= 386801
,6 916406
,7698 = 0,422
Dari hasil perhitungan korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,422. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2
Playen dengan tingkat hubungan yang cukup. Untuk menentukan besarnya sumbangan motivasi belajar
matematika terhadap hasil belajar matematika dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
�� = ρ
2
× 100 = 0,422
2
× 100 = 17,81
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII
reguler SMP Negeri 2 Playen sekitar 17,81 dan selebihnya
82,19 ditentukan oleh faktor lain.
E. Pembahasan
Dalam dunia pendidikan, hasil belajar salah satunya ditunjukkan dengan nilai-nilai yang dicapai siswa dalam pelajaran. Untuk mencapai hasil
belajar yang baik khususnya dalam bidang matematika, ada beberapa faktor yang turut berpengaruh, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri
dari faktor lingkungan alam dan sosial serta faktor instrumental yang berupa kurikulum, pengajar, sarana dan fasilitas, serta administrasi. Sedangkan faktor
dalam adalah faktor fisiologi yang berupa kondisi fisik dan panca indra, serta faktor psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan
kemampuan kognitif. Dari penjelasan di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, salah satunya adalah motivasi. Motivasi merupakan daya dorong atau daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan belajar, khususnya dalam belajar matematika, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi
tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar siswa dapat tercapai.
Jika dilihat dari fungsinya, motivasi berperan sebagai pendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan harus sesuai dengan rumusan tujuannya;
penyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Secara singkat motivasi dalam belajar berperan untuk menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar. Dengan adanya motivasi seseorang
menjadi terarah untuk mencapi tujuannya serta dapat menyeleksi perbuatan- perbuatan apa yang bermanfaat bagi tujuannya tersebut. Selain itu motivasi
akan mendorong seseorang untuk berusaha dan mencapai prestasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan
kata lain bahwa dengan adanya usaha yang didasari dengan motivasi maka seseorang yang belajar tersebut akan dapat menghasilkan prestasi yang baik.
Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat prestasi atau hasil belajarnya Sardiman, 1986:85. Oemar Hamalik
2007:179 mengungkapkan bahwa motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok
yang tidak mempunyai motivasi belajarnya kurang atau tidak berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi memang berperan penting dalam kegiatan
belajar dan pencapaian hasil belajar. Dari uraian di atas, motivasi belajar matematika mempunyai hubungan
dengan hasil belajar matematika. Hal ini dibukt ikan dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi belajar matematika
dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII unggulan dan reguler dengan pokok bahasan kubus dan balok di SMP N 2 Playen tahun 2012
sebagai berikut:
1. Pada kelas unggulan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,390 yang berarti tingkat korelasinya rendah. Koefisien determinasi
�
2
= 0,390
2
= 0,1521 yang berarti bahwa besarnya sumbangan motivasi belajar matematika hanya sebesar
15,21 terhadap hasil belajar matematika, sedangkan
84,79 disebabkan oleh faktor lain seperti: kurikulum, pengajar, sarana, fasilitas, administrasi
,
fisik, panca indra
,
bakat, minat, kecerdasan, dan kemampuan kognitif. 2. Pada kelas reguler diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,422
yang berarti tingkat korelasinya cukup. Koefisien determinasi ρ
2
= 0,422
2
= 0,1781 yang berarti bahwa besarnya sumbangan motivasi belajar matematika hanya sebesar
17,81 terhadap hasil belajar matematika, sedangkan
82,19 disebabkan oleh faktor lain seperti: kurikulum, pengajar, sarana, fasilitas, administrasi, fisik, panca
indra, bakat, minat, kecerdasan, dan kemampuan kognitif. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pada kelas unggulan
terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika namun hubungannya rendah. Hal ini mungkin terjadi karena kelas
unggulan merupakan kelas yang siswanya merupakan siswa pilihan dan mempunyai kemampuan kognitif yang rata-rata sudah baik, sehingga
walaupun siswa kelas unggulan mempunyai motivasi yang tinggi ataupun kurang tinggi, siswa tersebut masih mungkin mendapatkan hasil belajar yang
baik, karena sejak awal mereka sudah mempunyai kemampuan kognitif yang
baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh atau sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika pada kelas unggulan adalah kecil.
Begitu pula pada kelas reguler, terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika, namun berbeda dengan kelas
unggulan, kelas reguler menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup antara motivasi dengan hasil belajar matematika. Hal ini mungkin terjadi kerena
kelas reguler adalah kumpulan siswa yang mempunyai kemampuan kognitif di bawah siswa kelas unggulan, sehingga tinggi rendahnya motivasi belajar
matematika pada kelas reguler masih cukup berpengaruh atau memberikan sumbangan yang cukup terhadap hasil belajar matematika.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi motivasi dan hasil belajar matematika pada kelas unggulan dan reguler adalah sebagai berikut:
1. Pada kelas VIII unggulan, proporsi siswa yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 51,67, siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika sedang adalah 48,33, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah
0 artinya tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah. Selanjutnya untuk hasil belajar matematika,
persentase siswa yang tuntas adalah 66,67 dan persentase siswa yang tidak tuntas adalah 33,33 .
2. Pada kelas VIII reguler, proporsi siswa yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 27,42, siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika sedang adalah 72,58, sedangkan
siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0 artinya tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar
matematika rendah. Selanjutnya untuk hasil belajar matematika, persentase siswa yang tuntas adalah 32,26 dan persentase siswa
yang tidak tuntas adalah 67,74. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada kelas unggulan, siswa
yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak dari pada kelas reguler yaitu pada kelas unggulan 51,67, dan pada kelas reguler
27,42. Begitu pula dengan hasil belajar matematika, siswa yang tuntas lebih banyak di kelas
unggulan dari pada kelas reguler yaitu 66,67 untuk kelas unggulan dan 32,26 untuk kelas reguler.
Dari data yang diperoleh, secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi dan hasil belajar pada kelas unggulan jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan kelas reguler. Hubungan motivasi belajar matematika pada kelas reguler lebih berarti dalam mendukung pencapaian
hasil belajarnya, sedangkan pada kelas unggulan motivasi tidak begitu berarti dalam mendukung pencapaian hasil belajar.
Melihat proporsi motivasi dan hasil belajar matematika baik pada kelas unggulan maupun kelas reguler, siswa kelas reguler masih sangat
memerlukan dukungan dalam penumbuhan motivasi untuk mendukung pencapaian hasil belajar yang baik. Maka kelas reguler perlu diberikan
perlakuan khusus untuk mencapai hal tersebut. Sejak awal siswa sudah dikelompokkan ke dalam kelas yang berbeda, maka perlakuan setiap kelas
pun sebaiknya juga dibedakan. Perlakuan tersebut juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi siswa, agar semua siswa dapat berhasil
dalam belajarnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun ajaran
20112012, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,390
dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar
15,21. 2. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,422
dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar
17,81. 3. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggu lan
yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 51,67, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah
48,33, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0. Proporsi motivasi belajar
matematika siswa kelas VIII reguler yang memiliki motivasi
83