Bersa. Bujang tidak memenuhi permintaan Basyir dan akan terus melindungi Tauke sekuat tenaganya. Pertarungan Bujang dan Basyir pun terjadi. Basyir
merupakan tukang pukul yang terlatih dan Bujang sulit untuk mengalahkannya. Walaupun keadaan Tauke sedang sakit, dia mencoba untuk membantu Bujang.
Bujang selamat, serangan Basyir kepadanya terhenti. Tauke menekan tombol seperti remote control dan sepuluh detik kemudian ranjang Tauke telah melewati
lorong miring sepanjang dua puluh meter. Penyakit Tauke semakin parah, Bujang pingsan karena kehabisan tenaga saat sepanjang jalan dia menggendong Tauke.
Ketika bujang tersadar dari pingsannya, ada wajah tua yang menyapanya dan menyebut nama asli Bujang, yaitu Agam liye, 2015: 279-301.
b. Merumuskan Masalah
1 Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan Bag. Dua” dari novel Pulang karya Tere Liye.
2 Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan
Bag. Dua” dari novel Pulang karya Tere Liye.
c. Menguji Hipotesis
Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.
Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan Bag.
Dua” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat setia,
sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke besar bersifat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peduli, Basyir bersifat pendendam dan sombong, Parwes bersifat penakut, Joni bersifat pemberani, dan Putra Tertua Keluarga Lin bersifat durhaka.
d. Mengumpulkan Data
1 Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita kedelapan belas? a Bujang
b Tauke Besar c Basyir
d Parwes e Joni
f Putra Tertua Kelarga Lin 2 Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedelapan belas
a Bujang Bujang digambarkan memilik sifat yang setia kepada Tauke Besar. Sifat
setia Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang
medukung peryataan di atas adalah sebagai berikut: “Itu benar. Kalian naif sekali jika berharap kami akan meyerah.
Basyir hanya basa-basi menawarkan hal itu, dia sudah tau aku akan melindungi Tauke dengan nyawaku.” Aku menatap dingin letnan
Brigade Tong, katanaku terangkat Liye, 2015: 281.
b Tauke Besar Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang peduli kepada Bujang dan
Parwez. Saat penyakit Tauke sudah semakin parah, dia menyuruh Bujang dan Parwez untuk meninggalkannya. Sifat peduli Tauke dibuktikan
melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung
Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tauke menggeleng, “Pergilah bujang, Parwez, tinggal aku di sini.
Aku hanya menghambat kalian. Batuk sialan ini sudah tiba diujungnya. Aku tidak akan bertahan lama. Kalian harus selamat, menyusun
kekuatan selagi bersembunyi beberapa waktu. Kau adalah sebenarnya Tauke Keluarga Tong sekarang, Bujang. kau harus merebut kembali
markas besar” Liye, 2015: 299.
c Basyir Basyir digambarkan sebagai tokoh yang berkhianat di Kelarga Tong yang
memiliki sifat pendendam. Basyir ingin balas dendam kepada Keluarga Tong yang telah membunuh ayah dan ibunya. Sifat pendendam Basyir
dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau tahu bagaimana rasanya bersabar selama itu? Tidak bisakah
kau membayangkan bagaimana aku harus menipu diri sendiri, hah? Tersenyum di hadapan orang yang membakar keluargaku, tertawa,
melaksanakan tugasnya dengan patuh, dan semua sandiwara hebat itu. Aku bisa melakukannya, Bujang. karena saat malam-malam di jalanan,
meriugkuk demamdi bawah selimut bau, dan menggigil menatap gerimis menyiram pasar, aku berjanji. Jika besok aku masih bisa hidup
melewati malam, aku akan menunggu waktu terbaik membalaskan dendamku. Maka aku menunggu hingga hari ini, dua puluh tahun lebih,
saat Keluarga Tong sudah tiba di puncak kekuasaannya. Itu akan menjadi hari yang sangat sempurna. Membalaskan kematian ayah dan
ibuku yang terbakar hidup-hidup
.” Basyir mengakhiri ceritanya. Ruang lengang sejenak. Tauke Besar terdiam di atas ranjang.”
“Cerita yang bagus, Basyir.” Aku berkata dingin, “Tapi itu tetap tidak mengubah fakta bahwa kau adalah pengkhianat rendah” liye,
2015: 289. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, Basyir juga memiliki karakter yang sombong. Basyir yakin Bujang tidak akan bisa menang melawannya. Kesombongan Basyir
dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Bagaimana mungkin kau akan menang? Kau sejak kecil dimanjakan
Kopong, dia takut sekali anak kesayangan Tauke Besar tergores. Sedangkan aku, sejak kecil bersahabat dengan bahaya dan kematian.
Kau hanya dilatih lari cepat oleh Kopong di tempat yang aman sentosa, sementara aku hidup mati belajar meloloskan diri dari kejaran
pembunuh bayaran. Kita tidak pernah setara, Bujang. kau bukan tukang pukul, kau hanya orang tahu berkelahi dan kebetulan pintar.
Kau lemah, kau tidak
secepat dan sekuat yang kau bayangkan” Liye, 2015: 295.
d Parwez Parwes memiliki sifat yang penakut. Ketika Joni memberikannya pistol,
Parwez gemetaran memegangnya. Sifat penakut Parwes dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:
Joni mengambil pedang lalu melemparkannya untukku. Dia mengeluarkan dua pistol dari kotak senjata yang ada di kamar. Satu
untuk Tauke Besar, yang tetap bersandarkan bantal di atas ranjang. Satu lagi untuk Parwez, yang gemetaran memegangnya. Joni sendiri
mencabut sepayang trisula dari pinggangnya, bersiap di sebelahku liye, 2015: 279.
e Joni Joni digambarkan memiliki sifat yang pemberani. Dia melawan empat
orang anggota Brigade Tong yang telah mengeroyoknya. Sifat pemberani Joni dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:
Empat orang anggota Brigade Tong telah mengeroyok Joni dari depan, belakang, dan samping. Joni bertahan mati-matian, sementara
aku empat langkah darinya, tidak bisa membantu. Aku juga harus menghadapi enam orang anggota Brigade Tong beserta letnanya.
Mereka buas menyerangku tanpa ampun. Belati mereka terus mencari sasaran, kehilangan konsentrasi sepersekian detik mahal sekali
harganya. Joni semakin terdesak, lengannya terluka, dia berteriak marah Liye, 2015: 282.
f Putra Tertua Keluarga Lin Putra Tertua Keluarga Lin digambarkan memiliki karakter yang durhaka
kepada ayahnya. Putra tertua Keluarga Lin berterima kasih kepada Bujang karena telah membunuh ayahnya. Sifat durhaka Putra Tertua Keluarga Lin
dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Tidak. Aku yang berterima kasih telah diundang berpesta malam
ini, Basyir.” Putra tertua Keluarga Lin balas tertawa, “Dan aku sangat berterimakasih pada kau, Si Babi Hutan. Aku sudah bosan menunggu
ayahku mati
agar aku
bisa menggantikannya,
kau telah
mempercepatnya. Orang tua itu tidak bisa lagi mengatur-aturku seperti anak kecil. Setelah membereskan urusan ini, aku kan menjadi kepala
keluarga. Genap sudah kekuasaanku di Makau. Mari kita sudahi percakapan, habisi mereka” Liye, 2015: 292.
e. Menguji Hipotesis