Menguji Hipotesis Mengumpulkan Data

Bujang sendiri tidak tahu bagaimana mengalahkan Basyir. Pertarungan sudah hampir tiba di akhirnya. Bujang hanya membutuhkan keajaiban yang tersisa liye, 2015: 365-383.

b. Mereumuskan Masalah

1 Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye 2 Siswa penokohan dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye

c. Menguji Hipotesis

Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang tegas dan pendendam, sedangkan yang berepran sebagai tokoh tambahan adalah White bersifat pemberani, Yuki dan Kiko bersifat ceria, Togar bersifat patuh, Parwez bersifat penakut, dan Basyir bersifat sombong.

d. Mengumpulkan Data

1 Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh tiga? a Bujang b White c Togar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d Parwez e Yuki dan Kiko f Basyir 2 Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua puluh tiga a Bujang Bujang digambarkan memiliki sifat yang tegas dan pemberani. Sifat tegas Bujang ditunjukkan kepada Kiko sedang mengganggu Parwez. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Masukkan pedang itu ke dalam kotak, Kiko” Aku teringat sesuatu. “Ayolah, Bujang. aku hanya memerlihatkannya pada ‘India’.” “Aku serius, Kiko. Masukkan pedangnya.” “Baiklah” Kiko bersungut-sungut, “Kau lama-lama mirip sekali dengan orang tua itu. Cerewet” liye, 2015: 368. Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang memiliki sifat pendendam. Bujang akan memulai peperangan demi membalas rasa sakit hati kematian Tauke Besar, Joni, dan anggota keluarga lainnya. Sifat pendendam Bujang dibuktikan melaui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Aku menghela napas. Ini saatnya, kami tidak bisa lagi melangkah mundur. Inilah saatnya, peperangan akan segera dimulai. Demi kehormatan Keluarga Tong, aku akan membalaskan sakit hati kematian Tauke Besar, Joni, dan anggota keluarga lainnya. Aku mencengkram kemudi, sekarang “SERANG, Togar White” Aku berseru Liye, 2015: 368-369. b White White digambarkan memiliki sifat yang pemberani. Sifat pemberani White ditunjukkan saat dia akan melawan pasukan Keluarga Lin yang sulit untuk ditaklukkan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Bagus, Bujang. Kami juga sudah masuk. Tapi sial Pasukan Keluarga Lin banyak sekali. Mereka lebih sulit ditaklukkan dibanding Makau. Semoga aku bisa mengatasi mereka. Sampai bertemu di lantai dua puluh lima, aku kan menuju ke sana” Liye, 2015: 373. c Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko digambarkan ninja terbaik, didikan langsung Guru Bushi. Mereka memiliki karakter yang suka bermain-main dalam misi, namum mereka dapat meyelesaikannya misi dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku harus mengakui, meski si kembar ini amat menyebalkan dan selalu bermain-main, mereka adalah ninja terbaik, didikan langsung Guru Bushi. Itulah kenapa aku mengajaknya bersamaku. Kami bertiga mungkinpunya kesempatan mengalahkan Basyir Liye, 2015: 375- 376. d Togar Togar digambarkan memiliki sifat yang patuh kepada Bujang. Sifat patuh togar dibuktikan melaui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Mundur, Togar, Mundur hingga parkiran.” “Baik, kami akan mundur.” “Kau tahan mereka di sana. Apa pun harganya” Liye, 2015: 376. e Parwez Parwez digambarkam memiliki sifat yang penakut. Saat sedang santai, Kiko memaksa Parwez untuk memegang shuriken miliknya. Parwez menolaknya, bagi Parwez, sejata itu terlihat mematikan. Sifat penakut Parwes dibuktikan melaui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Ayolah, kau pegang, ‘Indian’, ini hanya mainan. Meski kadang aku mengoleskan racun di ujungnya, yang bisa membuat lumpuh seekor gajah.” Kiko tertawa, tidak mendengarkan __ dia memanggil Parwez ‘India’. Parwez menggeleng. Semakin jerih. “Kau penakut sekali untuk seorang yang sudah tua sebesar ini.” Kiko terlihat pura-pura kecewa. Yuki yang duduk disebelahku ikut tertawa liye, 2015: 366. f Basyir Basyir digambarkan sebagai sosok yang kuat. Basyir mampu menangkis atau menghindar dari serangan Yuki, Kiko, dan Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tubuh tinggi besar basyir dikepung dari depan, samping, dan belakang. Dua katana dan sabit berantai mengincar tubuhnya. Yuki dan Kiko melenting lincah ke sana-kemari, sementara aku mengisi ruangantar serangan. Meski begitu, basyir tetap tidak bisa dikalahkan. Dia bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan aku belum pernah melihat kemampuan seperti itu. Berapa pun serangan yang kami kirim, dia mampu menangkis atau menghindar, dan setiap kali dia membalas menyerang, kami bertiga harus mati-matian saling melindungi satu sama lain. Wajah si kembar sudah terlihat serius sejak tadi, tidak ada lagi main-main, mereka memberikan usaha terbaik Liye, 2015: 381- 382. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain kuat, Basyir juga digambarkan memiliki sifat yang sombong. Sifat sobong Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Ada apa, Bujang? Kenapa kau terdiam? Kau baru menyadari jika misimu menyerang gedung ini sama saja bunuh diri?” Basyir menatapku menghina. “Sayang sekali, Bujang. malam ini, julukanmu harus diganti. Bukan lagi si babi Hutan, baiknya diu bah menjadi Si Babi Panggang.” Basyir terkekeh Liye, 2015: 383.

e. Merumuskan Hipotesis

Dokumen yang terkait

KEPRIBADIAN PADA TOKOH DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

10 78 54

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PADA NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA: Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

1 20 16

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYEDAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 7 12

PENDAHULUAN Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

2 31 6

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

Metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I.

0 1 177

Metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

0 16 290

Metode inkuiri dalam pembelajaran alur dan tokoh novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk pembelajaran sastra Di SMA kelas XI semester I.

0 0 136

Konflik batin tokoh dam dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere-Liye dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra SMA kelas XI semeter I tinjauan psikologi sastra.

3 21 217

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I

0 1 225