76
analisis ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan bermanfaat.
G. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas, uji validitas eksternal, uji reliabilitas, dan uji obyektivitas.
Namun yang utama dilakukan adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas diantaranya ada perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,
trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, member check. Dalam penelitian ini keabsahan data yang digunakan triagulasi
dimana pengecekan data melalui ini diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu Sugiyono, 2009: 372.
Sehingga terdapat trianggulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Disini peneliti menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data yaitu menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
diterapkan pada sumber yang berbeda-beda untuk memperoleh informasi. Sehingga keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama pada sumber yang berbeda-beda. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SKB Sleman
Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman adalah gabungan dari dua buah Sanggar Kegiatan Belajar yaitu Sanggar
Kegiatan Belajar Berbah dan Sanggar Kegiatan Belajar Sleman. Kedua SKB tersebut lahir bersamaan dengan lahirnya Sanggar Kegiatan
Belajar yang lain di seluruh Indonesia yang berjumlah 115 buah. Pada awalnya SKB Sleman adalah Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat
PLPM, sedangkan Sanggar Kegiatan Belajar Berbah berawal dari Panti Kegiatan Belajar PKB Kalitirto. Prestasi yang diperoleh
ditingkat Kabupaten Sleman maupun tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka Panti Kegiatan Belajar PKB Kalitirto difungsikan
sebagai Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat PLPM Kalitirto yang akhirnya berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor : 020601978
dan Nomor : 04301979 menjadi Sanggar Kegiatan Belajar Berbah Kabupaten Sleman.
Semula Sanggar Kegiatan Belajar SKB Sleman berkantor di Beran Tridadi Sleman, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan
Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Sayegan, Mlati, Sleman, Tempel, dan Turi. Sanggar Kegiatan Belajar Berbah berkantor di
Kalitirto Berbah, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Depok,
78
Ngaglik, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Prambanan.
Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman dan lahirnya era otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999, berpengaruh terhadap keberadaan lembaga yang ada khususnya dalam bidang pendidikan. Sanggar
Kegiatan Belajar yang sebelum era otonomi daerah adalah sebagai Unit Pelaksana Tenik UPT Pusat ikut berubah menjadi bagian dari
Pemerintah Daerah dan menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada tingkat KabupatenKota.
Berdasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor: 02 Kep . KDH A 2002, tanggal 28 Januari 2002 tentang pembentukan
Sanggar Kegiatan Belajar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sleman. Di Kabupaten Sleman hanya ada satu Sanggar Kegiatan Belajar SKB yaitu Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman yang
berlokasi di Jalan Kalitirto Berbah Sleman. Kemudian dalam Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor : 30 Kep . KDH 2003 tanggal 1
Oktober 2003 diatur mengenai Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor : 61
Kep . KDH A 2003 tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pembentukan Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman sebagai salah satu
79
Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.
2. Kedudukan, Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi dari SKB Sleman
a.
Kedudukan
Sanggar Kegiatan Belajar SKB Kabupaten Sleman merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor: 61Kep.KDHA2003 tentang pembentukan Unit Pelaksana Teknis
Dinas UPTD. Tugas pokok SKB Kabupaten Sleman adalah melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Pendidikan di bidang
fasilitasi Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Pengembangan
Program Pendidikan
Luar Sekolah,
Pemuda, dan Olahraga di Kabupaten Sleman sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal
ini dikarenakan program-program tersebut baik secara langsung
maupun tidak
langsung akan
meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam hal kemandirian, berwirausaha, etos kerja maupun dalam memberikan bekal pelajaran dan keterampilan
kepada masyarakat untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan
bahwa pendidikan non formal mempunyai kedudukan yang sama
80
dan seejajar dengan pendidikan formal. Dukungan pada semua pihak baik Lembaga Pemerintah, LSM maupun masyarakat sangat
diharapkan demi kemajuan pengembangan program-program Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Penyebaran
informasi yang akurat mengenai status kelembagaan maupun hasil program yang dilaksanakan SKB Kabupaten Sleman menjadi bukti
nyata bahwa eksistensi SKB sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dukungan secara nyata akan dapat merealisasikan dan
mengoptimalkan tujuan program dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan non formal sehingga dapat setara
dengan pendidikan formal.
b.
