Korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika pada kelas VIII unggulan dan reguler dengan pokok bahasan kubus dan balok di SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.
i
KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK
BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Maria Tyas Palupi 081414045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
ii
KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK
BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012
Disusun oleh: Maria Tyas Palupi
NIM: 081414045
Telah disetujui oleh: Pembimbing
(3)
iii SKRIPSI
KORELASI MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA KELAS VIII UNGGULAN DAN REGULER DENGAN POKOK
BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 2 PLAYEN TAHUN 2012
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Maria Tyas Palupi
NIM: 081414045
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal: 26 November 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. ... Sekretaris : Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. ... Anggota I : Drs. A. Sardjana, M.Pd. ... Anggota II : Drs. Thomas Sugiarto, M.T. ... Anggota III : Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. ...
Yogyakarta, 26 November 2012
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(4)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Tuhanku tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti, cobaan yang engkau alami tak melebihi kekuatanmu”
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku kepada : Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang luar biasa dalam hidupku, Bapak dan Ibu tercinta Y. Widada dan Y. Sulastri,
Kakakku FK. Jati P. dan Bayu Ari P., Adikku E. Kartika,
Almamaterku,
(5)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 November 2012 Penulis,
(6)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Tyas Palupi
Nomor Induk Mahasiswa : 081414045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul
Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 26 November 2012 Yang menyatakan,
(7)
vii ABSTRAK
Maria Tyas Palupi. 2012. Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (2) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Jenis penelitian merupakan penelitian korelasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Playen semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada bulan April sampai Mei 2012. Data penelitian ini berupa nilai tes hasil belajar matematika dan skor motivasi belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk data hasil belajar matematika dan metode kuesioner untuk data motivasi belajar matematika yang telah diujicobakan dengan uji validitas dan reliabilitas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen sebanyak 122 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis data rasio dan interval dan pengolahan data dilakukan secara statistik deskriptif dan korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat (1) korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,390 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 15,21% (2) terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,422 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar17,81% (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 51,67%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 48,33%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0%. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 27,42%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 72,58%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0% (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang tuntas adalah 66,67 % dan siswa yang tidak tuntas adalah 33,33 %. Proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang tuntas adalah 32,26% dan siswa yang tidak tuntas adalah 67,74%.
(8)
viii
ABSTRACT
Maria Tyas Palupi. 2012. Correlation between Motivation and the Result of Mathematics Learning of Cube and Cuboid on Eighth Grade of Superior and Regular Class at SMP Negeri 2 Playen Year 2012. Skripsi. Yogyakarta: Mathematics Study Program. Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This study was aimed at finding (1) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight superior class students 2012 (2) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight regular class students 2012 (3) the motivational proportion of learning mathematics between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012 (4) proportion of mathematics learning between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012. This study was a correlation study.
This study was done at SMP Negeri 2 Playen semester two 2011/2012 on April until May 2012. The data collected in form of mathematics test score and mathematics motivation score. To obtain the mathematics score a test was employed, while to obtain the motivation score a questionnaire was employed. The techniques employed had been tested using validity and reliability test. The participants of the study were the 122 students of grade eight at SMP Negeri 2 Playen. This study employed ratio and interval data. To process the data, statistic descriptive and Pearson Product Moment correlation were employed.
Through the study, the writer found that (1) there was positive correlation between students’ motivation and students’ mathematics results eighth superior graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.390 and motivational effect to mathematics results 15.21 % (2) the writer found positive correlation between motivation and mathematics result of the eight regular graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.422 and motivational effect to mathematics result 17.81% (3) proportion of mathematics learning of superior class that had high motivation was 51.67% students, 48.33% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. Proportion of mathematics learning of regular class that had high motivation was 27.42% students, 72.58% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. (4) Students of superior class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 66.67%, while those that could not pass were 33.33%. Students of regular class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 32.26%, while those that could not pass were 67.74%.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan berkat, anugerah, dan kasih yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Drs. A. Sardjana, M.Pd. selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
(10)
x
5. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
6. Para dosen Pendidikan Matematika yang penuh kesabaran dan kesetiaan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh ilmu di Program Pendidikan Matematika.
7. Syarifatul Hidayah, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Playen yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk melakukan penelitian.
8. Rini Astari, S.Pd selaku Guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Playen yang telah memberikan kesempatan dan bantuan.
9. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun ajaran 2011/2012 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.
10.Sekertariat JPMIPA, yang dengan sabar telah memberikan kemudahan berbagai urusan sehingga penulis tidak menghadapi kesulitan yang berarti. 11.Kedua orang tua tercinta, Yohanes Widada dan Yuliana Sulastri atas
perhatian, dukungan, doa, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 12.Kakak tercinta Fransiskus Krista Jati Prasetya, Bayu Ari Pranawa, Maria
Widawati yang telah memberi semangat, doa, hiburan, dan dukungan berupa tenaga, waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Sahabat dekatku Irene Kurnia Jati, Yulia Wulandaru, V. Vivian Oktavika, Reni Puspitasari, Esti Windarti yang telah memberi dukungan, motivasi, semangat, dan hiburan dalam menyelesaikan skripsi ini.
(11)
xi
14.Teman-teman kost Ceria, teman-teman seperjuangan, teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008 yang selama ini berproses dan berjuang bersama.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demikian penulisan tugas akhir ini disusun dan mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.
