Korelasi antara motivasi belajar Matematika dengan hasil belajar Matematika pada siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VII dengan pokok bahasan segiempat tahun 2016.
ABSTRAK
Erna Putri Astuti. 2016. Korelasi Antara Motivasi Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP Kanisius Kalasan Kelas VII dengan Pokok Bahasan Segiempat Tahun 2016. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016, (2) hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016, dan (3) korelasi dan besarnya korelasi antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Metode penelitian ini adalah penelitian statistik deskriptif. Bentuk data penelitian ini adalah data kuantitatif dan tipe datanya berbentuk interval.
Tempat penelitian adalah kelas VII A SMP Kanisius Kalasan pada akhir bulan April sampai dengan awal bulan Mei semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Kalasan, dan sampel penelitian merupakan siswa-siswi kelas VII A yang terdiri dari 26 siswa, yaitu 11 siswa putri dan 15 siswa putra. Data penelitian ini berupa skor tes hasil belajar matematika dan skor motivasi belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk mendapatkan data dari hasil belajar matematika serta metode kuesioner dan wawancara untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji korelasi dilakukan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan mayoritas memiliki motivasi tinggi atau sangat tinggi. Hal ini dibuktikan untuk kategori siswa yang mempunyai motivasi tinggi atau sangat tinggi sebesar 80,77%, siswa yang mempunyai motivasi sedang sebesar 19,23%, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah atau sangat rendah sebesar 0%. (2) Sebagian besar siswa hasil belajarnya baik (tuntas) yang ditunjukkan dengan kategori siswa yang tuntas sebesar 69,23%, sedangkan untuk kategori siswa yang tidak tuntas sebesar 30,77%. (3) Diperoleh korelasi yang positif antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika di kalangan siswa kelas VII SMP Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2015/2016 yang ditunjukkan oleh harga koefisien korelasi product moment sebesar 0,611 dan sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 37,33%.
Kata kunci : matematika, motivasi belajar, hasil belajar, korelasi antara motivasi belajar dan hasil belajar
(2)
ABSTRACT
Erna Putri Astuti. 2016. Correlation between Motivation and the Result of Mathematics Learning on the Topic of Quadrilaterals in the Seventh Grade at SMP Kanisius Kalasan 2016. Undergraduate Thesis. Yogyakarta : Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research was aimed to finding (1) the motivation of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016, (2) the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016, and (3) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016. This research was a correlation research. This research method was a statistic descriptive research. This research forms was a quantitative and employed interval data.
The research was done at SMP Kanisius Kalasan grade seven class A at the end of April until early May the second semester of the academic year 2015/2016. The population in this research were students of class VII at SMP Kanisius Kalasan, and the sample in this research were students of class A consisting of 26 students, with 11 female students and 15 male students. The data collected in form of mathematics test score and mathematics motivation score. The techniques was done with test method to finding the data from the result of mathematics and then questionnaires method and interview method to obtain the data about the motivation of mathematics learning. The data analysis technique used to test the correlation was analyzed with Pearson Product Moment correlation.
The result showed that (1) class VII students at SMP Kanisius Kalasan majority of motivated high or very high. This is evidenced in the category of students who have the motivation high or very high at 80.77%, students who have the motivation was 19.23%, and then students with low or very low motivation by 0%. (2) Most students had better (complete) result of learning are shown by category of students who completed at 69.23%, while for the category of students who didn’t completed at 30.77%. (3) Obtained a positive correlation between motivation and the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016 indicated by product moment correlation coefficient of 0.611 and donations motivation towards mathematics learning outcomes by 37.33%.
Key words : mathematics, learning motivation, learning achievement, correlation between motivation and learning achievement
(3)
KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA
SMP KANISIUS KALASAN KELAS VII DENGAN POKOK
BAHASAN SEGIEMPAT
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Erna Putri Astuti
121414067
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA
SMP KANISIUS KALASAN KELAS VII DENGAN POKOK
BAHASAN SEGIEMPAT
TAHUN 2016
Disusun oleh: Erna Putri Astuti
121414067
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing
(5)
(6)
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Syukur kepada Allah karena Karunia-Nya yang tak terkatakan itu” (2 Kor 9:15)
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Ayah & Ibu atas doa, motivasi, dan segala cinta
yang diberikan kepada saya.
Mas Pur, Mas Bambang dan Mas Kris yang telah mendukung saya. Vincencius Olaflia Rosantono untuk kasih sayang, perhatian, pengertian dan semangatnya. Keponakanku yang ganteng dan cantik, Hugo, Sasha, dan Glenn yang selalu menghibur saya. Nanik, Desi, Lia, Elza, Vani, Iput dan Ima untuk inspirasi and the memories. And the last ... Untuk yang ter”Indah”, Engkaulah asaku dan segala inspirasi tanpa batas.
(7)
MOTTO
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau
menjadi bijak di masa depan”
(Amsal 19:20)
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan
semangat”
(Winston Churchill)
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh
harapannya pada Tuhan”
(Yeremia 17:7)
“Sekali saja Anda belajar menyerah itu akan menjadi kebiasaan”
(Vince Lombardi)
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati
orang rajin diberi kelimpahan”
(Amsal 13:4)
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan
tidak ada rencana-Mu yang gagal”
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Agustus 2016
Penulis,
(9)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Erna Putri Astuti
Nomor Induk Mahasiswa : 121414067
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Korelasi Antara Motivasi Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP Kanisius Kalasan Kelas VII dengan Pokok Bahasan Segiempat Tahun 2016
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Agustus 2016 Yang menyatakan,
(10)
ABSTRAK
Erna Putri Astuti. 2016. Korelasi Antara Motivasi Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP Kanisius Kalasan Kelas VII dengan Pokok Bahasan Segiempat Tahun 2016. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016, (2) hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016, dan (3) korelasi dan besarnya korelasi antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Metode penelitian ini adalah penelitian statistik deskriptif. Bentuk data penelitian ini adalah data kuantitatif dan tipe datanya berbentuk interval.
