Keabsahan Data Kesimpulan KEBERMAKNAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP MENJAHIT DI SKB SLEMAN TERHADAP WARGA BELAJAR DALAM AKTIVITAS BERWIRAUSAHA.

76 analisis ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan bermanfaat.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas, uji validitas eksternal, uji reliabilitas, dan uji obyektivitas. Namun yang utama dilakukan adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas diantaranya ada perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, member check. Dalam penelitian ini keabsahan data yang digunakan triagulasi dimana pengecekan data melalui ini diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu Sugiyono, 2009: 372. Sehingga terdapat trianggulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Disini peneliti menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data yaitu menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang diterapkan pada sumber yang berbeda-beda untuk memperoleh informasi. Sehingga keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama pada sumber yang berbeda-beda. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SKB Sleman

Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman adalah gabungan dari dua buah Sanggar Kegiatan Belajar yaitu Sanggar Kegiatan Belajar Berbah dan Sanggar Kegiatan Belajar Sleman. Kedua SKB tersebut lahir bersamaan dengan lahirnya Sanggar Kegiatan Belajar yang lain di seluruh Indonesia yang berjumlah 115 buah. Pada awalnya SKB Sleman adalah Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat PLPM, sedangkan Sanggar Kegiatan Belajar Berbah berawal dari Panti Kegiatan Belajar PKB Kalitirto. Prestasi yang diperoleh ditingkat Kabupaten Sleman maupun tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka Panti Kegiatan Belajar PKB Kalitirto difungsikan sebagai Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat PLPM Kalitirto yang akhirnya berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor : 020601978 dan Nomor : 04301979 menjadi Sanggar Kegiatan Belajar Berbah Kabupaten Sleman. Semula Sanggar Kegiatan Belajar SKB Sleman berkantor di Beran Tridadi Sleman, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Sayegan, Mlati, Sleman, Tempel, dan Turi. Sanggar Kegiatan Belajar Berbah berkantor di Kalitirto Berbah, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Depok, 78 Ngaglik, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Prambanan. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman dan lahirnya era otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999, berpengaruh terhadap keberadaan lembaga yang ada khususnya dalam bidang pendidikan. Sanggar Kegiatan Belajar yang sebelum era otonomi daerah adalah sebagai Unit Pelaksana Tenik UPT Pusat ikut berubah menjadi bagian dari Pemerintah Daerah dan menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada tingkat KabupatenKota. Berdasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor: 02 Kep . KDH A 2002, tanggal 28 Januari 2002 tentang pembentukan Sanggar Kegiatan Belajar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman hanya ada satu Sanggar Kegiatan Belajar SKB yaitu Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman yang berlokasi di Jalan Kalitirto Berbah Sleman. Kemudian dalam Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor : 30 Kep . KDH 2003 tanggal 1 Oktober 2003 diatur mengenai Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor : 61 Kep . KDH A 2003 tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pembentukan Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman sebagai salah satu 79 Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.

2. Kedudukan, Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi dari SKB Sleman

a. Kedudukan Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor: 61Kep.KDHA2003 tentang pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Tugas pokok SKB Kabupaten Sleman adalah melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Pendidikan di bidang fasilitasi Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga di Kabupaten Sleman sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan program-program tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal kemandirian, berwirausaha, etos kerja maupun dalam memberikan bekal pelajaran dan keterampilan kepada masyarakat untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan non formal mempunyai kedudukan yang sama 80 dan seejajar dengan pendidikan formal. Dukungan pada semua pihak baik Lembaga Pemerintah, LSM maupun masyarakat sangat diharapkan demi kemajuan pengembangan program-program Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Penyebaran informasi yang akurat mengenai status kelembagaan maupun hasil program yang dilaksanakan SKB Kabupaten Sleman menjadi bukti nyata bahwa eksistensi SKB sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dukungan secara nyata akan dapat merealisasikan dan mengoptimalkan tujuan program dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan non formal sehingga dapat setara dengan pendidikan formal. b. Visi SKB Sleman mempunyai visi yaitu “Terwujudnya warga masyarakat berpendidikan yang berkualitas dan mandiri di Kabupaten Sleman ”. Dengan adanya visi tersebut, akan menjadi sebuah motivasi atau semangat bagi semua tutor Dallam memberikan pembelajaran kepada warga belajar. Bukan hanya semangat untuk tutor, malaikan juga menjadi semangat bagi warga belajar untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan meningkatkan pendidikan warga belajar, mereka mampu menjadikan diri mereka berkualitas dan mampu mandiri. 81 c. Misi SKB Sleman juga memiliki misi antara lain : 1 Memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi warga masyarakat yang tidak ikut belajar di pendidikan formal. 2 Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikanPamong Belajar 3 Menerapkan sistem kerja yang berwawasan keunggulan 4 Meningkatkan kualitas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga agar berjiwa wiraswasta berwawasan kebangsaan dan berprestasi 5 Meningkatkan pemberian motivasi dan bimbingan kepada warga masyarakat agar mampu menjadi tutor, fasilitator, pembina, pelatihinstruktur dalam kegiatan Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga 6 Meningkatkan pelayanan informasi Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga 7 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. d. Tugas Pokok Sanggar Kegiatan Belajar Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Pendidikan di bidang fasilitasi pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga. 82 e. Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar Sanggar Kegiatan Belajar Sleman mempunyai fungsi : 1 Penyelenggaraan pelatihan fasilitator pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga 2 Pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga 3 Penyelenggaraan Ketatausahaan 3. Struktur Organisasi SKB Sleman a Organigram Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi SKB Sleman Kelompok Jabatan Fungsional Warga Belajar Kepala SKB Drs. Yuniadi Kasubag TU Isworo Kesti DA. S.Pd Staf Gayatri Staf Endang Tri Wahyuni Staf Suharjono Pamong Bealajar Mayang Sutrisno, Spd Pamong Belajar Dwi Lestariningsih, Spd Pamong Belajar Drs. Sukarja Pamong Belajar Dra. Lilik Umiyati Pamong Belajar Sunaryanto, Spd Pamong Belajar Dra. Sri Astuti Pamong Belajar Antonius Sutrisno, Spd Pamong Belajar Ediyanta, Spd Pamong Belajar Ida Sumiartsih, Spd 83 b Nomenklatur Jabatan 1 Kepala SKB Kabupaten Sleman Kepala SKB mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun rencana kegiatan tahunan SKB b. Mengkoordinasir pelaksanaan urusan ketatausahaan dilingkungan SKB c. Mengawasi pelaksanaan urusan kerumahtanggaan yang meliputi keamanan, perawatan, dan keindahan di lingkungan SKB d. Mengkoordinir urusan kepegawaian dilingkungan SKB e. Mengendalikan termasuk membimbing dan mengawasi urusan keuangan dilingkungan SKB f. Membina dan mengawasi urusan perlengkapan di lingkungan SKB g. Mempersiapkan pedoman dan petunjuk pelaksanaan kegiatan bagi Pamong Belajar h. Membina dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan bagi Pamong Belajar i. Menilai, mengusulkan kenaikan pangkat terhadap pelaksanaan kegiatan Pamong Belajar j. Mempersiapkan rencana program pengadaan dan pendistribusian sarana kegiatan belajar bagi kelompok belajar k. Megendalikan termasuk membimbing hubungan kerjasama SKB dengan instansi pemerintah yang terkait dan masyarakat l. Mengkoordinir pembuat laporan perkegiatan, laporan tengah tahunan, dan laporan tahunan SKB 2 Pamong Belajar Pamong Belajar sebagai tenaga fungsional mempunyai tugas : a. Menyusun rencana program percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga b. Menyusun rencana pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga c. Mempersiapkan materi dan melaksanakan identifikasi motivasi penyuluhan dan bimbingan kepada warga masyarakat agar mau dan mampu menjadi tutor fasilitator pembina pelatih dan 84 instruktur dalam rangka kegiatan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga d. Mempersiapkan materi dan melaksanakan program pembuatan percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga e. Mempersiapkan materi peyuluhan, melaksanakan penyuluhan dan bimbingan, serta melaksanakan evaluasi dalam pelaksanaan penyuluhan dan bimbingan kepada warga masyarakat tentang program percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga f. Menyusun dan mempersiapkan materi, melaksanakan kegiatan belajar mengajar muatan lokal serta mengevaluasi dalam pemanfaatan materi belajar muatan lokal program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga g. Mempersiapkan materi dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan tenaga kepedidikan serta melaksanakan evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga h. Melaksanakan pengembangan model program pembuatan percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga i. Membuat laporan kegiatan tahunan tenaga fungsional pamong belajar 4. Program SKB Sleman SKB Sleman memiliki beberapa program yang dilaksanakan setiap tahunnya. Program tersebut antara lain : 85 Tabel 4. Program SKB Sleman No Program Kegiatan 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini PAUD a. Kelompok Bermain 2 Program Keaksaraan a. Keaksaraan Fungsional KF 3 Program Kesetaraan a. Kejar Paket A Setara SD b. Kejar Paket B Setara SMP c. Kejar Paket C Setara SMA 4 Program Pendidikan Berkelanjutan a. Kelompok Belajar Usaha KBU b. Magang c. Kursus-kursus d. Life Skills 5 Program Keolahragaan a. KBO Tenismeja b. KBO Bolavoli c. KBO Sepakbola d. KBO Senam 6 ProgramPelatihanDiklat a. Pelatihan Instruktur Senam b. Pelatihan Pengelola KBU c. Pelatihan Pemberdayaan Perempuan 86