Visi
SKB Sleman mempunyai visi yaitu “Terwujudnya warga masyarakat berpendidikan yang berkualitas dan mandiri di
Kabupaten Sleman ”. Dengan adanya visi tersebut, akan menjadi
sebuah motivasi atau semangat bagi semua tutor Dallam memberikan pembelajaran kepada warga belajar. Bukan hanya
semangat untuk tutor, malaikan juga menjadi semangat bagi warga belajar untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan meningkatkan
pendidikan warga belajar, mereka mampu menjadikan diri mereka berkualitas dan mampu mandiri.
81
c.
Misi
SKB Sleman juga memiliki misi antara lain : 1
Memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi warga masyarakat yang tidak ikut belajar di pendidikan
formal. 2
Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikanPamong Belajar
3 Menerapkan sistem kerja yang berwawasan keunggulan
4 Meningkatkan kualitas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan
Olahraga agar berjiwa wiraswasta berwawasan kebangsaan dan berprestasi
5 Meningkatkan pemberian motivasi dan bimbingan kepada
warga masyarakat agar mampu menjadi tutor, fasilitator, pembina, pelatihinstruktur dalam kegiatan Pendidikan Luar
Sekolah, Pemuda, dan Olahraga 6
Meningkatkan pelayanan informasi Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga
7 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. d.
Tugas Pokok Sanggar Kegiatan Belajar
Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Pendidikan di
bidang fasilitasi pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.
82
e.
Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar Sanggar Kegiatan Belajar Sleman mempunyai fungsi :
1 Penyelenggaraan pelatihan fasilitator pendidikan luar sekolah,
pemuda, dan olahraga
2 Pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah,
pemuda, dan olahraga
3
Penyelenggaraan Ketatausahaan 3.
Struktur Organisasi SKB Sleman
a
Organigram
Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi SKB Sleman
Kelompok Jabatan
Fungsional
Warga Belajar Kepala SKB
Drs. Yuniadi Kasubag TU
Isworo Kesti DA. S.Pd
Staf Gayatri
Staf Endang Tri
Wahyuni Staf
Suharjono
Pamong Bealajar Mayang Sutrisno, Spd
Pamong Belajar Dwi Lestariningsih, Spd
Pamong Belajar Drs. Sukarja
Pamong Belajar Dra. Lilik Umiyati
Pamong Belajar Sunaryanto, Spd
Pamong Belajar Dra. Sri Astuti
Pamong Belajar Antonius Sutrisno, Spd
Pamong Belajar Ediyanta, Spd
Pamong Belajar Ida Sumiartsih, Spd
83
b
Nomenklatur Jabatan
1
Kepala SKB Kabupaten Sleman Kepala SKB mempunyai tugas sebagai berikut:
a.
Menyusun rencana kegiatan tahunan SKB
b. Mengkoordinasir pelaksanaan urusan ketatausahaan
dilingkungan SKB
c. Mengawasi pelaksanaan urusan kerumahtanggaan
yang meliputi keamanan, perawatan, dan keindahan di lingkungan SKB
d. Mengkoordinir urusan kepegawaian dilingkungan
SKB
e. Mengendalikan termasuk membimbing dan
mengawasi urusan keuangan dilingkungan SKB
f. Membina dan mengawasi urusan perlengkapan di
lingkungan SKB
g. Mempersiapkan pedoman dan petunjuk pelaksanaan
kegiatan bagi Pamong Belajar
h. Membina dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
bagi Pamong Belajar
i. Menilai, mengusulkan kenaikan pangkat terhadap
pelaksanaan kegiatan Pamong Belajar
j. Mempersiapkan rencana program pengadaan dan
pendistribusian sarana
kegiatan belajar
bagi
kelompok belajar
k. Megendalikan termasuk membimbing hubungan
kerjasama SKB dengan instansi pemerintah yang terkait dan masyarakat
l. Mengkoordinir pembuat laporan perkegiatan,
laporan tengah tahunan, dan laporan tahunan SKB
2
Pamong Belajar Pamong Belajar sebagai tenaga fungsional mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana program percontohan pendidikan
luar sekolah, pemuda, dan olahraga
b. Menyusun rencana pendidikan dan pelatihan tenaga
kependidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
c. Mempersiapkan
materi dan
melaksanakan identifikasi motivasi penyuluhan dan bimbingan
kepada warga masyarakat agar mau dan mampu menjadi tutor fasilitator pembina pelatih dan
84
instruktur dalam rangka kegiatan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
d. Mempersiapkan materi dan melaksanakan program
pembuatan percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
e. Mempersiapkan materi peyuluhan, melaksanakan
penyuluhan dan bimbingan, serta melaksanakan evaluasi dalam pelaksanaan penyuluhan dan
bimbingan kepada warga masyarakat tentang program percontohan pendidikan luar sekolah,
pemuda, dan olahraga
f. Menyusun
dan mempersiapkan
materi, melaksanakan kegiatan belajar mengajar muatan
lokal serta mengevaluasi dalam pemanfaatan materi belajar muatan lokal program pendidikan luar
sekolah, pemuda, dan olahraga
g. Mempersiapkan
materi dan
melaksanakan pendidikan dan pelatihan tenaga kepedidikan serta
melaksanakan evaluasi
dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
h. Melaksanakan pengembangan model program
pembuatan percontohan pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga
i. Membuat laporan kegiatan tahunan tenaga
fungsional pamong belajar 4.