Tempat penelitian adalah kelas VII A SMP Kanisius Kalasan pada akhir bulan April sampai dengan awal bulan Mei semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Kalasan, dan sampel penelitian merupakan siswa-siswi kelas VII A yang terdiri dari 26 siswa, yaitu 11 siswa putri dan 15 siswa putra. Data penelitian ini berupa skor tes hasil belajar matematika dan skor motivasi belajar matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes untuk mendapatkan data dari hasil belajar matematika serta metode kuesioner dan wawancara untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji korelasi dilakukan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan mayoritas memiliki motivasi tinggi atau sangat tinggi. Hal ini dibuktikan untuk kategori siswa yang mempunyai motivasi tinggi atau sangat tinggi sebesar 80,77%, siswa yang mempunyai motivasi sedang sebesar 19,23%, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah atau sangat rendah sebesar 0%. (2) Sebagian besar siswa hasil belajarnya baik (tuntas) yang ditunjukkan dengan kategori siswa yang tuntas sebesar 69,23%, sedangkan untuk kategori siswa yang tidak tuntas sebesar 30,77%. (3) Diperoleh korelasi yang positif antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika di kalangan siswa kelas VII SMP Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2015/2016 yang ditunjukkan oleh harga koefisien korelasi product moment sebesar 0,611 dan sumbangan motivasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 37,33%.
Kata kunci : matematika, motivasi belajar, hasil belajar, korelasi antara motivasi belajar dan hasil belajar
(11)
ABSTRACT
Erna Putri Astuti. 2016. Correlation between Motivation and the Result of Mathematics Learning on the Topic of Quadrilaterals in the Seventh Grade at SMP Kanisius Kalasan 2016. Undergraduate Thesis. Yogyakarta : Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research was aimed to finding (1) the motivation of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016, (2) the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016, and (3) correlation and percentage of correlation between motivation and the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016. This research was a correlation research. This research method was a statistic descriptive research. This research forms was a quantitative and employed interval data.
The research was done at SMP Kanisius Kalasan grade seven class A at the end of April until early May the second semester of the academic year 2015/2016. The population in this research were students of class VII at SMP Kanisius Kalasan, and the sample in this research were students of class A consisting of 26 students, with 11 female students and 15 male students. The data collected in form of mathematics test score and mathematics motivation score. The techniques was done with test method to finding the data from the result of mathematics and then questionnaires method and interview method to obtain the data about the motivation of mathematics learning. The data analysis technique used to test the correlation was analyzed with Pearson Product Moment correlation.
The result showed that (1) class VII students at SMP Kanisius Kalasan majority of motivated high or very high. This is evidenced in the category of students who have the motivation high or very high at 80.77%, students who have the motivation was 19.23%, and then students with low or very low motivation by 0%. (2) Most students had better (complete) result of learning are shown by category of students who completed at 69.23%, while for the category of students
who didn’t completed at 30.77%. (3) Obtained a positive correlation between motivation and the result of mathematics learning in class VII at SMP Kanisius Kalasan 2016 indicated by product moment correlation coefficient of 0.611 and donations motivation towards mathematics learning outcomes by 37.33%.
Key words : mathematics, learning motivation, learning achievement, correlation between motivation and learning achievement
(12)
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur mendalam penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih serta campur tangan-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Motivasi Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP Kanisius Kalasan Kelas VII dengan Pokok Bahasan Segiempat Tahun 2016” ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, kasih serta campur tangan yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.
2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
(13)
6. Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang selalu bijaksana dalam memberikan bimbingan, nasihat, serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Para dosen Pendidikan Matematika yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan ilmu serta mendidik penulis menjadi pribadi yang
“Cerdas dan Humanis”.
8. Yusup Indrianto Purwito, S.Pd. selaku Kepala Sekolah di SMP Kanisius Kalasan yang telah memberikan kesempatan, izin, dan keluasan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Y. Daru Putranta selaku Guru matematika di SMP Kanisius Kalasan yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VII A dan VII B di SMP Kanisius Kalasan yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian.
11. Sekretariat JPMIPA yang sudah banyak membantu dan memberikan kemudahan atas segala urusan dengan penuh kesabaran.
12. Ayah dan Ibu tercinta, Fransiskus Xaverius Sukijo dan Rosalia Suratiyem atas doa, dukungan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kakak tersayang Mas Pur & Mbak Asih, Mas Bambang & Mbak Yanti, Mas Kris & Mbak Yuliana yang telah memberi semangat, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Keponakan tercinta Gerardus Hugo Maverick Tristan, Gracia Sasha Anindyarasti dan Gregorius Glenn Emerick Kaylano yang selalu menghibur.
(14)
15. Saudara-saudari tercinta yang telah memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan bantuan demi lancarnya penyusunan skripsi ini.
16. Vincencius Olaflia Rosantono yang selalu memberi motivasi, inspirasi, semangat dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
17. Sahabatku Nanik, Elza, Desi, Lia, Novi yang selalu menginspirasi dan terimakasih atas dukungannya.
18. Teman-temanku seperjuangan Vani, Iput, Ima, Galuh, Rara, Nani, Sari, Vera dan teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah mendukung dan memberi motivasi yang tiada terkira.
19. Mbak Siwi, Mbak Yola, Mbak Tere, Mbak Renata, Vina, Mbak Adel, dan teman-teman kos Ceria atas doa, dukungan, dan motivasinya.
20. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Penulis
(15)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Pembatasan Masalah ... 8
F. Penjelasan Istilah ... 8
G. Manfaat ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Matematika ... 11
B. Definisi Belajar ... 12
C. Tujuan Belajar ... 13
D. Teori Belajar ... 14
(16)
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 17
G. Motivasi Siswa dalam Belajar Matematika ... 24
H. Tinjauan Materi Bangun Datar Segiempat ... 37
I. Kerangka Berpikir ... 46
J. Hipotesis Penelitian ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 48
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
D. Perumusan Variabel ... 50
E. Bentuk Data ... 50
F. Metode Pengumpulan Data ... 51
G. Instrumen Penelitian ... 52
H. Metode Analisis Data ... 59
BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian ... 68
B. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 69
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 74
D. Perhitungan Proporsi Motivasi dan Hasil Belajar Matematika ... 76
E. Analisis Data Penelitian ... 78
F. Analisis Hasil Wawancara ... 80
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 83
B. Keterbatasan Penelitian ... 87
BAB VI PENUTUP C. Kesimpulan ... 88
D. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 91
(17)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Bagan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil
Belajar ... 17
Gambar 2.2. Gambar Jajargenjang ... 38
Gambar 2.3. Gambar Persegipanjang ... 39
Gambar 2.4. Gambar Persegi ... 42
(18)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 49
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pengembangan Kuesioner Motivasi Belajar Matematika 54 Tabel 3.3. Skor Alternatif Jawaban Angket ... 55
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru ... 56
Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Siswa ... 57
Tabel 3.6. Kisi-kisi Tes Ulangan Harian Segiempat ... 58
Tabel 3.7. Skor Butir Soal Tes Ulangan Harian Segiempat ... 59
Tabel 3.8. Tabel Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 63
Tabel 3.9. Kriteria Motivasi Belajar Matematika ... 65
Tabel 3.10. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Matematika ... 66
Tabel 3.11. Koefisien Korelasi ... 67
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 70
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 72
Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 74
Tabel 4.4. Deskripsi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 75
Tabel 4.5. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 76
Tabel 4.6. Jumlah Siswa Berdasarkan Interpretasi ... 76
Tabel 4.7. Data Jumlah Siswa Berdasarkan Ketuntasan Belajar ... 77
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika dan Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 78
Tabel 4.9. Hasil Korelasi Instrumen Motivasi Belajar Matematika dan Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 79
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 94
Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas ... 103
Lampiran 3 Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa ... 106
Lampiran 4 Kuesioner Motivasi Belajar yang Diuji Coba ... 112
Lampiran 5 Hasil Skor Uji Coba ... 115
Lampiran 6 Uji Normalitas Instrumen Motivasi Belajar ... 117
Lampiran 7 Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 118
Lampiran 8 Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 119
Lampiran 9 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 120
Lampiran 10 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika yang Valid ... 121
Lampiran 11 Kuesioner Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 124
Lampiran 12 Hasil Skor Kuesioner yang Diujikan ... 142
Lampiran 13 Tabel Nilai r Product Moment ... 144
Lampiran 14 Kisi-kisi Soal Ulangan Harian ... 145
Lampiran 15 Soal yang Diujikan ... 146
Lampiran 16 Lembar Jawab Soal ... 148
Lampiran 17 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ... 150
Lampiran 18 Jawaban Ulangan Harian Siswa ... 153
Lampiran 19 Hasil Skor Ulangan Harian Siswa ... 165
Lampiran 20 Kisi-kisi Wawancara Guru ... 167
Lampiran 21 Hasil Wawancara Guru ... 168
Lampiran 22 Kisi-kisi Wawancara Siswa ... 171
Lampiran 23 Hasil Wawancara Siswa ... 172
Lampiran 24 Data Penelitian ... 180
Lampiran 25 Uji Normalitas Data Penelitian ... 181
Lampiran 26 Korelasi Data Penelitian ... 181
Lampiran 27 Statistik Deskriptif ... 182
(20)
Lampiran 29 Surat Keterangan Penelitian ... 184 Lampiran 30 Validasi Pakar Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 185 Lampiran 31 Dokumentasi ... 187
(21)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa dan Negara. Menurut Muhibbin Syah (2008: 10), pendidikan dapat diartikan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan juga merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Salah satu ilmu dasar dari pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa adalah matematika, sebab matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Matematika merupakan ilmu dasar yang berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga matematika hendaknya dapat dikuasai oleh segenap warga negara Indonesia meskipun pada batas penguasaan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Sifat abstrak dari objek matematika
(22)
menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga tidak heran matematika masih dijadikan sebagai momok. Dengan demikian, akan berakibat buruk terhadap proses belajar siswa, yakni mereka hanya belajar matematika dengan mendengarkan penjelasan guru, menghafal rumus, lalu memperbanyak latihan soal dengan menggunakan rumus yang sudah dihafalkan, tetapi tidak pernah ada usaha untuk memahami dan mencari makna yang sebenarnya tentang tujuan pembelajaran matematika itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi, kurangnya perhatian guru bagi siswa terhadap usaha yang dilakukan dalam suatu pembelajaran matematika terutama bagi siswa yang kemampuan akademiknya kurang, ikut memberi pengaruh sikap siswa terhadap matematika. Akibatnya siswa kurang berminat dalam belajar, merasa minder bahkan frustasi terhadap pelajaran matematika. Menurut Oemar Hamalik (2009: 33), guru harus bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Selain menguasai materi, model, dan metode pembelajaran, seorang guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar, karena guru sangat berpengaruh dalam berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Selain itu, guru harus optimal didalam mengajar siswa supaya dapat memahami konsep yang diajarkan.