(12)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Batasan Istilah ... 6
F. Tujuan ... 9
(13)
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Matematika... 11
B. Pengertian Belajar ... 12
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13
D. Belajar Matematika ... 15
E. Hasil Belajar ... 16
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 17
G. Motivasi Siswa Dalam Belajar Matematika ... 19
H. Jenis Kelas di SMP N 2 Playen ... 29
I. Kubus dan Balok ... 31
J. Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 43
C. Populasi Penelitian ... 44
D. Perumusan Variabel ... 44
E. Bentuk Data ... 46
F. Metode Pengumpulan Data ... 46
G Instrumen Penelitian ... 47
H. Metode Analisis Data ... 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 60
(14)
xiv
C.Perhitungan Proporsi Motivasi dan Hasil Belajar Matematika ... 68
D. Analisis Data Penelitian ... 71
E. Pembahasan ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 43
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika ... 48
Tabel 3.3. Skor Alternatif Jawaban Angket ... 49
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok ... 51
Tabel 3.5. Skor Butir Soal Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok ... 52
Tabel 3.6. Kriteria Motivasi Belajar Matematika ... 56
Tabel 3.7. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Matematika ... 57
Tabel 3.8. Koefisien Korelasi ... 59
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 62
Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika .... 63
Tabel 4.3. Perhitungan Validitas Intrumen Hasil Belajar Matematika ... 64
Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 64
Tabel 4.5. Data Siswa ... 65
Tabel 4.6. Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Unggulan ... 66
Tabel 4.7. Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Reguler ... 66
Tabel 4.8. Deskrispsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Unggulan ... 67
(16)
xvi
Tabel 4.9. Deskrispsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Reguler ... 67 Tabel 4.10. Jumlah Siswa Unggulan Berdasarkan Interpretasi ... 68 Tabel 4.11. Data Jumlah Siswa Unggulan Berdasarkan Ketuntasan
Belajar... 68 Tabel 4.12. Jumlah Siswa Reguler Berdasarkan Interpretasi... 69 Tabel 4.13. Data Jumlah Siswa Reguler Berdasarkan Ketuntasan Belajar .... 70 Tabel 4.14. Penolong Untuk Menghitung Koefisien Korelasi (Unggulan) ... 71 Tabel 4.15. Penolong Untuk Menghitung Koefisien Korelasi (Reguler) ... 74
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
Lampiran A.1 Soal yang Valid dan Diujikan Untuk Validitas ... 89
Lampiran A.2 Lembar Jawab Soal ... 91
Lampiran A.3 Kunci Jawaban dan Pedoman Pensekoran... 95
Lampiran A.4 Hasil Skor Uji Coba ... 107
Lampiran A.5 Validitas Butir Soal ... 108
Lampiran A.6 Reliabilitas Soal ... 110
Lampiran A.7 Jawaban Soal Ulangan Harian Siswa ... 112
Lampiran A.8 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika yang Diujikan ... 124
Lampiran A.9 Data Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika 127 Lampiran A.10 Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 132
Lampiran A.11 Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika Setelah Validasi ... 134
Lampiran A.12 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika yang Valid ... 135
Lampiran A.13 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 138
Lampiran A.14 Tabel Nilai r Product Moment ... 142
LAMPIRAN B Lampiran B.1 Data Penelitian ... 143
Lampiran B.2 Satistik Deskripstif ... 147
Lampiran B.3 Data Interpretasi Motivasi Belajar Matematika ... 148
(18)
xviii
LAMPIRAN C
Lampiran C.1 Surat Ijin Penelitian ... 156 Lampiran C.2 Surat Keterangan Penelitian... 157 Lampiran C.3 Pernyataan Validator Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 158 Lampiran C.4 Pernyataan Validator Instrumen Motivasi Belajar Matematika 159
LAMPIRAN D
(19)
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem ... 18
Gambar 2. Kubus ... 31
Gambar 3. Bagian-bagian Kubus ... 31
Gambar 4. Jaring-jaring Kubus ... 33
Gambar 5. Balok ... 36
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Pertama merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh siswa setelah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Siswa yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama pada umumnya adalah anak umur 13–15 tahun. Pada rentang usia tersebut, anak mulai tumbuh berkembang menjadi remaja.
Pada Sekolah Menengah Pertama banyak terjadi pengelompokan siswa secara homogen berdasarkan prestasi belajar siswa. Praktik pengelompokan ini dikenal dengan istilah ability grouping. Ability grouping adalah praktik memasukkan beberapa siswa dengan kemampuan setara dalam kelompok yang sama. Praktik ini bisa dilakukan pada pembagian kelompok di dalam satu kelas atau pembagian kelas di dalam satu sekolah. Jadi ada kelas unggulan dan juga kelas terbelakang di dalam satu sekolah (Anita Lie, 2010:39)
Praktik pengelompokkan siswa secara homogen juga terjadi di SMP Negeri 2 Playen. SMP Negeri 2 Playen beralamat di Gading, Playen, Gunungkidul. Menurut keterangan dari wakil kepala sekolah urusan kurikulum, SMP tersebut sudah menggunakan sistem pengelompokkan siswa secara homogen sejak 2 tahun yang lalu, yaitu sejak tahun 2009. Proses pengelompokkan dilakukan saat pertama kali siswa mendaftarkan
(21)
diri di SMP tersebut. Pertama-tama siswa yang mendaftar harus lolos seleksi nilai ujian nasional SD, maksudnya adalah para siswa harus bersaing dengan siswa lain menggunakan nilai ujian nasional SD. Setelah lolos seleksi nilai, kemudian pihak sekolah melakukan tes potensi akademik. Dari tes potensi akademik tersebut, kemudian hasilnya akan di rangking. Siswa yang menduduki rangking-rangking teratas akan masuk di kelas unggulan dan siswa lainnya akan masuk pada kelas reguler.
Menurut pernyataan wakil kepala sekolah urusan kurikulum SMP Negeri 2 Playen, walaupun siswa dikelompokkan dalam kelas tertentu, namun tidak ada perbedaan perlakuan. Kelas unggulan maupun kelas reguler mendapatkan fasilitas dan perlakuan sama. Namun, beliau mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan dan kelebihan dari sistem pengelompokkan tersebut. Kelebihannya adalah guru lebih mudah dalam mengajar siswa, karena rata-rata kemampuan siswa setiap kelas sama. Kelebihan lainnya adalah pada kelas unggulan suasana belajar menjadi kodusif dan persaingan menjadi ketat hal tersebut dikarenakan siswa kelas unggulan mempunyai harapan yang tinggi terhadap pencapaian prestasi. Sedangkan kekurangannya adalah siswa kelas reguler kadang merasa dirinya adalah kumpulan siswa kurang pintar, sehingga kadang terjadi kesenjangan sosial antara kelas unggulan dengan kelas reguler.
Pengelompokan siswa menjadi kelas unggulan dan kelas reguler turut mempengaruhi anak dari segi psikologi, sangat mungkin terjadi anak menjadi kurang percaya diri karena merasa bukan kumpulan anak pintar
(22)
(kelas reguler), dan sebaliknya anak menjadi sangat percaya diri karena berada dalam kumpulan siswa pilihan (kelas unggulan). Hal tersebut berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Motivasi siswa mungkin menjadi beraneka ragam dengan adanya pengelompokan kelas, karena dimungkinkan adanya perpindahan kelas pada setiap kenaikan kelas. Siswa reguler mungkin menjadi termotivasi untuk belajar karena ingin berpidah ke kelas ungulan, dan siswa kelas unggulan termotivasi untuk belajar karena tidak ingin berpindah ke kelas reguler.
Berdasarkan observasi di SMP Negeri 2 Playen, ada beberapa masalah yang dapat ditemuka n. Masalah tersebut muncul khususnya pada saat belajar matematika baik pada kelas unggulan maupun kelas reguler. Pada umumnya mata pelajaran yang tidak disukai siswa adalah pelajaran matematika, hal itu didukung dengan pernyataan beberapa siswa yang sempat diwawancarai secara singkat oleh penulis. Mereka mengatakan bahwa mereka kurang senang dengan pelajaran matematika, karena menurut mereka matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa kurang fokus saat mengikuti pelajaran matematika, siswa sering malas-malasan untuk mengerjakan soal matematika yang sulit, kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika, kecenderungan siswa yang pasif saat mengikuti pelajaran matematika dan guru cenderung menggunakan metode konvensional saat mengajar matematika, masih banyak siswa yang mendapat nilai matematika di bawah KKM, dimana nilai minimal KKM adalah 68 .
(23)
Intensitas masalah yang ada pada kelas reguler cenderung lebih terlihat dibandingkan dengan kelas unggulan. Hal ini terlihat dari hasil belajar matematika yang dicapai siswa kelas VIII unggulan maupun reguler masih banyak yang belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Jumlah siswa yang belum memenuhi standar KKM di kelas reguler lebih banyak jika dibandingkan dengan kelas unggulan.
Sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab untuk mencapai keberhasilan belajar. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986:75). Oemar Hamalik (2007:179) juga menyatakan bahwa motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok yang tidak punya motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil).
