Pendidikan Nonformal Kajian Pustaka

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Nonformal

Pendidikan merupakan cara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang makhluk sosial. Pendidikan bagi manusia sebagai makhluk sosial sangat penting, karena dengan pendidikan yang dimiliki manusia dapat berkembang dalam suatu kelompok masyarakat besar maupun kecil. Pendidikan juga merupakan hal yang harus dimiliki oleh manusia untuk bekalnya di hari akhir atau hari kiamat. Pendidikan yang dialami oleh manusia itu terdiri dari tiga jenis, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang biasanya dilakukan dilingkungan sekolah atau pemerintahan. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang dilakukan atau dijalani dilingkungan keluarga atau lingkungan sekitar manusia itu tinggal. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memperlancar program pendidikan formal. Pendidikan nonformal biasa dilakukan oleh lembaga pemerintahan atau lembaga swasta. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 Ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 16 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Sudjana 2001:13 menyebutkan bahwa pendidikan luar sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam studi kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan. Istilah-istilah pendidikan yang berkembang ditingkat internasional mulai saat itu adalah : pendidikan sepanjang hayat life long education, pendidikan pembaharuan recurrent education, pendidikan abadi permanent education, pendidikan nonformal nonformal education, pendidikan informal informal education, pendidikan masyarakat community education, pendidikan perluasan extension education, pendidikan massa mass education, pendidikan sosial social education, pendidikan orang dewasa adult education, dan pendidikan berkelanjutan continuing education. Enesco 1972 menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai derajat keketatan dan keseragaman yang lebih rendah dibanding dengan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah memiliki bentuk dan isi program yang bervariasi, sedangkan pendidikan sekolah pada umumnya memiliki bentuk dan isi program yang seragam untuk setiap satuan, jenis, dan jenjang pendidikan. Hal ini yang membedakan keunggulan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah. Dalam pendidikan luar sekolah terdapat pendekatan yang sering digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan menganalisi program-program pendidikan luar sekolah yang disebut dengan taksonomi. Taksonomi adalah alat bagi pengambil keputusan, penentu kebijakan, dan pengelola pendidikan untuk membuat penggolongan 17 program pendidikan luar sekolah. Taksonomi biasa disebut dengan klasifikasi berdasarkan hirarki. Menurut Coombs dan Ahmed 1974 dalam Sudjana 2001 : 17- 18 mengelompokkan program-program pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan kedalam empat kategori, yaitu 1. Pendekatan pendidikan perluasan extension approach 2. Pendekatan latihan training approach 3. Pendekatan pengembangan swadaya masyarakat the co- operative self-help approach 4. Pendekatan pembangunan terpadu integrated development approach. Program pendidikan luar sekolah yang bermacam-macam dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak merupakan hal mengapa pendidikan luar sekolah dikatakan fleksibel. Program yang dilaksanakan oleh berbagai pihak menyesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat sekitar, sehingga pendidikan luar sekolah disetiap daerah memiliki corak yang berbeda-beda. Hal ini akan membantu dalam mengevaluasi sebuah program yang relevan apakah butuh pembaharuan atau akan dihentikan. Kajian pendidikan luar sekolah secara yuridis terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bagian kelima pasal 26 ayat 1 sampai 7, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. 18 3. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 4. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 5. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 6. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 7. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman merupakan salah satu dari bentuk program pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Sleman. Program kecakapan hidup menjahit diharapkan mampu meningkatkan jumlah wirausaha di Kabupaten Sleman sehingga warga kurang mampu dan pengangguran semakin berkurang. Sanggar Kegiatan Belajar SKB merupakan sebuah wadah dari pemeritah yang bersifat non formal dengan tujuan untuk membantu menuntaskan masalah dalam pendidikan formal yang belum teratasi. Sanggar kegiatan belajar mendapatkan dana dari pemerintah untuk 19 membuat program yang bertujuan membantu mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu.

2. Hasil dan Dampak Program