Tujuan pembelajaran matematika menekankan pada pemahaman konsep, aplikasi penalaran, pemecahan masalah, mengkomunikasikan dan memiliki sikap menghargai. Jika siswa telah memahami konsep, maka untuk mempelajari konsep selanjutnya siswa akan merasa lebih mudah. Namun jika
(23)
siswa tidak memahami satu konsep saja, maka akan menjadikan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang lain. Jadi, memilih materi sudah dipikirkan juga tentang pengalaman belajar yang lalu dan yang akan disajikan kepada siswa. Karena matematika itu merupakan ilmu yang berstruktur, maka kesiapan intelektual merupakan syarat mutlak bagi siswa yang mempelajari matematika (Herman Hudojo, 2001: 31). Di antara semua cabang matematika, geometri merupakan salah satu materi yang relatif sulit dipahami siswa. Segiempat adalah salah satu bagian dari geometri yang didalamnya terdapat beberapa subbab diantaranya jajargenjang, persegipanjang, persegi, belahketupat, layang-layang, dan trapesium. Kenyataan yang terjadi sekarang ini menunjukkan bahwa siswa kurang memahami konsep, karena dalam pengenalan segiempat, selama ini guru sering kali langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri segiempat. Selanjutnya guru hanya menggambar segiempat tersebut di papan tulis, atau hanya menunjukkan gambar yang ada dalam buku sumber yang digunakan siswa, walaupun guru menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja segiempat yang ditunjukkan guru tersebut.
Melihat kenyataan tersebut, menurut peneliti diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk menjadikan siswa aktif dan kritis dalam pemahaman konsep berkaitan dengan matematika. Selain model pembelajaran yang digunakan oleh guru, sebenarnya ada faktor lain yang menjadi penyebab untuk mencapai keberhasilan belajar. Pengkajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mutu hasil belajar merupakan usaha awal yang seharusnya
(24)
dilakukan agar kita dapat menetapkan langkah dan cara-cara yang tepat dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu hasil belajar.
Peningkatan mutu hasil belajar sesungguhnya banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, ditinjau dari unsur siswa, masih banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang ada dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor yang ada dalam diri siswa adalah faktor fisiologis dan psikologis. Misalnya: persepsi, minat, sikap, motivasi, bakat, IQ, dan seterusnya. Sedang faktor yang berada di luar diri siswa misalnya lingkungan tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi orangtua, dan seterusnya.
Pada saat ini yang menjadi perhatian peneliti di antara variabel-variabel yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar karena berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika yang mengatakan bahwa sebagian siswa-siswi di SMP tersebut kurang mendapat perhatian dari keluarga yang menyebabkan siswa kurang mendapat motivasi untuk belajar. Hal inilah yang menyebabkan peneliti mengambil faktor motivasi sebagai variabel penelitian. Motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu (Winkel, 1987 dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011: 49). Mulyasa (2009: 195) mengatakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang ke arah suatu tujuan tertentu. Motivasi berkaitan dengan apa yang diinginkan manusia (tujuan), mengapa ia menginginkan hal tersebut (motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut (proses).
(25)
SMP Kanisius Kalasan dipilih sebagai tempat penelitian karena di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika. Selain itu, kurangnya hasil belajar siswa yang didasari adanya alasan bahwa pelajaran matematika sulit dipahami yang menyebabkan siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika, serta adanya informasi yang menyebutkan bahwa kualitas lulusan di sekolah tersebut baik, juga menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di SMP Kanisius Kalasan.
Dari identifikasi di atas, peneliti ingin mencari korelasi antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika yang dituangkan dalam
penelitian yang berjudul “Korelasi Antara Motivasi Belajar Matematika dengan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Kanisius Kalasan Kelas VII dengan Pokok Bahasan Segiempat Tahun 2016”.
B. Identifikasi Masalah
Pemikiran mengenai perlunya meningkatkan hasil belajar matematika sebagai respon terhadap gejala melemahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika yang menjadi pemicu masalah yang timbul dalam pembelajaran tersebut. Permasalahan yang muncul dalam identifikasi masalah adalah sebagai berikut.
1. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan lebih mudah dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Namun, yang terjadi masih banyak siswa yang belum memahami dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini
(26)
terlihat dari masih ada siswa yang malas belajar, tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran, kurang semangat dalam belajar, padahal motivasi belajar erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.
2. Siswa yang memiliki minat belajar akan lebih memungkinkan mereka untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan, sebaliknya jika siswa kurang memiliki minat belajar, maka siswa akan sulit untuk mencapai prestasi belajarnya. Sebagian besar siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan belum memiliki minat belajar yang cukup. Hal itu nampak dari perilaku siswa yang kurang semangat dalam belajar. Padahal minat belajar ada hubungannya dengan prestasi belajar.
3. Sebagian guru telah menggunakan metode belajar yang modern dan inovatif, sedangkan sebagian lainnya masih menggunakan metode konvensional. Metode mengajar yang inovatif lebih memungkinkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran, sehingga prestasi belajarnya lebih meningkat. Dengan demikian, metode mengajar guru ada hubungannya dengan prestasi belajar.
4. Dalam tes intelegensi diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Ada yang tinggi, sedang, bahkan ada yang rendah, sehingga pencapaian prestasi belajar siswa tidak begitu menonjol. Dengan demikian, kecerdasan atau intelegensi ada hubungannya dengan prestasi belajar.
(27)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana motivasi belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016?
3. Bagaimana korelasi antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui motivasi belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016.
2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016.
3. Mengetahui korelasi antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan tahun 2016.
(28)
E. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah dari keempat masalah yang sudah peneliti buat. Empat masalah yang sudah diidentifikasi dipikir oleh peneliti terlalu banyak. Minat belajar siswa, metode guru dalam mengajar, dan kecerdasan tidak menjadi perhatian peneliti. Penelitian ini dibatasi hanya pada ruang lingkup korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar yang diperoleh siswa yang berkaitan dengan pokok bahasan segiempat dan dibatasi untuk subbab jajargenjang, persegipanjang, persegi, dan belahketupat di kelas VII SMP Kanisius Kalasan. Hasil belajar yang mencakup 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, namun dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan kognitif, karena dalam pengambilan data mengenai hasil belajar, peneliti menggunakan nilai ulangan harian. Nilai ulangan merupakan salah satu proses belajar siswa. Proses belajar siswa berkaitan juga dengan proses berfikir siswa.
