b. Merumuskan masalah
1 Siswa mengindentifikasi siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye
2 Siswa menetukan penokohan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel
Pulang karya Tere Liye
c. Merumuskan Hipotesis
Siswa memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah
disusun.
Berdasarkan gambaran awal dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita
tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pendiam dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Samad yang
bersifat pemarah, Midah yang bersifat perduli, dan Tauke Muda yang bersifat perhatian.
d. Mengumpulkan Data
1 Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita pertama? a Bujang
b Samad sebagai bapak Bujang c Midah sebagai mamak Bujang
d Tauke Muda 2 Siswa menentukan penokohan dalam cerita pertama
a Bujang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bujang digambarkan sebagai tokoh yang pendiam dan pemberani. Sifat pendiam Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori. Teknik ekspositori
merupakan teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai
berikut: “Kau sepertinya pendiam sekali, Bujang. Tidak pernah kulihat kau
berbicara sejak tadi. Bahkan tersenyum pun tidak.” Tauke Muda menatapku Liye, 2015:10.
Bukti lain ini menggambarkan Bujang merupakan tokoh pemberani. Sifat pemberani Bujang ditunjukkan ketika ia berhasil mengalahkan Babi terbesar
di hutan. Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan
yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari
sana. Aku tidak takut.
Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang. Hari saat aku menyadari warisan leluhurku yang menakjubkan, bahwa aku
tidak mengenal lagi defenisi rasa takut” Liye, 2015:20.
b Samad Samad digambarkan sebagai Bapak Bujang. Samad memiliki sifat yang keras
dalam mendidik Bujang. Namun, ketika Samad bertemu dengan Tauke Muda, Samad berubah menjadi sosok yang ramah. Sifat ramah Samad dibuktikan
melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di
atas adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Demi melihat mobil-mobil itu, bapakku beringsut turun dari anak tangga. Ia berpegangan, menyeret kakinya yang lumpuh satu seraya
tertawa lebar mendekati rombongan. Aku jarang melihat bapakku yang sakit-sakitan tertawa selepas itu. Biasanya ia lebih banyak mengomel,
marah-marah. Salah satu dari rombongan itu mendekat, seperti pimpinan mereka, juga ikut tertawa lebar. Mereka berpelukan dan menepuk bahu,
seperti sahabat lama Liye, 2015:4.
Bukti lain ini akan menunjukkan sifat keras Samad kepada Bujang. Sifat keras Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh
dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:
“Kemari kau, Bujang,” Bapakku berseru lagi. Aku sedang mengangkat ceret berisi kopi panas menoleh.
“Ayo” Bapakku melotot, tidak sabaran Liye, 20015:5.
c Midah Midah digambarkan sebagai Mamak Bujang. Midah memiliki sifat yang
perduli terhadap Bujang. Sifat perduli Midah terlihat saat Bujang ingin ikut Tauke Muda pergi berburu ke hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik
dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Mamak mencengkram lenganku, berbisik lembut, “Mamak
mengizinkan mu pergi. Tapi berjanjilah, kau hanya menonoton di hutan sana, Nak. Kau tidak akan melakukan apa pun. Hanya menonton yang
lain berburu.” Aku mengangguk. Aku juga tau maksud tatapan Mamak.
“Jangan lakukan hal bodoh di rimba sana Kau dengar, Bujang?” Mamak memastikan Liye, 2015:7.
d Tauke Muda Tauke Muda digambarkan sebagai tokoh yang perhatian kepada Bujang dan
anak-anak buahnya. Sifat perhatian Tauke Muda kepada Bujang dan anak- anak buahnya dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan
tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:
“Babi sialan.” Tauke Muda mendengus, menendang salah satu diantaranya. Kemudian ia menoleh padaku, “Kau baik-baik saja,
Bujang?” Aku menggangguk. Napasku sudah kembali normal.
Tauke Muda segera memeriksa dua anak buahnya. Dengan lengan dan betis terluka parah, dua pemburu itu bisa beranjak duduk. Yang
mengenaskan, salah satu dari pemuda talang kini entah pingsan atau meninggal. Dua pemuda talang lain berusaha mengurusnya dengan
kondisi badan yang juga tidak lebih baik Liye, 2015:16-17.
Selain itu, Tauke Muda juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli kepada babi-babi hutan karena telah meresahkan warga. Sifat tidak peduli
Tauke Muda ditunjukkan saat dia memerintah anak buahnya untuk membunuh babi yang ada di hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu
teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
“Habisi babi-babi itu” Tauke Muda berteriak , tidak peduli. Senapan melayak, memuntahkan peluru Liye, 2015:14.
e. Menguji Hipotesis