Menelaah uraian di atas, masalah yang ditemukan di SMP Negeri 2 Playen adalah mengenai motivasi belajar dan hasil belajar matematika, maka perlu diadakan penelitan secara lanjut mengenai motivasi belajar dan hasil belajar matematika antara siswa kelas unggulan dan kelas reguler. Oleh karena itu, penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul
(24)
Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa sering malas-malasan saat belajar matematika. 2. Siswa menganggap pelajaran matematika itu sulit
3. Siswa menganggap pelajaran matematika kurang menyenangkan. 4. Motivasi siswa dalam belajar matematika kurang.
5. Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran matematika.
6. Guru masih menggunakan metode konvensional saat mengajar matematika.
7. Hasil belajar/nilai yang diperoleh siswa masih banyak yang belum memenuhi standar KKM.
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tidak semua masalah diteliti dan dibahas. Hal tersebut mengingat adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dana dan untuk lebih memperdalam analisa terhadap data yang dihasilkan dalam penelitian. Maka penelitian ini akan dibatasi pada “Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012”.
(25)
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah korelasi dan berapa besar korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012?
2. Adakah korelasi dan berapa besar korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012?
3. Berapakah proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012?
4. Berapakah proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012?
E. Batasan Istilah
1. Motivasi Belajar Matematika
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar matematika adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar (siswa) dapat tercapai.
2. Hasil Belajar Matematika
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif
(26)
ditandai dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika. Dalam peneliti ini hasil belajar yang ingin diketahui hanya dibatasi pada pokok bahasan kubus dan balok.
3. Kelas Unggulan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelas unggulan adalah kelas dimana siswa-siswanya merupakan siswa pilihan. Saat tes masuk SMP siswa–siswa tersebut menduduki peringkat tertinggi dan dapat menduduki kursi di kelas unggulan. Dalam hal ini kelas unggulan yang berada di SMP Negeri 2 Playen adalah kelas A dan B. 4. Kelas Reguler
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelas reguler adalah kelas dimana siswa-siswa yang duduk di kelas tersebut adalah selain siswa yang menduduk i kelas unggulan. Dalam hal ini kelas reguler di SMP Negeri 2 Playen adalah kelas C dan D.
5. Korelasi
Korelasi adalah suatu hubungan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler di SMP N 2 Playen.
6. Proporsi
Proporsi adalah suatu pecahan, rasio, atau persentase yang menunjukkan suatu bagian populasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan proporsi adalah persentase siswa yang tergolong
(27)
mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah dan juga persentase siswa yang memperoleh hasil atau nilai matematika sesuai KKM (tuntas) dan di bawah KKM (tidak tuntas) dari kelas VIII unggulan maupun reguler.
Dari beberapa batasan istilah tersebut di atas, dapat dijelaskan maksud dari judul penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika dengan perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif ditandai dengan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika pada siswa kelas unggulan (siswa-siswa pilihan) dan reguler (selain siswa unggulan) di kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012, serta untuk mengetahui berapakah persentase siswa yang tergolong mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah dan juga persentase siswa yang memperoleh hasil atau nilai matematika sesuai KKM (tuntas) dan di bawah KKM (tidak tuntas) dari kelas VIII unggulan maupun reguler.
Jadi, dalam penelitian ini akan diambil data mengenai motivasi dan hasil belajar matematika baik pada kelas VIII unggulan maupun reguler dan selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar matematika baik pada kelas VIII unggulan maupun reguler. Dari data yang sudah diperoleh tersebut, dapat diketahui juga berapa persentase motivasi dan hasil belajar matematika siswa baik pada kelas unggulan maupun pada kelas reguler.
(28)
F. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.
2. Korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012. 3. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan
reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012.
4. Proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playentahun 2012.
G. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru, agar guru dapat lebih memotivasi siswanya dalam belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar juga dapat meningkat. 2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu pertimbangan bagi siswa, bahwa ternyata motivasi dalam diri untuk mempelajari suatu hal itu penting. Sehingga diharapkan siswa dapat memotivasi diri
(29)
dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar terkait dengan matematika.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran tentang perbedaan motivasi dan hasil belajar, serta mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar antara siswa kelas unggulan dan siswa kelas reguler. Sehingga peneliti mendapat wawasan dan pengalaman dalam dunia pendidikan yang nyata, yang selanjutnya apabila peneliti nantinya benar-benar terjun dalam dunia pendidikan maka pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk lebih memotivasi peserta didik di sekolah agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(30)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Matematika
Matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang sulit untuk didefinisikan. Definisi matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung bagaimana pertanyaan itu dijawab, dimana pertanyaan itu dijawab, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Pengertian matematika dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2007: 554) disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.
Herman Hudojo (1988:3) secara singkat mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Matematika tersusun secara hirarkis maksudnya adalah bahwa matematika mempelajari tentang pola keteraturan dan tentang struktur yang terorganisasi. Matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika itu sendiri terdapat konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami konsep selanjutnya. Kemudian penalaran matematika dilakukan secara deduktif maksudnya adalah proses pengerjaan matematika harus secara
(31)
deduktif, matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Pengertian lain matematika juga disampaikan oleh James dan James, mereka mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri (dalam Erman Suherman, 2001:18).
Jadi, dari beberapa pengertian matematika yang diungkapkan oleh para ahli, pengertian matematika dalam penelitian ini adalah ilmu mengenai bilangan-bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain, dimana matematika terbagi atas tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri yang disusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
B. Pengertian Belajar
Banyak orang memberikan definisi mengenai kata “belajar”. Kegiatan belajar memang tidak bisa lepas dari kehidupan. Beberapa pakar memberikan pengertian belajar menurut pendapat mereka masing-masing.
Gagne mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (dalam Ratna Wilis, 2006:2).
(32)
Hilgard mengatakan bahwa belajar berarti pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan (dalam Mulyati, 2005:2). Artinya bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang memang diupayakan agar terjadi perubahan pada diri individu.
Mulyati juga memberikan kesimpulan tentang definisi belajar. Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan (Mulyati, 2005:5).
Suyono mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011:9).
Jadi dari beberapa definisi belajar menurut para ahli, pengertian belajar dalam penelitian ini adalah pembentukkan tingkah laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian yang dilakukan bukan kerena peristiwa kebetulan dalam rangka mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikemukakan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian yang dilakukan bukan kerena peristiwa kebetulan dalam rangka
(33)
mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri. Namun, berhasil baik atau tidaknya belajar tersebut tergantung dari bermacam-macam faktor. Faktor tersebut antara lain adalah faktor-faktor individual yaitu (Ngalim Purwanto, 1996:102-103):
1. Kematangan
Seseorang akan berhasil dengan baik dalam belajar apabila taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensi-potensi jasmaniah atau rohaninya telah matang untuk belajar sesuai kapasitasnya. Jadi seseorang akan berhasil dalam belajar apabila hal yang mereka pelajari sesuai dengan kematangan dan kapasitas diri seseorang.