F. Penjelasan Istilah (Batasan Istilah)
Berkaitan dengan penelitian ini, ada beberapa penjelasan istilah yang harus dirumuskan dalam penelitian, yaitu:
1. Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2. Motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar.
(29)
3. Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau tingkah laku secara keseluruhan, dimana tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Korelasi adalah suatu hubungan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan korelasi adalah hubungan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP Kanisius Kalasan.
5. Segiempat adalah suatu bangun datar yang dibatasi oleh empat ruas garis lurus sebagai sisinya.
G. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara umum memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama untuk menambah pengetahuan/pengembangan wawasan tentang hubungan motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika pada pokok bahasan segiempat.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis mencakup manfaat bagi siswa, guru, lembaga sekolah, dan peneliti sendiri.
(30)
a. Bagi Siswa
Menumbuhkan kompetensi, aktif, kreatif, lebih menyukai pelajaran matematika, serta dapat mengaplikasikan segiempat dalam permasalahan kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan siswa dapat memotivasi diri dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar terkait dengan matematika.
b. Bagi Guru
Menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran matematika dengan memotivasi dan mewadahi siswa dalam penemuan-penemuan yang dapat siswa lakukan semaksimal mungkin. Karena dengan motivasi belajar yang tinggi, maka hasil belajar juga tinggi. c. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan kepada pihak sekolah maupun sekolah lainnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran matematika dan meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti, khususnya dalam merancang strategi pembelajaran agar nantinya dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika. Selain itu, apabila peneliti nantinya benar-benar terjun dalam dunia pendidikan maka pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai gambaran tentang hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa.
(31)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Matematika
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi matematika. Beberapa ahli sebagaimana dikutip dari http://www.gurupendidikan.com/17-pengertian-matematika-menurut-para-ahli-beserta-bidangnya/, merumuskan definisi tentang matematika, yaitu sebagai berikut.
1. Kline (1973) : matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
2. Yansen Marpaung : matematika adalah ilmu dalam perkembangannya, penggunaannya menganut metode deduksi.
3. Suherman (2003) : matematika adalah disiplin pemikiran dan prosedur pengolahan logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Suwarsono (tanpa tahun) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu ilmu tentang pola dan struktur yang berlandaskan pada logika.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola dan struktur yang menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan dengan tepat dan berlandaskan pada logika untuk mendukung pengetahuan lain, sehingga dapat berkembang dengan pesat.
(32)
B. Definisi Belajar
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (dalam Ratna Wilis Dahar, 2011: 2).
Burton (1984) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011: 4).
Hintzman dalam Muhibbin Syah (2008: 90) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Menurut Wittig (dalam Muhibbin Syah, 2008: 90), belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
(33)
C. Tujuan Belajar
Ditinjau secara umum, tujuan belajar dibedakan menjadi 3 jenis (Sardiman (2004) yang dikutip Noer Rohmah, 2012: 177-179), antara lain: 1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
3. Pembentukan sikap
Guru tidak sekedar sebagai “pengajar” yang tugasnya hanya
mentransfer ilmu, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya melalui pemberian contoh-contoh perilaku yang baik dalam setiap pola interaksinya baik dengan siswa, dengan sesama guru maupun dengan masyarakat luas,
(34)
sehingga dari sini nantinya diharapkan dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.
D. Teori Belajar
Jenis-jenis Teori Belajar Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011, 25-39) :
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor-faktor yang diberikan lingkungan.
2. Teori Belajar Kognitivistik
Menurut teori belajar kognitivistik, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu, belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sangat menentukan hasil belajar.
3. Teori Belajar Humanistik
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar dilakukan dengan memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu. Peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusannya sendiri dan bertanggungjawab atas keputusan-keputusan yang dipilihnya.
(35)
4. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).
E. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Agus Suprijono, 2009: 5). Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009: 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi (pemberian respons), penilaian (penghargaan), organisasi, dan internalisasi (karakterisasi) (Agus Suprijono, 2009: 7). Penerimaan meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan. Pemberian respons meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, puas dalam memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya. Penilaian meliputi penerimaan
(36)
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur dan ia juga berperilaku jujur. Organisasi meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain. Internalisasi meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur.
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar, keterampilan, dan kemampuan bertindak. Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan lain-lain.
Agus Suprijono (2009: 7) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya bahwa hasil belajar dilihat secara menyeluruh dari berbagai aspek bukan dilihat secara terpisah. Mulyasa (2009: 212) memberikan pengertian tentang hasil belajar, yaitu prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Jadi, dari beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli, pengertian hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku atau tingkah laku
(37)
secara keseluruhan, dimana tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Menurut Noer Rohmah (2012: 194) untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar individu. Seperti bagan di bawah ini:
Faktor
Luar
Dalam
Lingkungan
Instrumental
Fisiologis ss
Psikologis
Alam
Sosial
Kurikulum/Bahan Pelajaran Guru/Pengajar
Sarana dan Fasilitas Administrasi/Manajemen
Kondisi Fisik
Kondisi Panca Indera
Bakat Minat Kecerdasan Motivasi
Kemampuan Kognitif
(38)
Berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain: 1. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan alam, yaitu tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha di dalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan.
b. Lingkungan sosial budaya, yaitu hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial.
2. Faktor Instrumental
Adalah seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi:
a. Kurikulum/Bahan pelajaran
Sistem instruksional sekarang menghendaki bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka, guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. b. Guru/Pengajar
1) Interaksi guru dan siswa
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Hubungan antar siswa
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini
(39)
sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa berlangsung dengan baik.
3) Cara penyajian bahan pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c. Sarana dan fasilitas 1) Media pendidikan
Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet, dan lain sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media tersebut, baik dalam jumlah maupun kualitas.