5. Sarana dan Prasarana SKB Sleman

Sarana yang dimiliki Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman diantaranya adalah sebagai berikut : Tabel 5. Sarana SKB Sleman No Jenis Sarana Jumlah Keterangan 1 Mobil dinas 2 Colt HIS dan Hartop 2 Kursi kerja 29 - 3 Meja kerja 32 - 4 Pesawat telepon 1 - 5 Komputer 2 - 6 Mesin ketik manual 6 - 7 Mesin stensil 4 - Prasarana penunjang kegiatan program Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman yang berupa gedungruang adalah sebagai berikut : Tabel 6. Prasarana SKB Sleman No Jenis Bangunan Luas Keterangan 1 Kantor Ruang Belajar 704 m 2 16 kamar 2 Ruang pertemuan 286 m 2 4 kamar 3 Asrama 80 m 2 1 ruangan 87

B. Data Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di

SKB Sleman a. Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem. Program pendidikan kecakapan hidupini diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengambangkan potensi dirinya khususnya dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 selama 20X pertemuan. b. Bagaimana pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Materi yang diajarkan bersifat umum dan pokok. Materi yang bersifat umum meliputi teori mengenai pentingnya pendidikan karakter, tupoksi dan program SKB serta dinamika kelompok. Sementara materi yang bersifat pokok yaitu pengenalan garis-garis pokok pola, pengambilan ukuran badan, pola dasar baju wanita, rok span, pola blus sebatas pinggul, blus muslim, baju gamis, dan 88 kebaya Jawa. Proses pembelajaran dimulai sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Proses pembelajaran keterampilan menjahit di Kecamatan Pakem di dampingi oleh dua tutor dari SKB Sleman yaitu ibu “LU’ dan i bu “DL”. Peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit di Kecamatan Pakem sangat senang dengan adanya pelatihan tersebut. Proses pembelajaran yang mudah dan menyenangkan menambah semangat peserta untuk belajar menjahit. Adanya fasilitas yang diberikan oleh SKB Sleman juga menjadi nilai lebih alam pelaksanaan pembelajaran menjahit. Tindak lanjut dari pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan usaha secara kelompok atau individu, peserta mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya.

2. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB

Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar a. Peningkatan Pengetahuan Warga Belajar Mengenai Menjahit Setelah Mengikuti Program PKH Peningkatan pengetahuan merupakan sebuah hasil proses dimana terdapat sebuah pengetahuan setelah seseorang melakukan suatu aktivitas atau peristiwa. Meningkatnya pengetahuan dapat dilihat dengan mengetahui hasil proses tersebut. Peningkatan 89 pengetahuan menjahit warga belajar dapat dilihat saat pelatihan dan setelah pelatihan selesai. Dalam mengetahui peningkatan, tidak boleh dilakukan secara sembarangan melainkan harus dengan suatu proses. Terdapat peningkatan teori berupa cara mengambil ukuran, membuat pola, dan cara menjahit yang benar. Peningkatan teori pengetahuan menjahit setelah mereka mengikuti pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “LU” selaku tutor pendidikan kecakapan hidup menjahit : “Warga belajar dapat meningkatkan pengetahuan menjahit baju wanita dalam hal mengambil ukuran, teori, dan praktik membuat baju wanita ” CL, IV1Kamis, 13 Agustus 2015 Hal serupa juga sesuai dengan pernyataan Ibu “RD” selaku warga belajar : “Bertambah mas, yang tadinya belum bisa bikin pola sekarang sudah bisa bikin pola ” CL, VI1Kamis 20 Agustus 2015 Sama seperti pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Sebelumnya sudah pernah menjahit tapi masih belum mahir mas, setelah mengikuti menjahit bisa membuat pola, mengukur yang benar, cara menjahit yang benar dan masih banyak lagi mas ” CL, VIII1Senin, 24 Agustus 2015 Dari beberapa pernyataan diatas diketahui bahwa terdapat peningkatan yang secara nyata. Peningkatan pengetahuan tersebut mampu digunakan sebagai tolak ukur dalam mengetahui keberhasilan program menjahit. Mengetahui peningkatan pengetahuan juga mengunakan beberapa cara. Cara mengukur tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar dilakukan secara 90 lisan dan praktik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit bahwa dalam mengukur tingkat pengetahuan menjahit dilakukan secara test lisan untuk menerapkan rumus-rumus dalam membuat pola. Seperti halnya pernyataan dari Ibu “SM” selaku warga belajar : “Setiap pelajaran memakai satu model dan disuruh praktek langsung, ujian disitu dan juga diakhir pelatihan mas ” CL, VIII2Senin, 24 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan dari Ibu “HY” selaku warga belajar : “Melalui hasil praktik dan juga ujian mas. Jadi setelah tutor memberi penjelasan, kita langsung membuat mas, nah disitu kadang kita langsung dinilai bagaimana perkembangannya mas ” CL, V2Rabu, 19 Agustus 2015 Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa SKB Sleman dalam mengevaluasi proses pembelajaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan menggunakan tes secara lisan dan tulisan saat di akhir program pembelajaran. Sedangkan secara tidak langsung yaitu saat proses pembelajaran, tanpa warga belajar sadari saat proses pembelajaran menjahit berlangsung, tutor mengamati seperti apa perkembangan dari warga belajar tersebut. Dalam menilai peningkatan yang dilakukan oleh pihak SKB juga terdapat beberapa kriteria yang ditentukan oleh tutor. Kriteria diperlukan agar mampu mendukung penilaian suatu kegiatan. Dengan adanya kriteria, maka seseorang mampu menilai suatu kegiatan dengan menggunakan pedoman. Kriteria juga bisa 91 dikatakan sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu kegiatan atau pengetahuan. Dalam mengetahui peningkatan teori menjahit yang dilakukan warga belajar, terdapat beberapa kriteria yang ditentukan oleh tutor SKB Sleman. Kriterianya seperti memahami rumus, membuat pola dengan rapi, dan mengetahui istilah-istilah dalam desain busana masa kini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit bahwa memahami rumus, dalam membuat pola secara berurutan tidak loncat-loncat, dan memahami istilah-istilah busana. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “DL” selaku warga belajar bahwa kriterianya seperti memahami rumus membuat pola dan dapat mempraktekkannya. Hal yang sama juga dinyatakan oleh ibu “RD” bahwa kriteria penilaian peningkatan teorinya ya dinilai dengan melihat kerapihan membuat pola saat menjahit mas, jadi secara langsung tapi juga ada yang menggunakan tes teori. Dari bebera pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat sebuah kriteria penilaian tersendiri yang dilakukan oleh tutor dalam menilai warga belajar. Kriteria yang dilakukan setiap SKB di Yogyakarta berbeda-beda sesuai dengan tujuan utama penyelenggaraan programnya. Kriteria yang dilakukan oleh tutor di SKB Sleman bertujuan agar tutor mampu mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan warga bejar setelah mengikuti 92 program dan sebagai acuan untuk mengevaluasi program keterampilan menjahit tersebut. Hal itu dilakukan agar dalam menyusun program menjahit berikutnya mampu dilakukan secara maksimal dengan melihat hasil dari evaluasi program menjahit sebelumnya. Warga belajar juga mampu menigkatkan pengetahuannya mengenai bagaimana cara mengambil ukuran dalam membuat produk. Hal tersebut dibuktikan dengan cara warga belajar mempraktikkan secara langsung saat proses pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Bapak “S” selaku pamong SKB Sleman bahwa 100 warga belajar meningkat pengetahuannya dalam mengambil ukuran. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “SM” selaku warga belajar: “Sebelumnya kan saya sudah bisa mengambil ukuran mas, nah dengan adanya pelatihan kemarin saya jadi lebih mahir dalam mengambil ukuran untuk membuat rok mas” CL, VIII4Senin, 24 Agustus 2015 Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “HY” selaku warga belajar : “Meningkat mas, kan saya mulai dari nol. Sebelumnya saya tidak tahu cara mengambil ukuran, sekarang menjadi tahu dan bisa mengambil ukuran untuk membuat dres sendiri mas. Yah meskipun baru berani membuat dres untuk dipakai keluarga aja mas” CL, V4Rabu, 19 Agustus 2015 Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam hal mengambil ukuran sehingga warga belajar mampu membuat sebuah produk 93 sendiri seperti membuat long dres. Peningkatan dalam hal mengambil ukuran tersebut juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi tutor dalam melihat keberhasilan SK dan KD program menjahit yang telah disusun sebelum program berlangsung. Dalam pelatihan menjahit, warga belajar juga diajarkan bagaimana cara membuat pola yang baik dalam menjahit. Pola yang baik dan benar dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai jual tinggi. Setelah mengikuti pelatihan, warga belajar mampu mengambil pola yang sesuai dengan apa yag akan diproduksi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan bapak “S” selaku tutor di SKB Sleman bahwa 100 warga belajar mampu membuat pola yaitu pola baju gamis, baju kebaya, baju blus, dan rok spam. Sementara Ibu “SM” selaku warga belajar juga menyatakan bahwa peserta mampu membuat pola mas, teman-teman mampu membuat pola rok, kebaya, dan baju gamis mas. Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “HY” yang merupakan warga belajar bahwa saya mampu membuat pola baju dres mas, meskipun itu belum begitu mahir mas, wajar mas karena saya masih benar-benar pemula. Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa peningkatan warga belajar juga terjadi dalam hal membuat pola baju. Warga belajar yang sebelumnya belum mampu membuat pola baju kini mampu membuat pola baju sendiri. Sedangkan 94 warga belajar yang sudah mampu membuat pola baju tetapi masih belum benar kini mampu membuat pola baju dengan benar. Peningkatan pengetahuan warga belajar juga dibuktikan dengan nilai dari hasil belajar. Nilai hasil belajar didapatkan pada akhir pembelajaran yang digunakan sebagai bahan untuk evaluasi program keterampilan menjahit. Setiap lembaga wajib membuat sebuah penilaian akhir untuk digunakan sebagi bahan evaluasi program. Dari hasil evaluasi program tersebut akan terbentuk sebuah kesimpulan yang mampu digunakan sebagai acuan untuk membuat program keterampilan menjahit untuk kegiatan berikutnya. 95 Berikut ini tabel hasil pelatihan menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman : Tabel 7. Daftar Nilai Pelatihan Menjahit 2014 No Nama Nilai Rok Span Blus Mslim Bju Gms Kbya Jw Hsl Jhtn Ksn Hsl Jhtn Ksn Hsl Jhtn Ksn Hsl Jhtn Ksn 1 Endang S 8 8 8 8 8 8 8.5 8.5 2 Hana Y 8 8 8 8 8 8 8.5 8.5 3 Kartinah 8 8 8 7.5 8 7.5 8 8 4 Lestari 8 8 8 7 7.5 7.5 8.5 8 5 Maryati 8 8 8 8 7 7 7.5 8 6 Misnarwati 8 8 8 7.5 7 7 7 7 7 Muzdalifah 8.5 8.5 8.5 8.5 8.5 88 8.5 8.5 8 Ovisia Y 8 7.5 8 8 8 8 8 7.5 9 Retni D 8 8 8 8 8 8 8 8 10 Siti F 8 8 8 8 8 8 7.5 7.5 11 Siti M 8 8 8 8 8 8 8 8 12 Supartini 8 8 8 8 7.5 7.5 8.5 8.5 13 Tri N 8 8 8 8 8 8 8 8 14 Ummi N 8 8 8 8 8 8 8 8 15 Yunit H 8 8 8 8 8 8 7.5 7.5 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pelatihan sangat memuaskan dibuktikan dengan perolehan nilai tes yang rata-rata mendapat nilai delapan. Dengan demikian maka banyak sekali peningkatan pengetahuan yang diperoleh oleh warga belajar setelah mereka mengikuti pelatihan. Peningkatan yang diperoleh antara lain berupa bagaimana membuat pola, mengambil ukuran, dan teori mengenai menjahit. Semakin meningkatnya pengetahuan maka warga belajar akan mampu bersaing dengan masyarakat yang lain dalam hal 96 menjahit. Selain itu warga belajar juga mempunyai bekal untuk membuka usaha menjahit sendiri.