Program SKB Sleman
SKB Sleman memiliki beberapa program yang dilaksanakan setiap tahunnya. Program tersebut antara lain :
85
Tabel 4. Program SKB Sleman
No Program
Kegiatan 1
Program Pendidikan Anak Usia Dini PAUD
a. Kelompok Bermain
2 Program Keaksaraan
a. Keaksaraan
Fungsional KF
3 Program Kesetaraan
a. Kejar Paket A Setara SD
b. Kejar Paket B Setara SMP
c. Kejar Paket C Setara SMA
4 Program
Pendidikan Berkelanjutan
a. Kelompok Belajar Usaha
KBU b.
Magang c.
Kursus-kursus d.
Life Skills 5
Program Keolahragaan a.
KBO Tenismeja b.
KBO Bolavoli c.
KBO Sepakbola d.
KBO Senam 6
ProgramPelatihanDiklat a.
Pelatihan Instruktur Senam b.
Pelatihan Pengelola KBU c.
Pelatihan Pemberdayaan
Perempuan
86
5. Sarana dan Prasarana SKB Sleman
Sarana yang dimiliki Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Sarana SKB Sleman
No Jenis Sarana
Jumlah Keterangan
1 Mobil dinas
2 Colt HIS dan Hartop
2 Kursi kerja
29 -
3 Meja kerja
32 -
4 Pesawat telepon
1 -
5 Komputer
2 -
6 Mesin ketik manual
6 -
7 Mesin stensil
4 -
Prasarana penunjang kegiatan program Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Sleman yang berupa gedungruang adalah sebagai
berikut : Tabel 6. Prasarana SKB Sleman
No Jenis Bangunan
Luas Keterangan
1 Kantor Ruang Belajar
704 m
2
16 kamar 2
Ruang pertemuan 286 m
2
4 kamar 3
Asrama 80 m
2
1 ruangan
87
B. Data Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di
SKB Sleman a.
Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit
Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil
koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem.
Program pendidikan kecakapan hidupini diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan
mengambangkan potensi dirinya khususnya dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan
Oktober 2014 selama 20X pertemuan. b.
Bagaimana pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit
Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Materi yang diajarkan bersifat umum dan pokok. Materi yang bersifat umum meliputi teori mengenai pentingnya pendidikan
karakter, tupoksi dan program SKB serta dinamika kelompok. Sementara materi yang bersifat pokok yaitu pengenalan garis-garis
pokok pola, pengambilan ukuran badan, pola dasar baju wanita, rok span, pola blus sebatas pinggul, blus muslim, baju gamis, dan
88
kebaya Jawa. Proses pembelajaran dimulai sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Proses pembelajaran keterampilan menjahit di Kecamatan
Pakem di dampingi oleh dua tutor dari SKB Sleman yaitu ibu “LU’ dan i
bu “DL”. Peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit di Kecamatan Pakem sangat senang dengan adanya
pelatihan tersebut. Proses pembelajaran yang mudah dan menyenangkan menambah semangat peserta untuk belajar
menjahit. Adanya fasilitas yang diberikan oleh SKB Sleman juga menjadi nilai lebih alam pelaksanaan pembelajaran menjahit.
Tindak lanjut dari pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan usaha
secara kelompok atau individu, peserta mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik
mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya.
2. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB
Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar a.
