Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UURI Nomor 202003, Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 142005 dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi. Kewajiban menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru PPG mengharuskan adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini dirasakan semakin mendesak mengingat kebutuhan tenaga guru yang nyata di lapangan mengharuskan PPG dilaksanakan dengan segera agar pengangkatan guru baru dapat dilakukan sesuai dengan ketetapan yang ada. Di samping itu saat ini banyak lulusan program S1 kependidikan yang prospeknya tidak jelas, apakah dapat diangkat langsung sebagai guru atau tidak. Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program PPG. Soedjadi 1993:1 mengemukakan bahwa satu-satunya wadah yang berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun luar sekolah. Sedangkan yang dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah kemampuan untuk mengembangkan orang lain. Orang yang tepat dan penting dalam usaha mengembangkan orang lain adalah guru. Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sepanjang masa, guru tetap merupakan orang punya andil besar dalam dunia pendidikan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, guru pernah mempunyai status dan wibawa yang tinggi dalam masyarakat dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, tetapi juga mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial. Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru tidak lagi menjadi satu- satunya tempat bertanya bagi masyarakat, karena pendidikan masyarakat mungkin jauh lebih tinggi dari guru. Kewibawaan, penghargaan guru mulai mundur sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan IPTEK dan kepedulian guru yang meningkat terhadap imbalan atau balas jasa. Kecenderungan seperti di atas berimplikasi terhadap pendidikan calon guru. Para calon guru akan menempuh cara berbeda dengan guru dalam jabatan untuk mendapatkan sertifikat sebagai pendidik. Jika guru dalam jabatan menempuh sertifikasi dengan model portofolio, maka calon guru yang sudah mendapatkan gelar sarjana harus mengikuti pendidikan profesi guru. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK yang akan memberikan pendidikan profesi harus memenuhi persyaratan seperti pengalaman di bidang pendidikan, tenaga pengajar dan fasilitas. Ketentuan yang mengatur guru merupakan profesi terbuka ditentang banyak kalangan, baik aktivis, mahasiswa maupun akademisi. Dikhawatirkan ketentuan ini ke depan akan menciptakan guru-guru instan yang mengajar tanpa jiwa dan dedikasi. Di dalam Pasal 7 RPP tentang Guru draft versi 17 Agustus 2008 tertulis, profesi guru bisa berasal dari luar S1D4 non- kependidikan. Mereka harus mengikuti pendidikan profesi yang fokus pembelajarannya pada aspek pedagogi. Lulusan kependidikan tetap di wajibkan ikut pendidikan ini namun penekanannya lebih pada bidang keahlian, tidak lagi pedagogi. Hal ini menunjukkan LPTK seolah-olah tidak profesional, tidak dipercaya menghasilkan guru-guru yang baik. Di sisi lain untuk menghasilkan guru yang baik, tidak bisa ditempuh melalui proses instan, lewat pendidikan 36-40 SKS sistem kredit semester saja. Mereka mungkin bisa mengajar, tetapi tidak mendidik dengan baik. Seperti halnya profesi kedokteran atau pengacara yang menjadi profesi tertutup, aspek kepribadian dan pedagogi tidak bisa diperoleh secara instan. Jika masih begini, pendidikan tidak bisa berkontribusi pada peningkatan moralitas bangsa. Menurut Prof. Said Hamid Hasan, pengamat pendidikan dari UPI, mengajar idealnya tidak sekedar berupa transfer pengetahuan. Hal inilah yang akan terjadi jika guru itu dibentuk secara instan, tanpa penggemblengan dan dedikasi. Sebaliknya, guru harus bisa mentransfer nilai-nilai moral, sikap dan agama. Di tangan-tangan guru inilah nasib ke depan bangsa ini ditentukan. Indonesia baru adalah Indonesia maju dan modern dengan memperhatikan pendidikan, dari mulai buku sampai kesejahteraan guru. Strategi ke depan adalah perlunya mengubah Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan Profesi guru dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogi, profesional, sosial dan personal dalam upaya mengimplementasikan amanat dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara nasional juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan dan pembangunan guru yang profesional menuju pembangunan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif. Pendidikan profesi guru diselenggarakan tidak semata-mata untuk memperoleh tunjangan profesional guru yang besarnya satu kali gaji pokok, tetapi lebih dari itu. PPG diselenggarakan untuk menjembatani kekurangan guru karena pensiun. Semua lulusan S1 pendidikan maupun non kependidikan mempunyai kesempatan untuk mengikuti PPG dan diharapkan program ini dapat meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan. Lama pendidikan profesi untuk guru TK dan SD dilaksanakan selama enam bulan, sedangkan pendidikan profesi guru untuk mata pelajaran di tingkat SMP, SMA dan SMK selama satu tahun. Pemerintah membuka kesempatan kepada sarjana ilmu murni untuk menempuh profesi guru dengan tujuan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Model pendidikan profesi guru melalui jalur sarjana ilmu murni ditambah pendidikan profesi guru mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu karena mereka sudah lulus sarjana ilmu murni dan telah belajar ilmu-ilmu tersebut selama empat tahun. Pro kontra yang terjadi dengan dibukanya program pendidikan profesi guru bagi sarjana ilmu murni merupakan fenomena menarik yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tanggapan dan penilaian mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru yang positif, akan menentukan semangat belajar dan prestasi belajar akademik yang dicapai selama menimba ilmu di bangku kuliah. Untuk mengungkap lebih jauh tanggapan para mahasiswa dari LPTK, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

B. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Minat Maha Persepsi Mah Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Mahasiswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau Dari Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Mahasiswa FKIP

0 0 12

Persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL II dan latar belakang orang tua : studi kasus mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

0 0 142

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006.

0 0 159

Pengaruh motivasi dan prestasi belajar mahasiswa terhadap kemampuan praktik mengajar : studi kasus mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 97

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan profesi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1 14 155

Evaluasi pelaksanaan mata kuliah program pengalaman lapangan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan : studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 2

Analisis kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan perpustakaan Universitas Sanata Dharma ditinjau dari jenis kelamin, semester, program studi : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

0 0 153

Evaluasi pelaksanaan mata kuliah program pengalaman lapangan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan : studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 177

Pengaruh motivasi dan prestasi belajar mahasiswa terhadap kemampuan praktik mengajar : studi kasus mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 95

Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 187