b. Hasil Produk Warga Belajar Setelah Mengikuti Pelatihan

Menjahit Produk merupakan sebuah hasil dari suatu program pembelajaran. Bila sebuah program pembelajaran itu berjalan dengan efektif dan efisien, maka mampu menghasilkan suatu hasil produk. Hasil produk menjahit seperti rok dan kebaya juga digunakan sebagai penilaian terhadap kinerja baik tutor maupun warga belajar. Karena dengan adanya hasil produk yang nyata, maka program tersebut mampu membuktikan secara nyata hasil kegiatannya. Seperti halnya dalam pelatihan menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman. Hasil produk diperlukan sebagai bukti nyata dari hasil kegiatan pembelajaran. Banyak hasil produksi yang dihasilkan warga belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa hasil produk dari pelatihan menjahit antara lain warga belajar mampu membuat rok span, blus muslim, kebaya jawa, dan gaun. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa hasil produknya antaralain rok, kebaya, dan baju gamis . Begitu pula pernyaaan dari Ibu “HY” selaku warga belajar : “Kalau saya setelah selesai pelatihan yang saya buat yaitu long dres mas kalo engga ya saya membuat rok. Saya 97 soalnya suka menggunakan long dres, jadi kebanyakan produk yang saya buat setelah pelatihan ya long dres. Tapi saya belum berani membuat untuk orang lain, saja hanya mambuat untuk dipakai keluarga saja mas” CL, V6Rabu, 19 Agustus 2015 Berdasarkan beberapa pernyataan diatas disimpulkan bahwa terdapat hasil produk yang dihasilkan oleh warga belajar setelah mengikuti program keterampilan menjahit. Hasil produk tersebut mampu menjadi tolak ukur dalam menilai seperti apa keberhasilan dari program keterampilan menjahit tersebut. Semakin banyak produk yang dihasilkan warga belajar maka menandakan tingkat keberhasilan tutor baik. Dalam membuat produk tersebut, warga belajar melakukannya secara mandiri, tidak dengan bimbingan dari tutor menjahi t. Seperti pernyataan Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit : “Warga belajar menghasilkan sendiri tanpa bimbingan, tetapi bahan masih dari SKB untuk produk pertama. Setelah itu warga belajar melakukannya secara sendiri dan bahan juga mencari sendiri.” CL, IV7Kamis, 13 Agustus 2015 Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “M” selaku warga belajar : “Sekarang sudah sendiri mas, hanya pas waktu ada pameran di Sleman itu kita disuruh membuat rok tapi udah gag dibimbing mas. Kita membuat rok sendiri dan nanti dikumpulkan jadi satu dirumah saya” CL, VII7Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa tutor tidak memberikan bimbingan terhadap warga belajar setelah program keterampilan menjahit selesai. Hal tersebut dilakukan 98 tutor agar nantinya warga belajar mampu secara mandiri mencari inovasi-inovasi dalam menjualkan produk mereka. Hal tersebut juga bertujuan agar warga belajar memiliki sikap mandiri dan percaya diri dalam memasarkan produk mereka. Dalam membantu pemasaran produk yang dihasilkan oleh warga belajar, pihak SKB hanya membantu sementara seperti dipasarkan saat ada pameran. Seperti pernyataa yang diungkapkan oleh Bapak “S” selaku tutor di SKB Sleman : “Ya membantu, tetapi masih terbatas. SKB membantu melalui pameran tingka t kabupaten” CL, II8Senin, 10 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan dari Ibu “HY” selaku warga belajar : “Melalui pameran yang kemarin diselenggarakan di Sleman mas” CL, V8Rabu, 19 Agustus 2015 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu “M” selaku warga belajar : “Membantunya melalui pameran waktu di sleman, kalo selain itu belum ada bantuan pemasaran” CL, VII8Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas, hasil produk yang diproduksi oleh warga belajar antara lain rok, kebaya, long dres, dan lain-lain. Akan tetapi masih ada yang kurang yaitu pihak SKB belum mampu memasarkan produk dari warga belajar, sehingga mereka terpaksa membuka usaha menjahit dibidang jasa karena belum mampu memasarkan produknya. 99

c. Kecapakan Personal yang Dimiliki Warga Belajar Setelah

Mengikuti Pelatihan Menjahit Kecakapan personal merupakan sebuah kecakapan yang mencakup tentang mengenal diri sendiri dan berfikir rasioanl. Sebagai makhluk hidup kita harus mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Manusia juga harus memiliki fikiran yang rasioanal atau nyata. Dengan manusia mampu berfikir rasional, maka mereka dapat memecahkan masalah yang ada dilingkungan sekitarnya. Sebagai warga belajar dalam pelatihan menjahit, wajib bagi mereka untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setelah mengikuti pelatihan. Tujuannya agar warga belajar mampu berfikir rasional mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Seperti pernyataan dari Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa kelebihan warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit yaitu mampu membuat produk tanpa bimbingan dan menerima jasa menjahit bajupakaian. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “DL” selaku tutor menjahit bahwa warga belajar dapat mengetahui kelebihan dengan melihat hasil praktik yang mereka lakukan. Begitu pula pernyataan dari Ibu “RD”selaku warga belajar : “Mengetahui kekurangan yaitu cara motong belum lancar, kelebihan tidak tahu nanti dikira sombong” CL, VI9Kamis, 20 Agustus 2015 100 Sama halnya dengan Ibu “HY” selaku warga belajar : “Ya tentu, kelebihan jelas bisa menjahit, bisa bikin baju sendiri. Kekurangan belum bisa membuat kerah karena belu m diajarkan pas pelatihan” CL, V9Rabu, 19 Agustus 2015 Berdasarkan penrnyataan diatas dapat disimpulkan bahwa setalah warga belajar selesai mengikuti program, mereka mampu melihat apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal tersebut bertujuan sebagai acuan warga belajar untuk lebih bersemangat lagi dalam menuntut ilmu khususnya dalam hal keterampilan menjahit. Selain mengetahui kelebuhan dan kekurangan diri sendiri, warga belajar juga harus mampu percaya diri. Kecakapan personal juga mencakup rasa percaya diri yang dimiliki oleh diri sendiri. Begitu pua rasa percaya diri warga belajar yang meningkat setelah mengikuti pelatihan menjahit. Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa rasa percaya diri meningkat tetapi tetap menghargai sesama penjahit. Hal serupa juga dinyakan oleh Ibu “DL” selaku tutor menjahit yaitu dengan berani membuka usaha jasa menjahit mas. Begitu pula pernyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa percaya diri meningkat, berani buat long dres sendiri meski hanya buat keluarga aja. Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kecakapan personal yang diperoleh warga belajar yaitu peningkatan rasa percaya diri yang meningkat dan mampu 101 mengetahui kelebihan serta kekurangan yang terdapat dalam diri. Kecakapan personal merupakan kecakapan yang digunakan atau terdapat dalam kehidupan sehari-hari. d. Kecapakan Sosial yang Dimiliki Warga Belajar Setelah Mengikuti Pelatihan Menjahit Kecakapan sosial merupakan sebuah kecakapan yang mencakup bagaimana cara berkomunikasi dengan empati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecakapan sosial juga sama pentingnya dengan kecakapan personal. Kecakapan sosial digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik antara keluarga, tetangga, maupun masyarakat sekitar. Sebagai warga belajar pelatihan menjahit, wajib memiliki kecakapan sosial dalam berkomunikasi dengan konsumen. Cara yang dilakukan oleh pihak SKB Sleman dalam menumbuhkan motivasi berwirausaha yaitu dengan memberikan fasilitas kepada warga belajar agar mereka nantinya mampu menghasilkan produk yang lebih beragam dan mampu bersaing dengan penjahit lainnya. Hal tersebut dinyata kan oleh Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : “Memberikan materi pelajaran movasi dan kewirausahaan serta memberikan bantuan berupa alat jahit dan bahan” CL, II10Senin, 10 Agustus 2015 102 Sama hal dengan Ibu “LU” yang mengatakan bahwa : “Diberi bahan untuk uji coba produk dan dibentuk kelompok usaha yang setiap bulannya mengadakan pertemuan” CL, IV10Kamis, 13 Agustus 2015 Begitu pula Ibu “RD” selaku warga belajar : “Semangat, katanya nyari uang jadi mudah, mendapat mesin jahit portabel setiap warg a belajar satu mas” CL, VI10Kamis, 20 Agustus 2015 Motivasi dibutuhkan untuk meningkatkan semangat serta mampu menumbuhkan kecakapan sosial antar warga belajar yaitu cara bekerjasama dalam menjahit. Dengan bekerja sama, menunjukkan bahwa kecakapan sosial juga ditanamkan oleh pihak SKB Sleman dalam pelatihan menjahit.