2) Keadaan gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang.
(40)
3) Sarana belajar
Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat atau tidak lengkap, dan tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
4) Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
d. Administrasi/Manajemen
Sebagian gedung sekolah yang terbatas, sedangkan jumlah siswanya banyak, menjadikan siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu tersebut seharusnya anak-anak beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Sehingga, mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, pikiran dan jasmani mereka masih segar, dan dalam kondisi baik. Belajar di pagi hari, lebih efektif daripada belajar pada waktu lainnya.
(41)
3. Kondisi Fisiologis a. Kesehatan jasmani
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila dibandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah.
b. Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi)
Tubuh yang kekurangan gizi makanan akan mengakibatkan merosotnya kondisi jasmani, sehingga menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk, dan tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya, siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
c. Kondisi panca indera (mata, hidung, telinga, pengecap, dan tubuh). Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas, pengajaran klasikal perlu memperhatikan: postur tubuh anak, dan jenis kelamin anak (untuk menghindari letupan-letupan emosional yang cenderung tak terkendali).
4. Kondisi Psikologis
Belajar hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik antara lain:
(42)
a. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal/aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adanya hubungan dari dalam diri dan dari luar diri sendiri, makin kuat/dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
b. Kecerdasan
“Didiklah anak sesuai dengan taraf umurnya”.
Dari sini jelas bahwa antara kecerdasan dan umur mempunyai hubungan yang sangat erat. Perkembangan seseorang dari yang konkrit ke yang abstrak tidak bisa dipisahkan dari perkembangan inteligensinya. Makin meningkat umur seseorang makin abstrak cara berpikirnya.
c. Bakat
Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat yang tidak dilatih dengan lingkungan maka akan menjadi terpendam (sebagai potensi) yang tidak aktual. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan agar bakat itu bisa terwujud. Jadi, ada 2 faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan bakat seseorang, yaitu:
1) Faktor anak itu sendiri (tergantung pada minat, kesulitan/masalah pribadi, meskipun bakat karena keturunan)
(43)
2) Lingkungan anak (tidak ada kesempatan/orangtua miskin, dll) Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, tetapi ada perbedaan dalam jenis dan derajatnya. Oleh karena itu, yang dikatakan anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat dalam derajat tinggi dan bakat-bakat yang unggul. Misalnya bakat seni, melukis, menyanyi, akademik, memimpin, bakat mekanis, dll.
d. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Banyak bakat yang tak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat.
e. Kemampuan kognitif
Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yakni:
1) Persepsi
Persepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan/informasi ke dalam otak manusia.
2) Mengingat
Ingatan (memory) ialah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
(44)
3) Berpikir
Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.
G. Motivasi Siswa dalam Belajar Matematika 1. Pengertian Motivasi
Berawal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif (Noer Rohmah, 2012: 239). Kata
“motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu (Winkels, 1987 dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011).
Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Juga kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari mempunyai motif-motif tertentu pula.
(45)
Menurut Mulyasa (2009: 195), motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang ke arah suatu tujuan tertentu. Motivasi berkaitan dengan apa yang diinginkan manusia (tujuan), mengapa ia menginginkan hal tersebut (motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut (proses).
A.W. Bernard (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 319) memberikan pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar.
2. Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini, menurut Sardiman (2004) yang dikutip Noer Rohmah (2012: 254-255), motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik yang akan diuraikan sebagai berikut:
(46)
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya karena ia sudah rajin membaca.
Kemudian jika dilihat dari tujuan melakukan kegiatan itu, maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu sendiri, yakni ingin mendapatkan pengetahuan, bukan karena ingin dipuji atau karena alasan lainnya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang belajar dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga mendapat pujian, sanjungan, dan lain sebagainya.
Jadi, jika dilihat dari segi tujuannya, maka motivasi ekstrinsik tidak secara langsung berhubungan dengan hakikat (esensi) yang sebenarnya. Sehingga, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
(47)
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
3. Ciri-ciri Siswa yang Mempunyai Motivasi
Ciri-ciri pada diri setiap orang yang memiliki motivasi menurut
Sardiman (2006: 21) yang dikutip
http://koreshinfo.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-motivasi-bentuk-bentuk.html?m=1 adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah.
(48)
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena belajar mengajar akan berhasil apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011: 53-55). Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Cita-cita
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang siswa menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
b. Kemampuan siswa
Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya. Korelasinya dengan motivasi akan terlihat ketika siswa mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk
(49)
terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut.
c. Kondisi siswa
Kondisi siwa dapat terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis. Kondisi fisik yang sehat dan fit umumnya membuat siswa memiliki motivasi yang tinggi, dibandingkan dengan siswa yang kondisi fisiknya kurang baik. Sementara kondisi psikis seorang siswa yang sedang tidak bagus misalnya sedang stress, maka motivasi juga akan menurun. Sebaliknya jika kondisi psikis seseorang dalam keadaan bagus, gembira, atau menyenangkan maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi sebaliknya, maka akan berdampak pada meningkatnya motivasi belajar.
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran. Tergantung dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya yang dapat mendinamisasikan proses pembelajaran.
(50)
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Jika guru tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung menjadikan siswa tidak memiliki motivasi belajar, tetapi sebaliknya jika guru memiliki gairah dalam membelajarkan siswa maka motivasi siswa akan lebih baik.
Beberapa faktor tersebut berpengaruh pada diri siswa dalam menumbuhkan motivasi untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah motivasi untuk belajar.
5. Fungsi/Kegunaan Motivasi Dalam Belajar
Menurut Noer Rohmah (2012: 250), dalam dunia belajar mengajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa, dan motivasi ini selalu bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
(51)
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Oemar Hamalik (2009: 179) mengungkapkan bahwa motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok yang tidak mempunyai motivasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi memang berperan penting dalam kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar.
6. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah (Noer Rohmah, 2012: 256), yaitu sebagai berikut.
a. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport supaya angkanya baik-baik.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak
(52)
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
e. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
f. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
(53)
g. Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah apabila minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar apabila disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
(54)
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik 4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar
k. Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Menurut Iskandar (2009) yang dikutip Noer Rohmah (2012: 259), ada beberapa teknik motivasi lainnya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus sekali, hebat, dan menakjubkan.
2) Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat.
3) Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa.
4) Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
5) Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan,
(55)
dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya.
6) Memberi contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa, guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaan lainnya.
7) Penampilan pendidik yang menarik, bersih, rapi, sopan, dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
7. Peranan Motivasi dalam Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang individu (jasmani dan rohani), kegiatan pembelajaran tidak pernah dilakukan tanpa adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam diri individu ataupun dari luar individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Sardiman (2003: 84) yang dikutip Noer Rohmah (2012: 261) kegiatan belajar sangat memerlukan motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran yang dipelajarinya. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa (peserta didik).
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, tidak ada kegiatan pembelajaran tanpa motivasi. Oleh
(56)
karena itu, motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran.
Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong kegiatan pembelajaran. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak utama bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pembelajaran.
2. Peran motivasi memperjelaskan tujuan pembelajaran. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan, maka tidak akan ada motivasi seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam mencapai hasil pembelajaran siswa menjadi optimal. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi siswa (peserta didik) yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut. 3. Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Di sini motivasi dapat
berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan.
4. Peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa, sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pembelajaran umumnya didapat dari guru (pendidik). Jadi, dua motivasi ini harus
(57)
disinergikan dalam kegiatan pembelajaran, apabila siswa (peserta didik) ingin meraih hasil yang baik.
5. Peran motivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran. Seorang siswa (peserta didik) yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun. Dengan harapan mendapat hasil yang baik dan lulus.
6. Peran motivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam pembelajaran siswa (peserta didik) dalam meraih prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang siswa (peserta didik) selalu dihubungkan dengan tinggi rendahnya motivasi pembelajaran seseorang siswa tersebut.
H. Tinjauan Materi Bangun Datar Segiempat
Segiempat adalah suatu bangun datar yang dibatasi oleh empat ruas garis lurus sebagai sisinya. Pada bangun datar segiempat terdapat jajargenjang, persegipanjang, persegi, belahketupat, layang-layang, trapesium, dan segiempat sembarang yang lain. Tetapi yang akan dijelaskan di bawah ini hanya jajargenjang, persegipanjang, persegi, dan belahketupat.
1. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar.
(58)
a. Sifat-sifat Jajargenjang
Berdasarkan gambar di atas, kita dapat mengetahui sifat-sifat jajargenjang, yaitu sebagai berikut.
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. AB = CD dan AB // CD
BC = AD dan BC // AD
2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar. A = C
B = D
3) Memiliki dua diagonal yang berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama besar.
4) Jumlah besar dua sudut yang berdekatan adalah 180°. A + D = 180°
B + C = 180° A + B = 180° C + D = 180°
5) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang. 6) Memiliki simetri putar tingkat dua.
7) Tidak memiliki simetri lipat. Gambar 2.2 Jajargenjang
A B
C D
A B
C D
(59)
b. Keliling dan Luas Jajargenjang
1) Keliling jajargenjang
Keliling jajargenjang = 2(AB + AD) 2) Luas jajargenjang
Luas jajargenjang = alas × tinggi = AB × t
2. Persegipanjang
Persegipanjang adalah jajargenjang yang salah satu sudutnya 90°. a. Unsur-unsur Persegipanjang
Unsur-unsur persegipanjang ABCD adalah sebagai berikut. 1) AB, BC, CD, dan AD adalah sisi-sisi persegipanjang. 2) Titik A, B, C, dan D disebut titik sudut persegipanjang. 3) ABC, BCD, CDA, dan DAB merupakan sudut. 4) AC dan BD merupakan diagonal persegipanjang.
Gambar 2.3 Persegipanjang
A B
C D
A B
C D
t
A
C D
B
A B
C D
(60)
b. Sifat-sifat Persegipanjang
Berdasarkan gambar di atas, kita dapat mengetahui sifat-sifat persegipanjang, yaitu sebagai berikut.
1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. AB = CD dan AB // CD
AD = BC dan AD // BC 2) Keempat sudutnya siku-siku (90°).
A = B = C = D = 90°
3) Kedua diagonalnya sama panjang dan saling berpotongan di titik pusat persegipanjang. Diagonal tersebut membagi
persegipanjang menjadi dua bagian sama besar. AC = BD dan OA = OB = OC = OD 4) Memiliki dua simetri lipat.
5) Memiliki simetri putar tingkat dua.
6) Dapat menempati bingkainya dengan empat cara.
c. Keliling dan Luas Persegipanjang A
C D
B
A B
C D
O
C
D C
(61)
1) Keliling persegipanjang
Keliling persegipanjang ABCD = AB + BC + CD + DA = p + l + p + l
= 2p + 2l = 2(p + l) Jika : p = panjang persegipanjang
l = lebar persegipanjang Maka, K = 2(p + l)
2) Luas persegipanjang
Luas persegipanjang ABCD = AB × BC
= panjang × lebar = p × l
Jika : p = panjang persegipanjang l = lebar persegipanjang Maka, L = p × l
3. Persegi
Persegi adalah bangun segiempat yang memiliki empat sisi sama panjang dan salah satu sudutnya siku-siku. Dengan kalimat lain, persegi adalah persegipanjang yang dua sisi berdekatannya sama panjang.
(62)
a. Unsur-unsur Persegi
Unsur-unsur persegi ABCD adalah sebagai berikut. 1) AB, BC, CD, dan AD adalah sisi-sisi persegi. 2) Titik A, B, C, dan D disebut titik sudut persegi.
