Mengumpulkan Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

d. Mengumpulkan Data

1 Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima? a Bujang b Tauke c Basyir d Parwes e Dokter 2 Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima a Bujang Bujang memiliki sifat yang keras kepala, bertanggung jawab dan peduli. Sifat keras kepala Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku tetap menggeleng. “Astaga, Bujang Omong kosong menjadi seperti bapak kau. Lihatlah. Aku bertahun-tahun ingin menjadi seperti ayahku dulu, Tauke Besar sebelumnya. Lantas apa yang aku dapat setelah menjadi dirinya? Di kota ini saja keluarga lain tidak menghormatiku, kita hanya dianggap keluarga rendah. Jangan tanya di pulau seberang, Ibu Kota, mereka hanya memicingkan mata tidak peduli. Kita dianggap sama dengan preman pasar induk yang kita taklukkan. Tidak berkelas. Murahan.” Aku tetap diam. “Kau harus sekolah ,Bujang. Frans yang akan mengajarmu secara privat di rumah ini hingga kau bisa mengejar ketinggal kelas. Kau tidak menyiakan-nyiakan bakat pintarmu. Kau seharusnya sudah kelas satu SMA, Bujang. usiamu sudajh lima belas tahun.” “Aku tidak mau.” Aku memotong Liye, 2015:55-56. Sifat Bujang yang bertanggung jawab dibuktikan dengan menggunakan teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Tidak ada yang bilang begitu, Tauke.” Aku berkata dengan suara lebih lembut, duduk di kursi samping ranjang, “Menemui calon presiden itu adalah pekerjaan yang Tauke berikan kepadaku, dan semua pekerjaan harus tuntas di keluarga ini, tidak terlambat walau sedetik. Ta uke sendiri yang mendidik kami atau resikonya adalah hukuman” Liye, 2015:59. Bukti lain ini menujukkan Bujang memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar yang sedang sakit. Sifat peduli Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Aku ingin menunda percakapan ini. Dalam hidupku kematian orang terdekat selalu membuatku menjadi lebih lemah. Tapi teringat pesan dokter tadi, demi membuat tauke senang, aku memutuskan mengalah. Akan aku pertimbangkan permintaanya. Aku mengangguk Liye, 2015:66. b Tauke Besar Tauke Besar memiliki sifat yang pemaksa dan pemarah. Sifat-sifat Tauke tersebut dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal itu ditunjukkan saat Tauke Besar meminta Bujang untuk sekolah. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau harus sekolah, Bujang.” Tauke menatapku marah, wajahnya tidak suka. Aku mengeleng. “Kau harus sekolah, BUJANG” Tauke Membentakku. Niatku sudah kokoh. Aku tidak datang sejauh ini ke kota besarhanya untuk sekolah. Aku tidak membunuh babi raksasa itu hanya untuk kemudian disuruh belajar. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Tauke mengendurkan teriakannya, berusaha sedikit terkendali. Ia merapikan kertas-kertas yang sedang dia periksa melangkah mendekatiku. “Aku ingin menjadi seperti bapakku dulu.” “Menjadi bapak kau? Lantas apa yang berhasil Samad dapatkan dari menjadi seorang tukang pukul? Kakinya lumpuh satu. Kau ingin menjadi lumpuh seperti dia, hah?” Aku diam Liye, 2015:54-55. Sifat pemarah Tauke ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Wajah masam Tauke terlihat mengendurdan kembali tenang. Sejak mulai sakit-sakitan lima tahun terakhir, Tauke mudah sekali marah. Dia bisa mengamuk tanpa sebab di atas ranjangnya, membuat semua orang repot. Hanya dokter senior yang bisa mengendalikannya. Aku harus lebih bersabar menghadapi Tauke. Dia sudah seperti ayahku, satu- satunya keluarga yang masih hidup Liye, 2015:60. c Basyir Basyir berperan sebagai sahabat baiknya Bujang, ia memiliki sifat yang yang ramah kepada Bujang. Sifat ramah Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Basyir tertawa, akhirnya dia bisa menebak apa yang terjadi , “Kami seharian melakukan hal seru di luar sana, Bujang. Memukuli preman pasar yang banyak tingkah, dan kau justru disuruh membaca.” Sial. Aku melotot kepada Basyir yang menertawakanku. “Aku mandi, Bujang. Belajar yang rajin kau.” Basyir melambaikan tangan, kembali ke kamarnya Liye, 2015:53-54. d Parwes Parwes digambarkan sebagai tokoh yang ramah dan pintar. Sifat yang ramah dan pintar Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Sifat ramah Parwez ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Apa kabar, Bujang?” salah satu dari dua orang yang telah berada di kamar Tauke sebelum aku, tiba-tiba menepuk bahuku. “Baik.” Aku mengangguk Liye, 2015:60-61. Bukti lain ini menunjukkan Parwez merupakan tokoh yang pintar. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Jika diibaratkan multinasional, maka Parwes adalah CEO alias direktur utama atas grup perusahaan yang bernilai ratusan miliar dolar. Dia keturunan india, yatim-piatu, diambil Tauke saat usianya empat belas tahun di slaah satu panti asuhan. Saat itu Parwes baru saja memenangkan kompetisi catur, menagalahkan seorang grand master. Bakatnya dalam bidang keuangan sama jeniusnya dengan permainan caturnya. Tauke membawanya ke rumah Keluarga Tong., menyekolahkannya, mendidiknya menjadi bagian penting puzzle berikutnya. Parwes sangat setia kepada Tauke. Dia rajin, cermat, serta pandai mengerakkan bisnis legal milik perusahaan. Kepribadian Parwes itu sangat disukai Tauke, karena ia benci berkelahi. Aku tidak pernah sekali pun melihat Parwes memukul orang lain. Parwes dan staf-stafnya tidak berkantor di rumah, dia mengendalikan bisnis dari gedung berlantai tiga puluh di jalan protocol Ibu Kota Liye, 2015:61. e Dokter Dokter memiliki sifat yang peduli kepada Tauke yang sedang sakit. Sifat peduli Dokter dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Tidak ada yang perlu dicemaskan, Bujang. kondisinya stabil.” Dokter bicara padaku sebelum meninggalkan kamar, disusul dua perawat, “Tapi jangan biarkan dia bekerja banyak, jangan buat suasana hatinya buruk. Marah-marah itu menganggu fisiknya Liye, 2015:62.

e. Menguji Hipotesis

Dokumen yang terkait

KEPRIBADIAN PADA TOKOH DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

10 78 54

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PADA NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA: Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

1 20 16

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYEDAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 7 12

PENDAHULUAN Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

2 31 6

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

Metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I.

0 1 177

Metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

0 16 290

Metode inkuiri dalam pembelajaran alur dan tokoh novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk pembelajaran sastra Di SMA kelas XI semester I.

0 0 136

Konflik batin tokoh dam dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere-Liye dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra SMA kelas XI semeter I tinjauan psikologi sastra.

3 21 217

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I

0 1 225