e. Kecapakan Akademik yang Dimiliki Warga Belajar Setelah

Mengikuti Pelatihan Menjahit Kecakapan akademik sering dikenal dengan sebutan berfikir ilmiah. Kecakapan akademik biasanya sudah lebih mengarah kepada kegiatan akademik. Kegiatan akademik dalam pelatihan menjahit yaitu bagaimana warga belajar mampu mengikuti pelatihan dan memperolah hasil yang dibuktikan dengan nilai dan produk. Warga belajar juga mampu melakukan identifikasi kebutuhan sehingga mampu melakukan tindakan penyelesaian. Seperti pernyataan Ibu “SM”selaku warga belajar : “Saya lebih mengembangkan usaha menjahit lagi mas, kan disini banyak yang membutuhkan jasa menjahit meskipun 103 itu hanya musiman mas” CL, VIII12Senin, 24 Agustus 2015 Berbeda dengan pernyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa beliau ingin membuka usaha menjahit, tapi masih belum berani. Hal yang hampir sama dengan Ibu “SM” yang dinyatakan oleh Ibu “M” selaku warga belajar : “Saya menjadi lebih bersemangat dalam merintis usaha menjahit mas, ingin berkembang lagi. Disini banyak yang membutuhkan jasa menjahit mas, maklum kan lingkungan sini masih dusun mas” CL, VII12Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pernyataan diatas kecakapan akademik yang berupa berfikir ilmiah sudah mampu diterapkan dalam diri warga belajar meskipun masih ada yang masih ragu akan kemampuan akademiknya. Kecakapan akademik yang berupa hasil produk juga banyak dihasilkan warga belajar. Sesuai dengan pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman bahwa hasil produk seperti baju dan juga produk jasa menjahit. Seperti pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar bahwa masih membuat baju biasa saja tapi kalo ada pelanggan yang kesini dan bawa gambar contohnya saya baru buat yang dinginkan pelanggan. Sama seperti penyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa hasil produk hanya membuat long dres ya menyesuaikan model sekarang. 104 Meningkatnya kecakapan akademik juga dibuktikan dengan bagaimana warga belajar mampu menguasai teori dan praktik, sehingga dalam melakukan ujian mereka dapat berhasil. Dalam melakukan tes untuk mengetahui ketercapaian program, pihak SKB Sleman melakukan dengan cara tes tertulis dan praktik. Sesuai dengan pernyataan Bap ak “S” selaku tutor SKB Sleman bahwa untuk mengetahui ketercapaian prgram dengan tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik. Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa peserta langsung lulus, tesnya ya ada yang langsung pas praktik ada juga yang tertulis. Sama dengan pernyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa peserta lulus semua, tes tertulis waktu diakhir kegiatan dan praktik langsung saat sedang pembelajaran. Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa seluruh warga belajar yang mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit dikatakan lulus. Bukti kelulusan tersebut juga digunakan sebagai pedoman untuk mengevalusi program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang telah terlaksana.

f. Kecapakan Vokasional yang Dimiliki Warga Belajar Setelah

Mengikuti Pelatihan Menjahit Kecakapan vokasional merupakan sebuah kecakapan yang dalam pelaksanaan pembelajarannya disesuaikan dengan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusiannya. Kecakapan 105 vokasional juga memiliki karakteristik tertentu seperti tanggung jawab yang diberikan tutor pada warga belajar sebagai pelatihan kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional juga sering diartikan sebagai kecakapan berwirausaha atau kecakapan yang berfungsi meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pihak SKB Sleman juga menanamkan kecakapan vokasional berupa rasa taggung jawab sebagai warga belajar seperti pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : “Tutor memberikan pengarahan, kemudian warga belajar mengembangkan sesuai dengan kreatifitasnya” CL, II17Senin 10 Agustus 2015 Sama seperti pernyataan Ibu “LU” selaku tutor menjahit : “Warga belajar diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan teori dan praktik” CL, IV16Kamis, 13 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa sebagai warga belajar kita diberi tanggung jawab untuk mengikuti proses pelatihan dan menyelesaikan praktik. Selain menanamkan rasa bertanggung jawab, tutor dan pihak SKB Sleman juga melaksanakan program pembelajaran secara demokratis agar sesuai dengan kriteria kecakapan vokasional yang berlaku. Seperti pernyataan Bap ak “S” selaku tutor SKB Sleman bahwa sangat demokratis yaitu dengan merancang waktu belajar. Begitu pula pernyataan Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa dibuktikan dengan menyelesaikan hasil praktik sesuai kemampuannya tetapi sesuai waktu yang telah 106 ditentukan. Dan juga pernyataan Ibu “DL” selaku tutor menjahit bahwa proses pembelajaran berjalan demokratis, contohnya seperti menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuannya. Dengan berjalannya pembelajaran secara demokratis, maka akan menguntungkan berbagai pihak seperti pihak SKB Sleman sebagai penyelenggara dan pihak warga belajar. Proses pembelajaran secara demokratis juga merupakan karakteristik kecakapan vokasional dalam penyelanggaraan program. Dengan memenuhi karaktristik kecakapan vokasional dalam penyelenggaraan maka akan memperoleh perubahan dalam kecakapan vokasional warga belajar. Seperti pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman mengenai perubahan kecakapan vokasional warga belajar bahwa warga belajar semakin mandiri dan yakin dalam mengembangkan usahanya dibidang menjahit. Hal sama juga diungkapkan oleh Ibu “DL” selaku tutor menjahit bahwa peserta yang dulu tidak bisa menjahit kini bisa menjahit dan sedah berani membuka usaha sendiri. Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kecakapan vokasional warga belajar dalam aktivitas berwirausaha menjahit, warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit yang diselenggarakan oleh SKB Sleman. 107

3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB

Sleman terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar a. Dampak Ekonomi Warga Belajar Setelah Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Program pendidikan kecakapan hidup menjahit diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri khususnya dalam hal menjahit sehingga memiliki kompetensi berwirausaha sendiri untuk meningkatkan kesejahtraan keluarga. Tujuan dari program ini adalah : 1 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewirausahaan peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit, 2 Peserta bersedia merintis dan mengembangkan usaha dibidang menjahit baik secara perorangan atau kelompok, 3 Untuk mendukung Pemerintah Kecamatan Kalasan, dan Pemerintah Desa Selomartani sebagai wakil Kabupaten Sleman dalam lomba Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera P2WKSS tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014. Program pendidikan kecakapan hidup menjahit tahun 2014 yang diselenggarakan di Kecamatan Pakem dilaksanakan dengan memberikan pembelajaran keterampilan menjahit dan berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan dokumentasi, kegiatan usaha yang dilakukan warga belajar pasca kelulusan yaitu usaha menjahit. 108 Seperti yang dinyatakan oleh Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa beliau belum berani membuka usaha jahit, hanya membuat pakaian buat keluarga saja sehingga belum terlihat adanya peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran berkurang karena bisa membuat baju untuk keluarga sendiri. Sama halnya dengan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Ada peningkatan keuangan tapi musiman mas, kan kalo gag musim sekolah apa lebaran paling hanya reparasi mas” CL, VIII18Senin, 24Agustus 2015 Begitu pula pernyataan dari Ibu “M” selaku warga belajar : “Ada mas, karena sudah ada bantuan mesin jahit sehingga menjadi lancar dalam menjahit mas” CL, VII18Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan penyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa dampak dari pendidikan keterampilan menjahit secara ekonomi belum terlihat maksimal karena hanya mengurangi pengeluaran tetapi tidak ada pemasukan. Dampak ekonomi biasanya dilihat dari peningkatan penghasilan yang diperoleh oleh warga belajar. Jadi bisa disimpulkan bahwa dampak ekonomi belum terlihat maksimal. Dampak ekonomi program pendidikan kecakapan hidup menjahit belum terlihat secara besar, hanya meningkat secara kecil. Hal ini membuktikan bahwa program pelatihan menjahit memberikan dampak yang dapat dirasakan langsung oleh warga belajar setelah lulus dari pelatihan menjahit, tetapi peningkatan keuangan belum ada. 109

b. Dampak Sosial Warga Belajar Setelah Mengikuti Program

Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Dampak sosial program pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan terhadap hubungan dan interaksi sosial warga belajar terhadap orang lain dan masya rakat luas. Seperti pernyataan Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa perubahan sosial yang dialami sebenarnya ingin dapat membantu keluarga dalam membantu meringankan kebutuhan ekonomi. Begitu pula pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Saya sebenarnya ingin membagi ilmu menjahit yang saya miliki terhadap masyarakat sekitar mas, tapi mereka susah kalo disuruh belajar bersama saya mas. Ya saya hanya bisa membantu reparasi dan menjahit apa yang konsumen minta mas” CL, VIII19Senin, 24 Agustus 2015 Perubahan sosial yang terjadi terhadap warga belajar akan mempengaruhi kehidupannya dalam keseharian. Semakin meningkatnya kecakapan sosial yang dimiliki, maka warga belajar akan mampu meningkatkan interaksi sosial dalam kehidupannya.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pendidikan

Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar

a. Faktor

Pendorong dan Penghambat Pembelajaran Keterampilan Menjahit 110 Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat kegiatan pembelajaran yang akan berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan, faktor pendukung dalam kegiatan pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah tersedianya bahan dan alat, tutor yang memiliki kompetensi menjahit, tidak dipungut biaya, dan sebagainya. Adanya tutor yang memiliki kompetensi menjahit dan berpangalaman serta mampu melakukan pembelajaran juga menjadi faktor yang sangat mendorong pelatihan. Peserta didik juga memiliki semangat besar pada saat proses pembelajaran, baik saat teori maupun praktik, serta memiliki kemampuan dan motivasi yang besar dalam belajar. Selain itu, proses pembelajaran juga menyenangkan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : “Tersedia dana, tersedianya bahan dan alat, tersedianya tutor yang berkompeten, ada dukunngan dari instansilembaga terdekat, tidak dipungut biaya, tutor memiliki kompetensi menjahit , tutor memiliki motivasi yang kuat untuk membagi ilmu, motivasi peserta didik untuk menambah ilmu menjahit, proses pembelajaran menyenangkan” CL, II24Senin, 10 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan Ibu “DL” selaku tutor menjahit : “Adanya dukungan seluruh staf SKB, adanya bantuan alat dan bahan, adanya dukungan dari dinas terkait, adanya dukungan dari masyarakat, adanya dukungan dari tokoh masyarakat, adanya minat dari peserta didik, adanya motivasi dari peserta didik, adanya kemampuan peserta didik” CL, III23Selasa, 11 Agustus 2015 111 Begitu pula pernyataan Ibu “M” mengenai faktor pendukung progam pelatihan menjahit : ”Cara mengajarnya mudah dimengerti oleh warga belajar lainnya” CL, VII21Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang didapat dari peserta didik dan narasumber teknis dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap, tersedianya tutor yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu melakukan kegiatan pembelajaran, situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan, serta adanya semangat motivasi dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran yang besar sehingga mendukung proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit. Adapun faktor penghambat dalam keterampilan menjahit berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan adalah terbatasnya sasaran dan juga masih usia warga belajar ada yang lebih dari 50 tahun sehingga harus bersabar dalam proses pembelajaran. Seperti pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : ”Sasaran terbatas, sehingga banyak masyarakat lain yang membutuhkan harus menunggu giliran. Ada warga belajar yang usianya lebih dari 50 tahun sehingga agak menghambat dan lokasi pelatihan jauh dari SKB Sleman. Tutor harus bersabar dalam memberikan materi karena kemampuan warga belajar berbeda” CL, II23Senin, 10 Agustus 2015 112 Begitu pula pernyataan dari Ibu “DL” selaku tutor menjahit : ”Warga belajar jumlahnya terbatas, Kemampuan warga belajar tidak sama, Saya sebagai tutor bukan lulusan tata busana” CL, III22Selasa, 11Agustus 2015 Serta pernyataan Ibu “M” mengenai faktor penghambat pelatihan menjahit : “Masih kurang bisa menjahit dengan rapih karena masih ada yang pemula sehingga membutuhkan semangat dan arahan dari yang sudah bisa” CL, VII20Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah jumlah sasaran yang terbatas sehingga masyarakat tidak bisa dengan bebas mengikuti pelatihan karena jumlah peserta yang terbatas, usia yang berbeda juga mempengaruhi proses pembelajaran karena harus mengimbangi warga belajar yang usianya diatas 50-an, masih ada kekurangan dibagian fasilitas, dan juga kemampuan tutor yang tidak maksimal karena bukan dari jurusan menjahit. Tidak adanya tindak lanjut setelah selesai program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Kegiatan pembelajaran yang baik apabila telah selesai hendaknya dilakukan tindak lanjut, sehingga dapat diketahui seberapa besar pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh warga belajar. 113

b. Faktor yang Mendorong Peserta Didik untuk Mengikuti

Pembelajaran Keterampilan Menjahit Faktor pendorong merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan adanya faktor pendorong tersebut akan menumbuhkan motivasi yang tidak hanya menggerakkan tingkah laku tetapi juga mengarahkan tingkah laku peserta didik. Adapun faktor yang mendorong peserta didik untuk mengikuti pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit setiap individu berbeda-beda. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : “Tersedia dana, tersedianya bahan dan alat, tersedianya tutor yang berkompeten, ada dukungan dari instansilembaga terdekat, tidak dipungut biaya, motivasi peserta didik untuk menambah ilmu menjahit dan proses pembelajaran menyenangkan” CL, II24Senin,10 Agustus 2015 Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “LU” selaku tutor menjahit mengenai faktor pendorong kegiatan pelatihan menjahit : “Dukungan dari seluruh karyawan SKB, dukungan dari pimpinan lembaga, adanya dukungan dari dinas terkait serta masyarakat, adanya keinginan tutor untuk membagi ilmu yang dimiliki tentang menjahit dan adanya keinginan peserta didik memiliki keterampilan menjahit” CL, IV23Kamis, 13 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan dari Ibu “RD” selaku warga belajar mengenai faktor pendorong : “Adanya dukungan dari keluarga dan rasa ingin belajar mas” CL, VI22Kamis, 20 Agustus 2015 114 Begitu pula pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Waktu sudah bagus, tempat juga layak, ingin memperdalam ilmu, ingin dapat sertifikat lulus menjahit” CL, VIII21Senin, 24 Agustus 2015 Selain itu juga pernyataan pendukung dari Ibu “M” selaku warga belajar : “Cara mengajarnya mudah dimengerti oleh warga belajar lainnya” CL, VII21Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong peserta didik dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menjahit yaitu adanya dukungan dari berbagai pihak, motivasi belajar yang tinggi, cara mengajar yang mudah dipahami warga belajar serta adanya sertifikat setelah warga belajar lulus dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit

C. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian yang peneliti dapatkan, baik dari data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai subjek penelitian serta dari dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti akan melakukan pembahasan mengenai kebermaknaan pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terhadap warga belajar dalam aktivitas berwirausaha. 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman 115 Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem. Program pendidikan kecakapan hidupini diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengambangkan potensi dirinya khususnya dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 selama 20X pertemuan. Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Materi yang diajarkan bersifat umum dan pokok. Proses pembelajaran dimulai sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Tindak lanjut dari pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan usaha secara kelompok atau individu, peserta mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya. 2. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar Menurut Sudjana 2006:313 mengatakan bahwa program adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, instansi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan 116 dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahtraan hidup manusia. Menurut Suharsimi Arikunto 2007:3, program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yag berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Menurut Djamarah 2000:45 mengatakan bahwa hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Menurut Nasution 1995:25 megemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Hasil bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi setelah menjalani sebuah proses pembelajaran. Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetesi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri seorang peserta didik. Menurut Mimin Haryati 2007:22 pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup peningkatan pengetahuan, hasil produk, kacakapan personal warga belajar, kecakapan sosial warga belajar, kecakapan akademik warga belajar dan kecakapan vokasional warga belajar. Peningkatan pengetahuan yang dimiliki warga belajar setelah mereka mengikuti 117 pelatihan menjahit yaitu cara mengambil ukuran yang benar, cara membuat pola yang benar, dan juga teori-teori tentang menjahit. Bila dilihat dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif, akan diperoleh hasil seberapa besar tingkat keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilakukan oleh SKB Sleman. Dari segi kognitif warga belajar mampu meningkatkan pengetahuan seperti membuat pola, mengambil ukuran, dan menjahit yang benar. Bila dari segi psikomotor yaitu warga belajar mempraktikkan secara langsung proses pembelajaran menjahit dengan didampingi oleh tutor. Sedangkan dari segi afektif warga belajar mampu menerapkan dalam kehidupan mereka di rumah dan membagi pengalaman mereka dengan tetanggga dan sahabat. Menurut Munzayannah 2001:185 mendefinisikan menjahit sebagai suatu cara membuat pakaian yang dapat dilakukan dengan tangan atau mesin jahit. Hasil produk yang dibuat oleh warga belajar saat proses pembelajaran dan sesudah program pelatihan menjahit sangat banyak. Contoh produk yang dibuat saat proses pembelajaran sedang berlangsung seperti membuat rok span, membuat kebaya, dan membuat baju gamis. Sementara hasil produk yang dihasilkan warga belajar setelah program pelatihan menjahit selesai antara lain membuat blus panjang, membuat rok span, kebaya, dan lain-lain. Hasil produk yang dihasilkan menandakan penerapan materi dan praktik secara langsung berjalan dengan efektif dan efisien. 118 Indikator keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pelatihan kecakapan hidup menjahit juga dilihat saat ujian yang meliputi kesesuaian dengan desain, ketepatan ukuran, teknik menjahit, teknik penyelesaian, teknik penyeterikaanpressing, pengemasan, kerapian, dan kebersihan Sukarja, 2013:46. Bila kita lihat dalam hasil penelitian yang sudah peneliti jabarkan, maka keberhasilan yang diperoleh oleh warga belajar dan penyelenggara program belum keseluruhan sesuai dengan indikator keberhasilan menjahit. Dalam hal ini, kekurangannya yaitu pada teknik penyetrikaan dan pengemasan. Kedua hal tersebut sebenarnya sangat perlu dibelajarkan agar nantinya warga belajar mampu mengemas produk mereka agar mampu bersaing di pasar global. Menurut konsep pendidikan kecakapan hidup, tingkat keberhasilan dapat dilihat melalui 4 kecakapan yaitu kecakapan personal, sosial, akademik, dan vokasional. Kecakapan personal ini mecakup dua kecakapan yaitu kecakapan mengenal diri self awareness dan kecakapan berfikir rasional thinking skills. Kecakapan personal warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit semakin meningkat. Bukti nyata peningkatan kecakapan personal yang diperoleh warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit adalah peningkatan rasa percaya diri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha, dan mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Seperti yang dikatakan oleh Zimmerer yang 119 mengartikan bahwa kewirausahaan sebagai penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. kecakapan sosial ini juga tergolong dalam General Life Skills. Kecakapan sosial mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan komunikasi dengan empati disini maksudnya bukan hanya sekedar menyampaikan pesan namun yang terpenting adalah isi dan juga cara penyampaian yang baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Sedangkan kecakapan kerjasama disini maksudnya individu saling menghargai dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. 3 Kecakapan Berkomunikasi dengan Empati Kecakapan berkomunikasi bisa dengan menggunakan lisan, tulisan, dan juga alat teknologi. Komunikasi yang baik akan membawakan suasana menjadi nyaman dalam membicarakan sebuah program. 4 Kecakapan Bekerjasama Dalam kecakapan bekerjasama yang diperlukan adalah rasa saling percaya dan menghargai satu sama lain. Dalam bekerjasama tidak ada yang mengutamakan kepentingan individu diatas kepentingan kelompok. Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. 120 Kecakapan berkomunikasi penting dalam berwirausaha karena dengan komunikasi yang bagus, maka produsen akan merasa senang untuk berbisnis. Bekerja sama juga perlu dalam berwirausaha karena mampu menambah relasi dan juga bisa sebagai ajang tukar pikiran agar semakin banyak inovasi yang dibuat. Kecakapan akademik tergolong dalam spesifik life skills. Kecakapan akademik pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademikkeilmuan. Cakupan dari kecakapan akademik diantaranya kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu identifying variables and describing relationship among them, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian constructing hypotheses, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan sesuatu gagasan atau keingintahuan Anwar, 2004: 31. Kecakapan akademik warga belajar setelah mengikuti pelatihan yaitu mereka mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Nilai tersebut mampu digunakan sebagai motivasi untuk membuka sebuah usaha menjahit. Dengan adanya hasil kecakapan akademik, maka dapat memperoleh sertifikat yang mampu digunakan untuk bersaing dibidang usaha menjahit dengan pengusaha menjahit lainnya. 121 Pemberdayaan dalam bentuk pelatihan vocational skills dilakukan melalui delapan tahapan karakteristik seperti yang diajukan Kindervatter dalam Anwar 2007: 193 pada Rinjani 2013: 38, yaitu belajar dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, pemberian tanggung jawab lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar, sumber belajar bertindak selaku tutor pada umumnya kegiatan produksidemonstrasi diperankan oleh warga belajar, proses kegiatan belajar berlangsung secara demokratis, adanya kesatuan pandangan dan langkah antara warga belajar dengan tutor dalam mencapai tujuan pembelajaran, menggunakan teknik pembelajaran demonstrasi, penugasan, ceramah, dan tanya jawab, bertujuan akhir untuk meningkatkan status sosial ekonomi warga belajar melalui penguasaan vocational skills dan kemandirian belajar, bekerja serta berusaha. Kecakapan vokasional ini termasuk dalam golongan spesific life skills. Keempat kecakapan yang telah disebutkan di atas dalam pelaksanaannya tidak berfungsi secara terpisah-pisah namun menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual. Kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajar yaitu warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit. Selain itu meningkatnya kecakapan personal, 122 sosial, dan akademik juga membuat kecakapan vokasional warga belajar meningkat. Beberapa etika dan norma yang harus ada dalam diri seorang wirausaha antara lain kejujuran, bertanggung jawab, menepati janji, disiplin, taat hokum, suka membantu, komitmen dan menghormati, dan mengejar prestasi. Pengusaha yang sukses dan beretika serta memiliki norma hendaknya mempelajari etika dan norma sebelum melakukan usahanya. Dengan mempelajari etika dan norma dalam berwirausaha, mereka akan mendapatkan kemudahan dalam melakukan usahanya. Dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang diteliti, warga belajar sebagian besar belum mengetahui etika dalam berwirausaha. Padahal tujuan dari pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilakukan oleh SKB Sleman bertujuan agar warga belajar nantinya mampu berwirausaha. Seharusnya tutor mengajarkan etika dan norma yang harus diketahui oleh warga belajar dalam berwirausaha agar nantinya bisa menjadi wirausahawan sukses. Menurut Kasmir 2006:30-31 Ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil: 9. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. 10. Inisiatif dan selalu proaktif. 11. Berorientasi pada prestasi. 12. Berani mengambil resiko. 13. Kerja keras. 14. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. 15. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. 123 16. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Sukarja 2012:16 menyebutkan ada dua indikator keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup menjahit tingkat dasar antara lain : 3 Minimal 90 peserta didik belajar tuntas mengikuti program kursus menjahit tingkat dasar. 4 Minimal 50 lulusan mampu berusaha mandiri atau bekerja pada dunia usaha. Berdasarkan indikator diatas, pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit sudah bisa dikatakan belum berhasil. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah warga belajar yang melakukan kegiatan wirausaha belum menyampai 50. Namun demikian, warga belajar sudah tuntas 100 dalam pembelajaran program pendidikan kecakapan hidup menjahit.

3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB

Sleman terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar Dampak adalah pengaruh outcome yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain Djuju Sudjana, 2006:95. Dampak adalah gambaran mengenai nilai suatu program. Dampak mengacu pada manfaat jangka panjang terhadap masyarakat seperti peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial dan sebagainya. 124 Pengaruh merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan. Pengaruh menurut Djuju Sudjana 2006:95 meliputi : 4. Peningkatan taraf dan kesejahtraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, pendidikan, penampilan diri, dan sebagainya. 5. Upaya membelajarkan orang baik kepada perorangan, kelompok, dan komunitas. 6. Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga, harta benda, dan dana. Program pendidikan kecakapan hidup menjahit diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri khususnya dalam hal menjahit sehingga memiliki kompetensi berwirausaha sendiri untuk meningkatkan kesejahtraan keluarga. Tujuan dari program ini adalah : 1 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewirausahaan peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit, 2 Peserta bersedia merintis dan mengembangkan usaha dibidang menjahit baik secara perorangan atau kelompok, 3 Untuk mendukung Pemerintah Kecamatan Kalasan, dan Pemerintah Desa Selomartani sebagai wakil Kabupaten Sleman dalam lomba Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera P2WKSS tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014. 125 Program pendidikan kecakapan hidup menjahit tahun 2014 yang diselenggarakan di Kecamatan Pakem dilaksanakan dengan memberikan pembelajaran keterampilan menjahit dan berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan dokumentasi, kegiatan usaha yang dilakukan warga belajar pasca kelulusan yaitu usaha menjahit. Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian. Sesuatu dapat bernilai ekonomi bila dapat menambah penghasilan atau mendapat suatu pekerjaan dari ketrampilan yang dimilikinya kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami peningkatan dalam hal kesejahtraan ekonomi. Kesejahtraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri seperti kebutuhan primer serta terjadinya keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dengan ketersediaan alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dampak ekonomi program pelatihan kecakapan hidup menjahit dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dibuktikan dengan jumlah pengeluaran keuangan mulai berkurang. Dana yang digunakan untuk membeli pakaian, sekarang sudah berkurang karena mampu membuat pakaian sendiri yang sesuai dengan selera setiap warga belajar. Akan tetapi dampak ekonomi bila dilihat secara teoritis maka program 126 keterampilan menjahit belum dikatakan berhasil karena tidak ada peningkatan keuangan yang dialami oleh warga belajar. Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal-hal yang berkenaan dengan khalayak, masyarakat, dan umum serta memiliki arti berupa kata sifat suka menolong dan memperhatikan orang lain. Sosial merupakan masyarakat yang suka menolong dan saling memperhatikan kepentingan umum yang ada dilingkungan tempatnya. Dampak sosial penyelenggaraan program yaitu suatu keluaran dimana seseorang akan mampu beriteraksi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang baik akan mampu meningkatkan nilai sosial seseorang dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dampak sosial pelatihan menjahit yaitu peningkatan status sosial, peningkatan kepedulian sosial, dan peningkatan kemampuan membelajarkan ilmu kepada orang lain. Kecakapan sosial yang diperoleh warga belajar dalam pembelajaran pelatihan menjahit merupakan bekal bagi warga belajar untuk meningkatkan kemampuan sosialnya dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat luas. Jadi dapat dikatakan dampak sosial yang dimiliki warga belajar ada dan diterapkan dalam kehidupannya.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pendidikan

Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar 127 Faktor pendorong pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap, tersedianya tutor yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran, situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan, adanya motivasi dari dalam diri warga belajar sendiri untuk mengikuti pelatihan menjahit, adanya dukungan dari berbagai pihak terkait, dan tidak dipungut biaya dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Faktor penghambat dalam proses pendidikan kecakapan hidup menjahit juga ada. Faktor-faktor tersebut antaralain jumlah sasaran yang terbatas, sehingga banyak masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan tidak bisa mengikuti, usia warga belajar yang berbeda-beda bahkan, kemampuan tutor yang kurang maksimal, dan pengetahuan warga belajar yang berbeda. 128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis dampak pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait aktivitas wirausaha warga belajar maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem. Program pendidikan kecakapan hidup ini diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengambangkan potensi dirinya khususnya dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 selama 20X pertemuan. Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Tindak lanjut dari pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan usaha secara kelompok atau individu, peserta mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya. 129 2. Hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup peningkatan pengetahuan, hasil produk, kacakapan personal warga belajar, kecakapan sosial warga belajar, kecakapan akademik warga belajar dan kecakapan vokasional warga belajar. Peningkatan pengetahuan yang dimiliki warga belajar setelah mereka mengikuti pelatihan menjahit yaitu cara mengambil ukuran yang benar, cara membuat pola yang benar, dan juga teori-teori tentang menjahit. Hasil produk yang dibuat oleh warga belajar saat proses pembelajaran dan sesudah program pelatihan menjahit sangat banyak. Contoh produk yang dibuat saat proses pembelajaran seperti membuat rok span, membuat kebaya, dan membuat baju gamis. Sementara hasil produk yang dihasilkan warga belajar setelah program pelatihan selesai antara lain membuat blus panjang, membuat rok span, kebaya, dan lain-lain. Setelah mengikuti keterampilan menjahit warga belajar juga memperoleh peningkatan rasa percaya diri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha, dan mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Warga belajar setelah mengikuti pelatihan mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Dengan mengetahui cara mengambil ukuran, membuat pola, dan menjahit yang benar tersebut mampu digunakan sebagai motivasi untuk membuka sebuah usaha menjahit. Warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit 130 berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit. Selain itu meningkatnya kecakapan personal, sosial, dan akademik juga membuat kecakapan vokasional warga belajar meningkat. 3. Dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait aktivitas wirausaha warga belajar. Dampak ekonomi program pelatihan kecakapan hidup menjahit dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dibuktikan dengan jumlah pengeluaran keuangan mulai berkurang. Dana yang digunakan untuk membeli pakaian, sekarang sudah berkurang karena mampu membuat pakaian sendiri yang sesuai dengan selera setiap warga belajar. Akan tetapi belum dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan program dan indikator peningkatan perekonomian. Dampak sosial program pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan sosial, dan interaksi sosial warga belajar terhadap orang lain dan masyarakat luas. Dampak sosial pelatihan menjahit yaitu peningkatan status sosial, peningkatan kepedulian sosial, dan peningkatan kemampuan membelajarkan ilmu kepada orang lain. Kecakapan sosial yang diperoleh warga belajar dalam pembelajaran pelatihan menjahit merupakan bekal bagi warga belajar untuk meningkatkan kemampuan sosialnya dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat luas. 131 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait aktivitas wirausaha warga belajar. Faktor pendorong pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu: 1 Adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap 2 Tersedianya tutor yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran, 3 Situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan 4 Adanya motivasi dari dalam diri warga belajar sendiri untuk mengikuti pelatihan menjahit 5 Adanya dukungan dari berbagai pihak terkait 6 Tidak dipungut biaya dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Faktor penghambat dalam proses pendidikan kecakapan hidup menjahit juga ada. Faktor-faktor tersebut antaralain: 1 Jumlah sasaran yang terbatas, sehingga banyak masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan tidak bisa mengikuti 2 Usia warga belajar yang berbeda-beda bahkan ada pula yang berusia diatas 50 tahun 3 Kemampuan tutor yang kurang maksimal karena bukan dari jurusan menjahit tetapi berdasarkan pengalaman 4 Pengetahuan warga belajar yang berbeda menyebabkan tutor harus lebih sabar dalam proses pembelajaran ketrampilan menjahit. 132

B. Saran