2. Kecerdasan
Selain kematangan, keberhasilan seseorang dalam belajar juga ditentukan dari kecerdasannya. Sebagai contoh anak usia 14 tahun ke atas umumnya sudah matang untuk mempelajari ilmu pasti, namun tidak semua anak tersebut pandai dalam ilmu pasti, mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menguasai suatu ilmu. Sehingga berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar juga ditentukan dari kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
3. Latihan
Kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang akan semakin dikuasai dengan latihan, karena dengan sering latihan maka mereka akan lebih sering mengulangi sesuatu. Sebaliknya, tanpa latihan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang akan menjadi hilang atau berkurang.
(34)
Sehingga orang yang lebih banyak melakukan latihan akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang melakukan latihan.
4. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif. Motif merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif Instrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang tersebut dapat menguasai pengetahuan tertentu. Seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika orang tersebut mengetahui betapa penting hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya.
5. Sifat-sifat Pribadi Seseorang
Tiap orang mempunyai sifat kepribadiannya masing-masing. Ada yang mempunyai sifat keras hati, tekun dalam usaha, malas, dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut sedikit banyak turut mempengaruhi sampai manakah hasil belajarnya dapat dicapai.
D. Belajar Matematika
Telah diuraikan sebelumnya tentang pengertian belajar dan juga pengertian matematika. Matematika adalah ilmu mengenai bilangan-bilangan, logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain. Matematika terbagi atas tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri yang disusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
(35)
Kemudian belajar diartikan sebagai pembentukkan tingkah laku melalui kontak dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar dilakukan bukan kerena peristiwa kebetulan dalam rangka mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri.
Dari pengertian matematika dan belajar tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa belajar matematika adalah pembentukan tingkah laku untuk memperoleh pengetahuan terkait dengan matematika, yaitu ilmu mengenai konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam bidang aljabar, analisis, dan geometri.
E. Hasil Belajar
Secara umum hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Namun beberapa ahli memberikan pengertian tentang hasil belajar dengan berbagai versi. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (dalam Agus Suprijono, 2009:6). Dimana ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu, gerakan refleks,
(36)
ketrampilan gerakan dasar, perspektual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Agus Suprijono mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Agus Suprijono, 2009:7). Artinya bahwa hasil belajar dilihat secara menyeluruh dari berbagai aspek bukan dilihat secara terpisah.
Nana Sudjana memberikan pengertian tentang hasil belajar, yaitu hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana, 2009:3).
Jadi dari beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli, pengertian hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku atau tingkah laku secara keseluruhan, dimana tingkah laku sebagai hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses maka pasti ada hal yang diproses dan ada hasil dari pemrosesan. Menurut Ngalim Purwanto (1996:106-107), kegiatan belajar itu sendiri dapat dianalisis dengan pendekatan anlisis sistem, dengan pendekatan tersebut kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kegiatan belajar dengan pendekatan sistem dapat digambarkan sebagai berikut:
(37)
Gambar 1. Bagan Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem
(Ngalim Purwanto, 1996:106)
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (teaching-learning process). Terhadap proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) untuk menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam meghasilkan keluaran tertentu.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, yang dimaksud dengan masukan mentah (raw input) adalah siswa yang memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minat, tingkat kecerdasan, bakat,
INSTRUMENTAL INPUT
TEACHING-LEARNING PROCES
RAW INPUT
ENVIRONMENTAL INPUT
(38)
motivasi, kemampuan kognitif dan sebagainya. Semua hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajar.
Kemudian yang termasuk dalam instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi adalah kurikulum, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya yang dimaksud dengan environmental input adalah lingkungan alam dan sosial.
G. Motivasi Siswa Dalam Belajar Matematika 1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan.
Berikut beberapa definisi yang diungkapkan para ahli tentang motivasi. Menurut Sardiman (1986:75) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu bisa dirangsang dari luar, namun motivasi itu sendiri tumbuh dari dalam diri seseorang.
Motivasi adalah menggunakan hasrat paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi
(39)
kegagalan frustasi (Yasin Musthofa, 2007:47). Menurut McDonald motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (dalam Oemar Hamalik, 2007:173).
Jadi dari beberapa definisi motivasi yang diungkapkan oleh beberapa ahli, maka pengertian motivasi dalam penelitian ini adalah daya dorong atau daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut Sardiman, motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986:88).
Kemudian jika dilihat dari segi tujuan kegiatan, misalnya kegiatan belajar maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh siswa melakukan kegiatan karena benar-benar ingin mendapatkan ilmu, bukan karena ingin dipuji atau karena alasan lainnya.
(40)
Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 1986:90). Contohnya dalam kegiatan belajar seseorang melakukan kegiatan belajar bukan karena ingin mendapatkan pengetahuan tetapi karena ingin mendapatkan nilai baik, ingin mendapat pujian dan lain sebagainya.
Jadi jika dilihat dari segi tujuannya, maka motivasi ekstrinsik tidak secara langsung berhubungan dengan esensi yang sebenarnya. Sehingga motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
3. Motivasi Belajar Matematika
Sardiman (1986:75) memberikan pengertian mengenai motivasi dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
(41)
belajar itu dapat tercapai. Dalam motivasi dikatakan “keseluruhan” daya penggerak di dalam diri seseorang karena seseorang dalam melakukan sesuatu hal pasti disebabkan oleh beberapa hal atau motif yang bersama-sama menggerakkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu.
Sardiman (1986:75) juga mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranan motivasi belajar yang khas tersebut adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Dari beberapa definisi motivasi yang telah dikemukakan, maka motivasi belajar matematika dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar (siswa) dapat tercapai.
4. Ciri-ciri Siswa yang Mempunyai Motivasi
Ciri-ciri pada diri setiap orang yang memiliki motivasi adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
(42)
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya).
c. Menununjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. (Sardiman, 1986:82)
Dalam buku Ali Imron (1996:88), Brown mengungkapkan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi yaitu:
a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau acuh tak acuh b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan
c. Mempunyai antusiasme yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru
d. Ingin selalu bergabung dengan kelompok kelas e. Ingin identitas dirinya diakui orang lain
f. Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali h. Selalu terkontrol oleh lingkungannya
(43)
Mengacu pada pendapat para ahli terkait dengan beberapa ciri motivasi pada diri seseorang, kemudian penulis memberikan gambaran terhadap beberapa ciri seseorang dikatakan mempunyai motivasi tinggi yaitu:
a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal h. Tertarik kepada guru
i. Tertarik pada mata pelajaran yang dijarkan
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat (Sardiman,1986:83). Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan motivasi yang cukup kuat, karena jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk belajar maka dalam kegiatan belajar akan berhasil.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi. Menurut Oemar Hamalik (2007:179) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah:
(44)
a. Umur
Dalam hal ini umur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi, karena umur menentukan kematangan seseorang dalam bertindak. Sehingga motivasi yang timbul pada diri seseorang juga tergantung dari umur seseorang.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik juga mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Kondisi fisik seseorang yang sehat atau fit akan lebih mendukung seseorang untuk melakukan sesuatu dibandingkan dengan orang yang kondisi fisiknya kurang baik.
c. Kekuatan Intelegensi
Kekuatan intelegensi membuat seseorang yang satu dengan yang lain mempunyai kemampuan yang berbeda dalam melakukan sesuatu hal sehingga motivasi yang timbul dalam diri seseorang pun juga tergantung dari kekuatan intelegensi setiap individu.
