dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak terbelit-belit melainkan begitu saja dan lansung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin
berupa sikap sifat watak. Tingkah laku atau bahkan juga ciri fisiknya Nurgiyantoro 1995: 194. Cara ini cukup efektif dan ekonomis. Pengarang
dengan cepat dan singkat dapat mendeskrisikan kedirian tokoh ceritanya.
b. Teknik Dramatik
Penampilan tokoh cerita, dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan dalam drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya,
pengarang tidak mendeskripskan secara eksplisit sikap dan sifat serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri
melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi
Nurgiyantoro 1995: 198.
2.2.4 Pembelajaran Sastra di SMA
Menurut Rahmanto 1988:16, masalah yang sering kita hadapi sekarang adalah bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang
maksimal untuk pendidikan secara utuh.pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu:
a. Membantu Keterampilan Berbahasa
Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit
keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing memiliki hubungan yang erat.
b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap
menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang menghayatinya. Adanya karya sastra mampu
merangsang siswa untuk mengajukan pertayaan-pertanyaan yang relevan. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam
masyarakat adalah penegtahuan tentang budaya yang dimilikinya. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki.
c. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahawa setiap siswa adalah seoarang individu dengan kepribadian yang khas, kemampuan, masalah dan kadar
pekembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu pentingnsekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara
keseluruhan. Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat efektif, dan
bersifat sosial, serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius. d.
Menunjang Pembentukan Watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan
sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kedua, bahwa pengajaran sastra hendaknya
dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.
Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Rahmanto 1988:27-33 mengklasifikasikan tiga aspek
penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:
1 Bahasa
Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan atau semacam bakat khusus untuk memilih bahan pengajaran
sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi
wacana, ungkapan dan refrensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa
terhadap karya sastra yang sedang diajarkan. 2
Psikologi Perkembangan psikologi anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan
pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis perlu diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh kedalam minat dan keengganan anak didik
dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengarugnya terhadap daya ingat, kemampuan mengerjakan tugas, kesiapan
bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Rahmanto menklasifikasikan tahapan psikologi menjadi empat
tahap, yaitu sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Tahap pengkhayalan 8 sampai 9 tahun
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
b Tahapan romantik 10 sampai 12 tahun
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana,
tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
c Tahapan realistik 13 sampai 16 tahun
Setiap tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.
Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta- fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.
d Tahap generalisasi umur 16 tahun dan selanjutnya
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu
yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
3 Latar Belakang Budaya Latar belakang karya sastra meliputi hampir semua faktor kehidupan
manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, topografi, iklim, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mitodologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nialai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya. Biasanya,
siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian,
secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya
dikenal oleh para siswa.
2.2.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP