekolah regular disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkelainan.
f Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam pembelajaranminggu untuk seluruhnya jam
pembelajaran, dan 4 jam pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
10 Muatan isi pada seetiap mata pelajaran diatur sebagai berikut: a Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB, A, B, D, E pada dasarnya
sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan khususnya, maka diperlukan modifikasi danatau penyesuaian secara
terbatas.
commit to user
cxxv
b Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendidri oleh satuan pendidikan.
c Muatan isi mata pelajaran SMPLB A, B, D, E bidang akademik mengalami modifikasi dan penyesuaian dan penyesuaian dari SMP
umu sehingga menjadi sekitar 60-70. Sisanya sekitar 40-30 muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang ketrampilan vokasional.
d Muatan isi mata pelajaran ketrampilan vokasional meliputi tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir.jenis ketrampilan yang akan
dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta kondisi
satuan pendidikan. e Muatan isi mata pelajara untuk SMALB A, B, D, E bidang akademik
mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga menjadi sekitar 40-50 bidang akademik, dan sekitar 60-50
bidang ketrampilan vokasional. f Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G lebih
ditekankan pada kemampuan menolong diri sendiri dan ketrampilan sederhana yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta
didik. Oleh karena itu, proporsi muatan ketrampilan vokasional lebih diutamakan.
g Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
commit to user
cxxvi
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
11 Strktur Kurikulum SMPLB sebagai berikut: Table Struktur Kurikulum SMPLB Tunanetra
KOMPONEN Kelas dan alokasi Waktu
VII VIII
IX A.
Mata Pelajaran 1.
Pendidikan Agama 2.
Pendidikan Kewarganegaraan 3.
Bahasa Indonesia 4.
Bahasa Inggris 5.
Matematika 6.
Ilmu Pengetahuan Sosial 7.
Ilmu pengetahuan Alam 8.
Seni Budaya 9.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
10. Ketrampilan VokasionalTekonolgi
Informasi dan komunikasi B.
Muatan Lokal C.
Program Khusus Orientasi dan Mobilitas D.
Pengembangan Diri 2
2 2
2 2
2 2
2 2
10
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
10
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
10
2 2
2
commit to user
cxxvii
JUMLAH 34
34 34
Ketrampilan vokasionalteknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis ketrampilan vokasionalteknoloi informasi yang
dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah 2 Ekuivalen 2 jam pembelajaran.
Dari hasil pengamatan peneliti dilapangan diterpkannya model modifikasi bahan ajar tersebut yaitu satu jam pelajaran berupa teori baik dengan ceramah
maupun diskusi dan tanya jawab yang berlangsung didalam kelas dan yang satu jam di luar kelas atau menggunakan media dengan maksud untuk lebih
memudahkan peserta didik dalam menangkap pelajaran yang telah diberikan. Dengan harapan siswa berkebutuhan khusus mempunyai gambaran langsung dan
bisa mengingat dalam waktu yang lama dan bagi siswa reguler diharapkan bisa semakin memperjelas materi yang telah diperoleh didalam kelas baik dengan
cermah, diskusi maupun tanya jawab maupun penberian tugas. Selain tersebut diatas didalam pembelajaran dengan model modifikasi
bahan ajar yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai rintisan inklusi untuk menghilangkan rasa perbedaan diantara sesama siswa baik reguler maupun
siswa berkebutuhan khusus, dan yang lebih penting untuk menghilangkan perasaan rendah diri pada siswa berkebutuhan khusus, dengan cara kerja
kelompok di dalam dan diluar kelas terjalin hubungan yang akrap. Sedangkan untuk siswa reguler semakin meningkatkan rasa sosial atau tenggang rasa antara
dirinya yang normal dengan temannya yang kurang beruntung secara fisik atau
commit to user
cxxviii
berkebutuhan khusus. Terbukti siswa yang tidak bisa melihat temannya yang lain dengan sabar dan penuh toleran membimbing dalam berjalan. Seperti yang
diungkapkan salah satu siswa: ” Saya tidak merasa malu bu, walau saya sekolah disini sebagai sekolah
inklusi, karena ijasahnya sama dengan sekolah yang lain atau reguler yang lain dan dapat meneruskan kejenjang yang lebih tinggi” CL. 06 .
c. Bentuk Proses Belajar Mengajar.