Menurut Ali Imron (1996:99) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita
Cita-cita yang dimiliki seorang dengan yang lain mungkin berbeda-beda, sehingga motivasi yang timbul dalam
(45)
diri seseorang untuk melakukan sesuatu pun menjadi berbeda-beda pula.
b. Kemampuan siswa
Seperti halnya dengan kekuatan intelegensi, kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu hal mungkin berbeda dengan siswa yang lain. Karena itu motivasi yang timbul dalam diri tiap siswa pun menjadi berbeda-beda tergantung dari kemampuannya.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa bisa berupa kondisi fisik dan kondisi psikologi. Kondisi fisik siswa yang sehat dan fit umumnya membuat siswa mempunyai motivasi yang lebih baik untuk melakukan suatu hal, dibandingkan dengan siswa yang kondisi fisiknya kurang baik. Begitu pula dengan kondisi psikologi siswa, mungkin jika siswa terganggu psikologinya misalkan sedang mengalami stress akan membuat siswa kurang berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu hal. Sehingga motivasi siswa dalam melakukan sesuatu akan menjadi kurang. d. Kondisi Lingkungan Belajar
Kondisi lingkungan belajar turut menjadi faktor timbulnya motivasi. Kondisi kelas yang kondusif untuk belajar akan menjadikan siswa lebih termotivasi dan bersemangat
(46)
dalam belajar, dibandingkan dengan kelas yang tidak kondusif dan tidak mendukung untuk proses belajar.
e. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru dalam membelajarkan siswa turut berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Guru yang tinggi gairahnya dalam mengajar akan menjadikan siswa juga bergairah dalam belajar. Guru yang bersunggh-sungguh dalam mengajar, menjadikan tingginya motivasi siswa dalam belajar. Mengacu pada pendapat para ahli terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, kemudian penulis memberikan gambaran terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu:
a. Umur
b. Kondisi siswa
c. Kondisi lingkungan belajar
d. Kemampuan dan kekuatan intelegensi siswa e. Cita-cita, dan
f. Upaya guru membelajarkan siswa
Beberapa faktor tersebut berpengaruh pada diri siswa dalam menumbuhkan motivasi untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah motivasi untuk belajar.
6. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam melakukan sesuatu pasti dibutuhkan suatu pendorong atau yang disebut dengan motivasi untuk melakukan sesuatu tersebut. Begitu
(47)
pula dalam belajar, motivasi sangatlah diperlukan. Menurut Sardiman (1986:84) hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu, jadi motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Motivasi berfungsi dalam kegiatan belajar, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukkan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan harus sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
(Sardiman, 1986:84-85)
Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat prestasi atau hasil belajarnya (Sardiman, 1986:85). Oemar Hamalik (2007:179) mengungkapkan bahwa motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok
(48)
yang tidak mempunyai motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi memang berperan penting dalam kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar.
H. Jenis Kelas di SMP N 2 Playen
Kelas VIII di SMP N 2 Playen dikelompokkan menjadi dua jenis kelas, yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Dua kelas merupakan kelas unggulan, yaitu kelas A dan B, sedangkan dua kelas lainnya merupakan kelas reguler yaitu kelas C dan D.
Berdasarkan keterangan dari wakil kepala sekolah urusan kurikulum, SMP N 2 Playen menggunakan sistem pengelompokan kelas menjadi kelas unggulan dan kelas reguler sejak dua tahun terakhir ini, yaitu mulai tahun 2009. Acuan yang digunakan SMP N 2 Playen untuk pelaksanaan pengelompokan kelas tersebut berdasarkan musyawarah rapat dinas, dan musyawarah intern SMP N 2 Playen, namun tidak menyimpang dari aturan pemerintah.
Proses penyaringan siswa ke dalam kelas-kelas tertentu dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu melalui penyaringan siswa saat pendaftaran masuk SMP N 2 Playen berdasarkan nilai akhir ujian Nasional SD. Siswa yang diterima adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi dari seluruh pendaftar, dan jumlahnya terbatas kuota kelas yang disediakan SMP N 2 Playen. Setelah siswa lolos penyaringan berdasarkan nilai hasil ujian nasional SD, langkah berikutnya adalah penyaringan siswa berdasarkan tes potensi akademik yang diukur menggunakan 3 mata pelajaran, yaitu
(49)
Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA. Dari hasil tes potensi akademik tersebut siswa dapat dikelompokkan ke dalam kelas unggulan dan kelas reguler. Siswa yang mempunyai peringkat atas akan masuk pada kelas unggulan A dan B, kemudian sisanya masuk ke dalam kelas reguler C dan D.
Meskipun demikian, setiap tahun beberapa siswa dari kelas unggulan maupun reguler dapat bertukar posisi. Jadi proses selanjutnya adalah pada saat kenaikan kelas, seluruh siswa diurutkan atau dirangking kembali berdasarkan jumlah nilai ulangan umum murni, selanjutnya seperti langkah awal siswa yang menduduki urutan atas akan menduduki kelas ungulan dengan demikian semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menduduki kelas unggulan. Sehingga jika dilihat dari segi kemampuan belajar, siswa kelas VIII yang masuk dalam kelas unggulan lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas reguler.
Penerapan sistim ini mempunyai bebarapa kelemahan, yang pertama adalah bahwa siswa menjadi berada pada kelompok yang homogen, padahal sebenarnya sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat yang heterogen. Kelemahan yang lainnya adalah perlakuan kelas yang masih tidak ada perbedaan antara kelas unggulan dan reguler, padahal sebenarnya dengan adanya pengelompokan kelas maka kemampuan siswa tiap jenis kelas akan berbeda, jadi sebaiknya diberikan perlakuan yang berbeda tergantung kebutuhan siswa dan kemampuan siswa.
(50)
I. Kubus dan Balok 1. Kubus
a. Pengertian Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi kongruen yang disebut sisi. Bangun ruang ABCDEFGH di bawah ini adalah kubus yang dibatasi oleh 6 sisi yang berbentuk persegi kongruen, yaitu ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE.
b. Bagian-bagian Kubus
Gambar 3. Bagian-bagian Kubus
D
F
A B
C E G H Titik sudut Sisi Rusuk D F
A B
C E G H Diagonal sisi Diagonal ruang D F
A B
C E G H Bidang diagonal D F
A B
C E
G H
Gambar 2. Kubus
D
F
A B
C E
G H
(51)
Perhatikan kubus ABCDEFGH di atas. Kubus tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1.) Titik Sudut
Titik sudut adalah perpotongan antara 3 bidang atau sisi pada kubus. Sebuah kubus ABCDEFGH memiliki 8 titik sudut yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H. Titik G adalah perpotongan antara bidang DCGH, BCGF, dan EFGH.
2.) Rusuk
Rusuk adalah perpotongan antara 2 bidang atau sisi. Kubus ABCDEFGH memiliki 12 rusuk yang sama panjang, yaitu AB, BC, CD, AD, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan EH. Rusuk AB misalnya perpotongan antara bidang ABCD dan ABFE. 3.) Sisi
Sisi pada kubus adalah bidang-bidang yang membentuk kubus. Kubus ABCDEFGH memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang kongruen, yaitu :
ABCD berhadapan dengan EFGH CDHG berhadapan dengan ABFE BCGF berhadapan dengan ADHE 4.) Diagonal Sisi
Diagonal sisi adalah diagonal-diagonal dari bidang sisi kubus. Kubus memiliki 6 sisi masing-masing sisi memiliki 2 diagonal. Jadi kubus ABCDEFGH memiliki 12 diagonal sisi yang sama
(52)
panjang, yaitu AF, BE, AC, BD, BG, CF, CH, DG, AH, DE, EG, dan FH.