3) ABC, BCD, CDA, dan DAB merupakan sudut. 4) AC dan BD merupakan diagonal persegi.
b. Sifat-sifat Persegi
Berdasarkan gambar di atas, kita dapat mengetahui sifat-sifat persegi, yaitu sebagai berikut.
1) Keempat sisinya sama panjang. AB = BC = CD = AD 2) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
AB // CD dan AD // BC Gambar 2.4 Persegi
(63)
3) Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku (90°). A = B = C = D = 90°
4) Kedua diagonalnya sama panjang dan saling berpotongan di titik pusat persegi. Diagonal tersebut membagi persegi menjadi dua bagian sama besar.
AC = BD dan OA = OB = OC = OD 5) Kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus.
AOD = AOB = BOC = COD = 90°
6) Keempat sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
7) Memiliki empat simetri lipat.
8) Memiliki simetri putar tingkat empat.
7) Dapat menempati bingkainya dengan delapan cara. c. Keliling dan Luas Persegi
1) Keliling persegi
Keliling persegi ABCD = AB + BC + CD + DA = s + s + s + s
(64)
Jika : s = panjang sisi persegi Maka, K = 4s
2) Luas persegi
Luas persegi ABCD = AB × BC = s × s = s2 Jika : s = sisi persegi Maka, L = s2
4. Belahketupat
Belahketupat adalah jajargenjang yang kedua diagonalnya saling tegak lurus.
a. Sifat-sifat Belahketupat
Perhatikan belahketupat pada gambar di atas. Berdasarkan gambar, dapat diketahui sifat-sifat belahketupat, yaitu sebagai berikut.
1) Memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang. AB // CD dan AB = CD, BC // AD dan BC = AD
2) Semua sisi belahketupat sama panjang AB = BC = CD = AD. Gambar 2.5 Belahketupat
C A
B D
(65)
4) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya
ABC = ADC dan BAD = BCD BAO = DAO dan ADO = CDO BCO = DCO dan ABO = CBO
5) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus. AC tegak lurus BD, AO = OC, BO = OD.
6) Belahketupat dapat menempati bingkainya menurut empat cara. b. Keliling dan Luas Belahketupat
1) Keliling Belahketupat
Keliling belahketupat = AB + BC + CD + AD = s + s + s + s
= 4 × s
2) Luas Belahketupat Luas belahketupat =
= AC × BD
C A
B D
(66)
I. Kerangka Berpikir
Seorang guru idealnya mengharapkan setiap siswanya dapat memahami konsep-konsep yang disampaikan guru di dalam kelas serta selalu memiliki motivasi dalam diri untuk melakukan sesuatu (kegiatan belajar). Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi, dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya, kemudian mendorong seorang siswa mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Atau dengan kata lain, motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.
Motivasi tumbuh karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh
(67)
motivasi pada dirinya. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajar matematika pada siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VII dengan pokok bahasan segiempat tahun 2016”.
(68)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut (Suharsimi Arikunto, 2006: 270). Korelasi yang paling sederhana melibatkan hanya dua variabel. Dalam hal ini, korelasi antara motivasi dan hasil belajar.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai letak korelasi antara motivasi dengan hasil belajar siswa. Adapun data hasil tes, wawancara, dan angket digunakan untuk mengetahui korelasi antara motivasi dengan hasil belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat Pelaksanaan
Tempat/lokasi penelitian adalah kelas VII A SMP Kanisius Kalasan yang beralamatkan di Krajan, Tirto Martani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta (55571).
(69)
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada akhir bulan April sampai dengan awal bulan Mei semester genap tahun ajaran 2015/2016.
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian
No. Keterangan Waktu
1. Observasi sekolah April 2016
2. Pengambilan data uji validitas instrumen motivasi belajar matematika
April 2016 3. Pengambilan data motivasi dan hasil belajar
matematika
Mei 2016
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Kalasan.
Menurut Sugiyono (2013: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP Kanisius Kalasan yang terdiri dari 26 siswa, yaitu 11 siswa putri dan 15 siswa putra.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 85). Peneliti menggunakan teknik tersebut karena berdasarkan pendapat guru, kelas eksperimen mempunyai tingkat inteligensi yang lebih baik dibanding kelas kontrol.
(70)
D. Perumusan Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 38). Sugiyono (2013: 39) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen variable). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah motivasi belajar matematika siswa (Xn).
2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent variable). Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika (Yn).
E. Bentuk Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Suharsimi Arikunto, 2006: 118).
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa pemberian soal dilakukan untuk mendapatkan data dari hasil belajar matematika siswa yang berupa nilai
(71)
ulangan harian matematika siswa untuk materi segiempat. Non tes berupa kuesioner dan wawancara untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar matematika siswa khususnya pada materi segiempat, berupa skor motivasi siswa dengan tipe data interval. Data berbentuk interval karena tipe data ini menggunakan jarak data yang sama, yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket) mengenai motivasi siswa terkait dengan belajar matematika. Dalam hal ini, data dinyatakan dalam bentuk angka (skor).
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan metode pengumpulan data yang tepat, agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara (interview), kuesioner (angket), tes hasil belajar, dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2013: 137).
1. Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 142). Kuesioner (angket) dibuat dengan menggunakan acuan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013: 93).
(1)
184
Lampiran 29 Surat Keterangan Penelitian
(2)
185
Lampiran 30 Validasi Pakar Instrumen Hasil Belajar Matematika
(3)
(4)
187
Lampiran 31 Dokumentasi
Siswa memperhatikan ketika guru mengajar
Guru berkeliling kelas untuk memastikan siswa belajar dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
188 Siswa mencatat hal-hal yang penting
(6)
189 Siswa kelas VII A mengerjakan kuesioner
Siswa mengerjakan soal ulangan harian