116
4.3.1. Pengenalan Tempat Wisata kepada SKPD Dinas-dinas dan Sekolah- sekolah
Dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisata
Mangrove Kampoeng Nipah.
Untuk meningkatkan pengunjung yang datang, sebuah tempat objek wisata memerlukan pemasaran maupun pengenalan tentang objek wisatanya kepada
masyarakat luas. Strategi-strategi pemasaran banyak dilakukan pihak pengelola objek wisata untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang seperti
pembuatan iklan baik di media cetak maupun media elektronik, iklan-iklan dibuat pengelola untuk menarik supaya masyarakat mau datang ketempat wisatanya.
Persaingan pemasaran terjadi diantara objek wisata dalam memasarkan wisatanya kepada masyarakat luas. Masing-masing objek wisata memiliki strategi
pemasaran yang diandalkannya untuk menarik supaya masyarakat luas mau datang. Persaingan terjadi dalam kancah sosial pemasaran produk wisata kepada
masyarakat. Masing-masing objek memasarkan keunggulan produk wisatanya yang dibungkus sedemikian menarik. Ekowisata mangrove kampoeng nipah juga
dalam menarik pengunjung untuk datang ke objek wisatanya juga melakukan pemasaran atau pengenalan produk kepada masyarakat.
Ekowisata mangrove kampoeng nipah dalam pemasaran objek wisatanya lebih mengarah kepada pengenalan kepada sekolah-sekolah yang ada di sekitaran
objek wisata. Pengenalan dilakukan ke sekolah-sekolah yang berada di Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, kota Medan, bahkan sampai ke daerah Binjai.
Pengenalan dilakukan dengan mengirimkan profil wisata mangrove kampoeng nipah kepada sekolah-sekolah. Pihak pengelola memilih pengenalan ke sekolah-
Universitas Sumatera Utara
117
sekolah karena konsep yang ditawarkan wisata mangrove kampoeng nipah merupakan wisata edukasi, wisata edukasi sangat pas sasaran pemasarannya untuk
murid-murid sekolahan. Banyak sekolah yang sudah membuat acara di wisata mangrove kampoeng
nipah. Menurut informan hampir semua sekolah yang berada di kabupaten Serdang Bedagai sudah mengetahui objek wisata kampoeng nipah. Berikut hasil
wawancara dengan Pak Iwan: “....sasaran pengunjung kami disini sekolah-sekolah dek.
Soalnya kami disini menawarkan edukasi mangrove, paling disekolah mereka hanya dapat teorinya saja, kalau disini kan
mereka bisa tau langsung mangrove itu seperti apa...” Wawancara tanggal 05 Juni 2016
Selain sekolah-sekolah yang menjadi sasaran pemasaran wisata mangrove kampoeng nipah, pihak pengelola juga mengenalkan produk wisatanya kepada
Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang terdapat di kabupaten Serdang Bedagai maupun di luar kabupaten. Cara yang dilakukan juga sama yakni dengan
mengirimkan proposal tentang wisata mangrove kampoeng nipah. Banyak SKPD atau dinas-dinas baik dari kabupaten Serdang Bedagai maupun dari luar
kabupaten yang sudah datang berkunjung ke objek wisata mangrove kampoeng nipah.
SKPD atau dinas-dinas yang datang ke objek wisata kampoeng nipah rata- rata mengadakan wisata diklat yakni pendidikan pelatihan bagi pegawai-
pegawainya untuk meningkatkan kinerja mereka. Pihak pengelola ekowisata mangrove kampoeng nipah memilihkan pemasaran ke SKPD-SKPD karena
banyak kenalan dari ketua kelompok yakni Pak Tris yang bekerja di dinas-dinas
Universitas Sumatera Utara
118
yang terdapat di kabupaten Serdang Bedagai. Menurut Pak Tris selaku ketua kelompok, selain menarik dinas-dinas untuk datang ke objek wisata mangrove
kampoeng nipah, Pak Tris juga menjaga silaturahmi dengan rekan-rekannya yang berada di dinas. Menurut Pak Tris dengan menjaga silaturahmi tersebut dapat
membuat ikatan emosional mereka tetap terjaga. Terjaganya ikatan emosianal mereka membuat ketika suatu saat Pak Tris
membutuhkan bantuan kepada rekannya tentang pengelolaan wisata mangrove, Pak Tris dapat meminta tolong kepada rekannya tersebut. Terjadi hubungan
timbal balik yang terjadi diantara dua belah pihak, adanya kepentingan yang terjadi diantara interaksi keduanya. Hubungan diantara dua belah pihak
meruaPakan cerminan relasi kuasa yang terjadi. Seperti yang di katakan Zuska 2008:27 tentang kuasa, yang memberi isyarat bahwa hubungan antar individu
atau pelaku, dalam bidang sosial apa saja, sebenarnya merupakan hubungan kuasa.
“kuasa akan hadir dalam bidang-bidang yang berbeda-beda tingkatnya dalam suatu kebudayaan saat keseluruhan bidang
itu menampakkan dirinya sebagai arena untuk pengungkapan hubungan-hubungan kuasa yang diaktivasi secara sosial. Dalam
pengertian ini ...., kami menganggap rumah, kantor, atau tempat-tempat rekreasi semuanya merupakan setting bagi relasi
kuasa yang aktif” McGlynn Tuden, 1993
Dengan demikian terjadi tarik ulur kepentingan diantara dua belah pihak yang terjadi. Tarik ulur kepentingan terjadi perihal pengelolaan mangrove baik
izin wisata, administrasi pengelolaan, maupun teknis pengelolaannya.
Universitas Sumatera Utara
119
4.3.2. Sosial Media Sebagai Senjata Untuk Pemasaran Pantai Romantis