5.) Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah bidang pada kubus yang dibatasi oleh 2 rusuk sejajar dan 2 diagonal sisi yang sejajar. Bidang diagonal kubus berbentuk persegi panjang. Kubus ABCDEFGH memiliki 6 bidang diagonal yang kongruen, yaitu: BCHE, ADGF, ABGH, CDEF, AEGC, DHFB
6.) Diagonal Ruang
Diagonal ruang adalah diagonal dari bidang diagonal. Kubus mempunyai 4 diagonal ruang yaitu CE, BH, DF, AG.
c. Jaring-Jaring Kubus
Jaring-jaring kubus adalah suatu gambar datar yang memuat semua sisi-sisi tegak dengan bentuk dan besarnya yang sebenarnya, sedangkan hubungan antara sisi-sisi tersebut tetap masih ada.
Berikut merupakan contoh jaring-jaring kubus:
(53)
d. Panjang Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Kubus
Misalkan pada kubus ABCDEFGH dengan panjang rusuk � cm. Karena sisi-sisi kubus berbentuk persegi yang kongruen maka panjang diagonal-diagonal bidang kubus sama panjang.
Perhatikan AC diagonal persegi ABCD.
Maka �� =√��2+��2 =√�2 +�2
=√2�2
=�√2 satuan panjang
Adapun diagonal ruang CE merupakan diagonal dari persegi panjang ACGE.
Maka �� =√��2+��2 =���√2�2+�2
=√2�2 +�2
=√3�2
=�√3 satuan panjang
�
A
D C
B
�
D
F
A B
C E
G H
�√2
A
E G
C
(54)
Jadi pada kubus dengan panjang rusuk � cm mempunyai panjang diagonal bidang �√2�� dan panjang diagonal ruang
�√3��.
e. Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun ruang tersebut. Kubus memiliki enam buah bidang dan tiap bidang berbentuk persegi, jika panjang rusuk kubus adalah � maka
Luas Permukaan Kubus = 6 × luas persegi × 1 satuan luas = 6 × ( �×� ) × 1 satuan luas = 6�2 satuan luas
f. Volume Kubus
Volume kubus adalah banyaknya satuan volume yang tepat mengisi penuh kubus tersebut. Rumus Volume Kubus dengan panjang rusuk = � adalah:
� =�×�×� × 1 satuan volume atau
� =�3× 1 satuan volume
2. Balok
a. Pengertian Balok
Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang persegi panjang yang kongruen yang disebut dengan sisi. Gambar di
(55)
bawah adalah balok ABCDEFGH yang dibatasi oleh 3 pasang sisi yang berbentuk persegi panjang yang masing-masing kongruen, yaitu:
o ABCD dan EFGH o ABFE dan DCGH o BCGF dan ADHE
Gambar 5. Balok b. Bagian-bagian Balok
Bagian-bagian balok adalah sebagai berikut: 1.) Titik sudut
Titik sudut adalah perpotongan antara 3 bidang atau sisi pada balok. Sama seperti kubus, balok ABCDEFGH mempunyai 8 titik sudut yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H .
2.) Rusuk
Rusuk adalah perpotongan antara 2 bidang atau sisi. Balok mempunyai 3 kelompok rusuk yang masing-masing adalah sama panjang. Pada balok ABCDEFGH, 3 pasang rusuknya adalah:
o AB, CD, EF dan GH o AD, BC, EH dan FG o AE, BF, CG dan DH 3.) Sisi
Sisi pada balok adalah bidang-bidang yang membentuk balok. Balok mempunyai 3 pasang sisi yang masing-masing kongruen. Pada balok ABCDEFGH sisi-sisinya adalah:
A B
C D
E F
G H
(56)
o ABFE dan DCGH o ABCD dan EFGH o BCGF dan ADHE 4.) Diagonal sisi
Diagonal sisi adalah diagonal-diagonal dari bidang sisi balok. Balok mempunyai 6 sisi maka maka balok mempunyai 12 diagonal sisi yang terbagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing sama panjang, yaitu:
o AF, DG, BE dan CH o BG, AH, CF dan DE o AC, EG, BD dan FH 5.) Bidang diagonal
Bidang diagonal adalah bidang pada balok yang dibatasi oleh 2 rusuk sejajar dan 2 diagonal sisi yang sejajar. Balok mempunyai 6 bidang diagonal. Pada balok ABCDEFGH bidang diagonalnya adalah :
o BCHE dan ADGF o ABGH dan CDEF o AEGC dan DHFB 6.) Diagonal ruang
Diagonal ruang adalah diagonal dari bidang diagonal. Balok mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang. Balok ABCDEFGH mempunyai diagonal ruang AG, BH, CE, dan DF
(57)
c. Jaring-Jaring Balok
Jaring-jaring balok adalah suatu gambar datar yang memuat semua sisi-sisi tegak dengan bentuk dan besarnya yang sebenarnya, sedangkan hubungan antara sisi-sisi tersebut tetap masih ada.
Berikut merupakan contoh jaring-jaring balok:
Gambar 6. Jaring-jaring Balok
d. Panjang Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Balok
Pada balok ABCDEFGH, misalkan AB= � cm, BC= � cm, dan AE= � cm, maka diagonal bidang berbeda-beda panjangnya sedangkan diagonal ruangnya sama panjang. Perhatikan gambar di bawah ini.
A B
C D
E F
G H
(58)
Diagonal ruang CE merupakan diagonal dari persegi panjang ACGE. Adapun AC merupakan diagonal dari persegi panjang ABCD. Jadi, �� = √��2+��2
=��2+�2 satuan panjang �� =√��2+��2
=�(�2+�2) +�2
=��2+�2+�2 satuan panjang
Maka, panjang diagonal ruang suatu balok dengan panjang = � cm, lebar = � cm, dan tinggi = � cm adalah ��2+�2+�2 cm.
e. Luas Permukaan Balok
Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun ruang tersebut. Balok terdiri dari 3 pasang persegi panjang yang kongruen . Perhatikan gambar di bawah ini.
�
A B
C D
E F
G H
� � �
A
D C
B
�
A
E G
C
�
(59)
Balok tersebut terdiri dari 2 persegi panjang berukuran ��, 2 persegi panjang berukuran ��, dan 2 persegi panjang berukuran
��. Jadi,
Luas Permukaan balok = 2 ��+ 2 ��+ 2 ��
= 2(��+��+��) satuan luas
f. Volume Balok
Volume balok adalah banyaknya satuan volume yang tepat mengisi penuh balok tersebut. Rumus Volume Balok dengan panjang =
�, lebar = �, dan tinggi = � adalah:
� =�×�×�× 1������������
atau
� =���������������
Oleh karena �� merupakan luas alas, maka volume balok dapat dinyatakan sebagai berikut.
����������� =��������×������× 1 ������������
J. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya dalam pribadi setiap siswa selalu mempunyai motivasi dalam diri untuk melakukan sesuatu (kegitan belajar). Begitu pula siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen. Mereka mempunyai motivasi yang mungkin berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Khususnya dalam belajar matematika pasti siswa kelas unggulan dan reguler mempunyai motivasi yang bervariasi, mungkin tinggi, sedang, ataupun rendah.
(60)
Dalam kegiatan belajar khususnya dalam belajar matematika motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang bisa berupa gairah, rasa senang, semangat, dan daya penggerak lainnya yang menimbulkan kegiatan belajar matematika. Motivasi tersebut memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar (siswa) dapat tercapai.
Motivasi dalam belajar berperan untuk menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, dengan adanya motivasi seseorang menjadi terarah untuk mencapai tujuannya serta dapat menyeleksi perbuatan-perbuatan apa yang bermanfaat bagi tujuannya tersebut. Selain itu motivasi akan mendorong seseorang untuk berusaha dan mencapai prestasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang didasari dengan motivasi maka seseorang yang belajar tersebut akan dapat menghasilkan prestasi yang baik.
Dari uraian di atas dan landasan teori yang ada, motivasi belajar matematika mempunyai hubungan dengan hasil belajar matematika. Khususnya pada siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen, motivasi belajar matematika yang ada dalam diri siswa mempunyai hubungan dengan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.
Sehingga dapat diajukan dugaan sementara mengenai hubungan antara motivasi dengan hasil belajar matematika pada kelas unggulan dan reguler sebagai berikut:
(61)
1. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playentahun 2012. 2. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar
(62)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasi. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Suharsimi Arikunto, 2006:270).
Dilihat dari sumber data yang dijadikan sebagai subyek penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian populasi. Penelitian populasi digunakan untuk meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130).
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Playen yang beralamat di Gading, Playen, Gunungkidul.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei semester genap tahun ajaran 2011/2012.
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanan Penelitian
No. Keterangan Waktu
1. Observasi sekolah April 2012
2. Pengambilan data uji validitas instrumen motivasi belajar matematika
16 Mei 2012 3. Pengambilan data uji validitas instrumen
hasil belajar matematika
21 Mei 2012 4. Pengambilan data motivasi dan hasil belajar
matematika
29 dan 31 Mei 2012
(63)
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Pengertian lain populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 2004:182). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012, yang terdiri dari dua kelas unggulan (A, B) dan dua kelas reguler (C, D). Dapat dikatakan juga bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 tergolong dalam dua populasi yang berbeda, yaitu populasi kelas unggulan (A dan B) serta populasi kelas reguler (C dan D).
D. Perumusan Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai obyek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.
Sugiyono (2009:61) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(64)
2. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah motivasi belajar matematika siswa. Dimana siswa terbagi dalam kelompok kelas yang berbeda yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Sehingga motivasi belajar matematika siswa kelas unggulan adalah (Xu) dan motivasi belajar matematika siswa kelas reguler adalah (Xr
2. Variabel terikat (dependen) ).
Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika (Y). Dimana siswa terbagi dalam kelompok kelas yang berbeda yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Sehingga hasil belajar matematika siswa kelas unggulan adalah (Yu) dan hasil belajar matematika siswa kelas reguler adalah (Yr).
(65)
E. Bentuk Data
Data adalah sesuatu yang dibutuhkan atau digunakan dalam penelitian dengan menggunakan parameter tertentu yang telah ditentukan (Duwi Priyatno, 2008:7).
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa pemberian soal dilakukan untuk mendapatkan data dari hasil belajar matematika siswa, yang berupa nilai matematika siswa. Data tersebut bertipe rasio.
Data berupa rasio karena data hasil belajar matematika berupa nilai yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika, menggunakan jarak yang sama dan mempunyai nilai 0. Sedangkan non tes berupa kuesioner untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika siswa, berupa skor motivasi siswa dengan tipe data interval. Data berbentuk interval karena tipe data ini menggunakan jarak data yang sama, yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket) mengenai motivasi siswa terkait dengan belajar matematika. Dalam hal ini data dinyatakan dalam bentuk angka (skor).
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan metode pengumpulan data yang tepat, agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sugiyono menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan dari ketiganya (Sugiyono, 2009:194).
(66)
Mengingat banyaknya jumlah responden yang akan diteliti, maka penelitian ini menggunakan metode kuesioner (angket) sebagai metode pengumpulan data motivasi belajar matematika siswa. Kuesioner (angket) merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Kuesioner (angket) dibuat dengan menggunakan acuan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009:134). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan fenomena sosial adalah motivasi siswa terkait dengan belajar matematika.
Sedangkan untuk pengumpulan data mengenai hasil belajar matematika siswa digunakan tes berupa pemberian soal ulangan harian terkait materi yang telah dipelajari.
G. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar matematika siswa adalah berupa kuesioner (angket) dan alat untuk mengukur hasil belajar matematika siswa adalah berupa tes ulangan harian. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana dalam angket tersebut pernyataan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengaharapkan jawaban responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari satiap pernyataan yang telah
(67)
tersedia. Sedangkan tes soal yang diberikan adalah berupa soal uraian dan jumlah soal disesuaikan dengan SK dan KD yang hendak dicapai.
1. Koesioner (Angket)
a. Tujuan Penyusunan Instrumen
Kuesioner ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan data yang diinginkan peneliti. Data tersebut adalah tentang motivasi belajar matematika pada siswa kelas unggulan dan pada siswa kelas reguler di kelas VIII SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.
b. Kisi-Kisi
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika
No Indikator Jumlah
item
Nomor item ( + ) ( - ) 1. Tekun menghadapi
tugas
2 3 17
2. Ulet menghadapi kesulitan
8 14, 15 18,19,20, 23, 25,34 3. Menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah
7 4, 5, 7, 9, 10
21, 32
4. Lebih senang bekerja mandiri
3 8, 16 24
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
3 11, 12 22
6. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
2 27 31
7. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
4 6, 13 26, 28
8. Tertarik kepada guru 2 2 29
9. Tertarik pada mata pelajaran yang dijarkan
3 1 30, 33
(68)
Kuesioner yang digunakan untuk mengungkap motivasi belajar matematika menggunakan pernyataan.
c. Penyusunan dan Penyuntingan Butir
Setelah kisi-kisi angket dirumuskan, kemudian langkah selanjutnya adalah penyusunan butir-butir pernyataan. Dalam penyusunan item tersebut digunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa. Dalam penyusunan kuesioner tersebut juga dilengkapi dengan petunjuk cara pengisian kuesioner, dengan maksud agar siswa dapat mengisi kuesioner yang tersedia sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
d. Pensekoran
Pedoman pensekoran yang digunakan untuk memberikan skor pada angket menggunakan acuan Skala Likert, dimana terdapat alternatif jawaban pernyataan positif dan negatif. Berikut disajikan tabel pedoman pensekoran.
Tabel 3.3. Skor Alternatif Jawaban Angket Pernyataan positif Pernyataan negatif
Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor Sangat sesuai 4 Sangat sesuai 1
Sesuai 3 Sesuai 2
Tidak sesuai 2 Tidak sesuai 3
Sangat tidak sesuai 1 Sangat tidak sesuai 4
Dalam Skala Likert, jawaban setiap butir instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2009:134). Untuk setiap pernyataan positif digunakan
(69)
empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai dengan skor 4, sesuai dengan skor 3, tidak sesuai dengan skor 2, dan sangat tidak sesuai dengan skor 1. Sedangkan untuk setiap pernyataan negatif juga digunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai dengan skor 1, sesuai dengan skor 2, tidak sesuai dengan skor 3, dan sangat tidak sesuai dengan skor 4.
2. Tes Hasil Belajar
a. Tujuan Penyusunan Instrumen
Tes hasil belajar berupa ulangan harian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang diinginkan peneliti. Data tersebut adalah tentang hasil belajar matematika pada siswa kelas unggulan dan pada siswa kelas reguler di kelas VIII pada pokok bahasan kubus dan balok SMP Negeri 2 Playen tahun 2012.
(70)
b. Kisi-Kisi
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok
No Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator No. Soal 1 5. Memahami
sifat-sifat kubus,balok, prisma,limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya 5.1Mengidentifik asi-kan sifat-sifat kubus balok, prisma, dan limas serta bagian-bagian Menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok (rusuk, bidang sisi, diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal )
1a, 1b, 1c, 1d, 1e
Menggambarkan diagonal bidang , diagonal ruang, dan bidang diagonal pada kubus, balok,
2a, 2b, 2c
5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok,prisma dan limas
1. Membuat jaring-jaring kubus 2. Membuat
jaring-jaring balok 2d 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok,pr isma dan limas
Menemukan rumus luas kubus dan balok. 3a Menghitung luas permukaan kubus dan balok. 3b Menentukan rumus volume kubus dan balok.
4a,4b
Menghitung volume kubus dan balok.
4c
Menggunakan konsep-konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok untuk menyelesaikan masalah 5a, 5b, 5c, 5d, 5e
(71)
c. Penyusunan Butir
Setelah kisi-kisi tes ulangan harian dirumuskan, kemudian langkah selanjutnya adalah penyusunan butir-butir soal. Dalam penyusunan butir tersebut soal yang digunakan adalah soal uraian. Penyusunan butir soal juga disertai dengan lembar jawab soal.
d. Pensekoran
Tabel 3.5. Skor Butir Soal Tes Ulangan Harian Kubus dan Balok
Nomor Soal Skor Total Skor
1 A 3 15
B 3
C 3
D 3
E 3
2 A 2 8
B 2
C 2
D 2
3 Diketahui dan ditanya
2 8
A 3
B 3
4 Diketahuui dan ditanya
2 14
A 5
B 5
C 2
5 Diketahui dan ditanya
2 15
A 2
B 2
C 2
D 2
E 5
(72)
3. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Duwi Priyatno, 2008:16). Suharsimi Arikunto (2006:168-169) mengatakan, tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Untuk menguji validitas instrumen variabel motivasi belajar matematika dan variabel hasil belajar matematika, digunakan formula korelasi Product Moment Pearson, dengan rumus:
rXY=
n.∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��)
�{�.∑ �2
�−(∑ ��)2}{�.∑ �2� −(∑ ��)2} Keterangan:
rXY = koefisien korelasi butir-total X = skor butir
Y = skor total n = banyak subjek
Pengujian menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
- Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen atau butir-butir pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
- Jika r hitung < r tabel maka instrumen atau butir-butir pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). (Duwi Priyatno, 2008:18)
(73)
Jadi, instrumen dalam penelitian ini dikatakan valid bila rxy
4. Uji Reliabilitas Instrumen
lebih dari atau sama dengan r tabelnya, namun Sugiyono (2009:178) juga mengatakan bahwa bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat sehingga analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Duwi Priyatno, 2008:25).
Salah satu metode pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan Metode Alpha (Cronbach’s), metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala atau skor berbentuk rentangan dan juga cocok untuk tes bentuk uraian. Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah:
�
11= (
�−�1)
(1-
∑ ��2
��2
)
Keterangan:
�11 = reliabilitas instrumen
∑ ��2 = jumlah variansi butir
��2 = variansi total
(1)
(2)
158
(3)
(4)
160
LAMPIRAN D
(5)
vii ABSTRAK
Maria Tyas Palupi. 2012. Korelasi Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Pada Kelas VIII Unggulan dan Reguler dengan Pokok Bahasan Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Playen Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (2) korelasi dan besarnya korelasi motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012 (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan dan reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Jenis penelitian merupakan penelitian korelasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Playen semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada bulan April sampai Mei 2012. Data penelitian ini berupa nilai tes hasil belajar matematika dan skor motivasi belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk data hasil belajar matematika dan metode kuesioner untuk data motivasi belajar matematika yang telah diujicobakan dengan uji validitas dan reliabilitas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Playen sebanyak 122 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis data rasio dan interval dan pengolahan data dilakukan secara statistik deskriptif dan korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat (1) korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,390 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 15,21% (2) terdapat korelasi yang positif antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 2 Playen tahun 2012. Hal itu ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,422 dan besar sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar17,81% (3) proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 51,67%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 48,33%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0%. Proporsi motivasi belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi adalah 27,42%, siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang adalah 72,58%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah adalah 0% (4) proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII unggulan yang tuntas adalah 66,67 % dan siswa yang tidak tuntas adalah 33,33 %. Proporsi hasil belajar matematika siswa kelas VIII reguler yang tuntas adalah 32,26% dan siswa yang tidak tuntas adalah 67,74%.
(6)
viii ABSTRACT
Maria Tyas Palupi. 2012. Correlation between Motivation and the Result of Mathematics Learning of Cube and Cuboid on Eighth Grade of Superior and Regular Class at SMP Negeri 2 Playen Year 2012. Skripsi. Yogyakarta: Mathematics Study Program. Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This study was aimed at finding (1) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight superior class students 2012 (2) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning of the SMP Negeri 2 Playen grade eight regular class students 2012 (3) the motivational proportion of learning mathematics between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012 (4) proportion of mathematics learning between grade eight superior class and grade eight regular class at SMP Negeri 2 Playen 2012. This study was a correlation study.
This study was done at SMP Negeri 2 Playen semester two 2011/2012 on April until May 2012. The data collected in form of mathematics test score and mathematics motivation score. To obtain the mathematics score a test was employed, while to obtain the motivation score a questionnaire was employed. The techniques employed had been tested using validity and reliability test. The participants of the study were the 122 students of grade eight at SMP Negeri 2 Playen. This study employed ratio and interval data. To process the data, statistic descriptive and Pearson Product Moment correlation were employed.
Through the study, the writer found that (1) there was positive correlation between students’ motivation and students’ mathematics results eighth superior graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.390 and motivational effect to mathematics results 15.21 % (2) the writer found positive correlation between motivation and mathematics result of the eight regular graders at SMP Negeri 2 Playen 2012. This was shown by the correlation coefficient 0.422 and motivational effect to mathematics result 17.81% (3) proportion of mathematics learning of superior class that had high motivation was 51.67% students, 48.33% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. Proportion of mathematics learning of regular class that had high motivation was 27.42% students, 72.58% students had medium motivation, while 0% students had low motivation. (4) Students of superior class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 66.67%, while those that could not pass were 33.33%. Students of regular class mathematics learning proportion that could pass the standard minimum score were 32.26%, while those that could not pass were 67.74%.