Peningkatan Pengetahuan Warga Belajar Mengenai Menjahit Setelah Mengikuti Program PKH
Peningkatan pengetahuan merupakan sebuah hasil proses dimana terdapat sebuah pengetahuan setelah seseorang melakukan
suatu aktivitas atau peristiwa. Meningkatnya pengetahuan dapat dilihat dengan mengetahui hasil proses tersebut. Peningkatan
89
pengetahuan menjahit warga belajar dapat dilihat saat pelatihan dan setelah pelatihan selesai. Dalam mengetahui peningkatan, tidak
boleh dilakukan secara sembarangan melainkan harus dengan suatu proses. Terdapat peningkatan teori berupa cara mengambil ukuran,
membuat pola, dan cara menjahit yang benar. Peningkatan teori pengetahuan menjahit setelah mereka
mengikuti pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “LU”
selaku tutor pendidikan kecakapan hidup menjahit :
“Warga belajar dapat meningkatkan pengetahuan menjahit baju wanita dalam hal mengambil ukuran, teori, dan praktik
membuat baju wanita ” CL, IV1Kamis, 13 Agustus 2015
Hal serupa juga sesuai dengan pernyataan Ibu “RD” selaku warga belajar :
“Bertambah mas, yang tadinya belum bisa bikin pola sekarang sudah bisa bikin pola
” CL, VI1Kamis 20 Agustus 2015
Sama seperti pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Sebelumnya sudah pernah menjahit tapi masih belum
mahir mas, setelah mengikuti menjahit bisa membuat pola, mengukur yang benar, cara menjahit yang benar dan masih
banyak lagi mas
” CL, VIII1Senin, 24 Agustus 2015 Dari beberapa pernyataan diatas diketahui bahwa terdapat
peningkatan yang secara nyata. Peningkatan pengetahuan tersebut mampu digunakan sebagai tolak ukur dalam mengetahui
keberhasilan program
menjahit. Mengetahui
peningkatan pengetahuan juga mengunakan beberapa cara. Cara mengukur
tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar dilakukan secara
90
lisan dan praktik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit bahwa dalam mengukur tingkat
pengetahuan menjahit dilakukan secara test lisan untuk menerapkan rumus-rumus dalam membuat pola.
Seperti halnya pernyataan dari Ibu “SM” selaku warga belajar : “Setiap pelajaran memakai satu model dan disuruh praktek
langsung, ujian disitu dan juga diakhir pelatihan mas ” CL,
VIII2Senin, 24 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan dari Ibu “HY” selaku warga belajar :
“Melalui hasil praktik dan juga ujian mas. Jadi setelah tutor memberi penjelasan, kita langsung membuat mas, nah
disitu kadang
kita langsung
dinilai bagaimana
perkembangannya mas ” CL, V2Rabu, 19 Agustus 2015
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan
bahwa SKB Sleman dalam mengevaluasi proses pembelajaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
yaitu dengan menggunakan tes secara lisan dan tulisan saat di akhir program pembelajaran. Sedangkan secara tidak langsung yaitu saat
proses pembelajaran, tanpa warga belajar sadari saat proses pembelajaran menjahit berlangsung, tutor mengamati seperti apa
perkembangan dari warga belajar tersebut. Dalam menilai peningkatan yang dilakukan oleh pihak
SKB juga terdapat beberapa kriteria yang ditentukan oleh tutor. Kriteria diperlukan agar mampu mendukung penilaian suatu
kegiatan. Dengan adanya kriteria, maka seseorang mampu menilai suatu kegiatan dengan menggunakan pedoman. Kriteria juga bisa
91
dikatakan sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu kegiatan atau pengetahuan. Dalam mengetahui peningkatan teori menjahit
yang dilakukan warga belajar, terdapat beberapa kriteria yang ditentukan oleh tutor SKB Sleman. Kriterianya seperti memahami
rumus, membuat pola dengan rapi, dan mengetahui istilah-istilah dalam desain busana masa kini.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit bahwa memahami rumus, dalam
membuat pola secara berurutan tidak loncat-loncat, dan memahami istilah-istilah busana. Hal serupa juga dinyatakan oleh
Ibu “DL” selaku warga belajar bahwa kriterianya seperti memahami rumus membuat pola dan dapat mempraktekkannya.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh ibu “RD” bahwa kriteria
penilaian peningkatan teorinya ya dinilai dengan melihat kerapihan membuat pola saat menjahit mas, jadi secara langsung tapi juga ada
yang menggunakan tes teori. Dari bebera pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa
terdapat sebuah kriteria penilaian tersendiri yang dilakukan oleh tutor dalam menilai warga belajar. Kriteria yang dilakukan setiap
SKB di Yogyakarta berbeda-beda sesuai dengan tujuan utama penyelenggaraan programnya. Kriteria yang dilakukan oleh tutor di
SKB Sleman bertujuan agar tutor mampu mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan warga bejar setelah mengikuti
92
program dan sebagai acuan untuk mengevaluasi program keterampilan menjahit tersebut. Hal itu dilakukan agar dalam
menyusun program menjahit berikutnya mampu dilakukan secara maksimal dengan melihat hasil dari evaluasi program menjahit
sebelumnya. Warga belajar juga mampu menigkatkan pengetahuannya
mengenai bagaimana cara mengambil ukuran dalam membuat produk. Hal tersebut dibuktikan dengan cara warga belajar
mempraktikkan secara langsung saat proses pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Bapak
“S” selaku pamong SKB Sleman bahwa 100 warga belajar meningkat pengetahuannya dalam mengambil
ukuran. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu
“SM” selaku warga belajar: “Sebelumnya kan saya sudah bisa mengambil ukuran mas,
nah dengan adanya pelatihan kemarin saya jadi lebih mahir dalam mengambil ukuran untuk membuat rok mas” CL,
VIII4Senin, 24 Agustus 2015
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “HY” selaku warga belajar :
“Meningkat mas, kan saya mulai dari nol. Sebelumnya saya tidak tahu cara mengambil ukuran, sekarang menjadi tahu
dan bisa mengambil ukuran untuk membuat dres sendiri mas. Yah meskipun baru berani membuat dres untuk
dipakai keluarga aja mas” CL, V4Rabu, 19 Agustus 2015
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat kita
simpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam hal mengambil ukuran sehingga warga belajar mampu membuat sebuah produk
93
sendiri seperti membuat long dres. Peningkatan dalam hal mengambil ukuran tersebut juga menjadi nilai tambah tersendiri
bagi tutor dalam melihat keberhasilan SK dan KD program menjahit yang telah disusun sebelum program berlangsung.
Dalam pelatihan menjahit, warga belajar juga diajarkan bagaimana cara membuat pola yang baik dalam menjahit. Pola
yang baik dan benar dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai jual tinggi. Setelah mengikuti pelatihan, warga belajar
mampu mengambil pola yang sesuai dengan apa yag akan diproduksi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan
pernyataan bapak “S” selaku tutor di SKB Sleman bahwa 100
warga belajar mampu membuat pola yaitu pola baju
gamis, baju kebaya, baju blus, dan rok spam. Sementara
Ibu “SM” selaku warga belajar juga menyatakan bahwa peserta mampu membuat
pola mas, teman-teman mampu membuat pola rok, kebaya, dan baju gamis mas.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “HY” yang merupakan warga belajar bahwa saya mampu membuat pola
baju dres mas, meskipun itu belum begitu mahir mas, wajar mas karena saya masih benar-benar pemula.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa peningkatan warga belajar juga terjadi dalam hal membuat
pola baju. Warga belajar yang sebelumnya belum mampu membuat pola baju kini mampu membuat pola baju sendiri. Sedangkan
94
warga belajar yang sudah mampu membuat pola baju tetapi masih belum benar kini mampu membuat pola baju dengan benar.
Peningkatan pengetahuan warga belajar juga dibuktikan dengan nilai dari hasil belajar. Nilai hasil belajar didapatkan pada
akhir pembelajaran yang digunakan sebagai bahan untuk evaluasi program keterampilan menjahit. Setiap lembaga wajib membuat
sebuah penilaian akhir untuk digunakan sebagi bahan evaluasi program. Dari hasil evaluasi program tersebut akan terbentuk
sebuah kesimpulan yang mampu digunakan sebagai acuan untuk membuat program keterampilan menjahit untuk kegiatan
berikutnya.
95
Berikut ini tabel hasil pelatihan menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman :
Tabel 7. Daftar Nilai Pelatihan Menjahit 2014
No Nama
Nilai Rok Span
Blus Mslim Bju Gms
Kbya Jw Hsl
Jhtn Ksn
Hsl Jhtn
Ksn Hsl
Jhtn Ksn
Hsl Jhtn
Ksn 1
Endang S 8
8 8
8 8
8 8.5
8.5 2
Hana Y 8
8 8
8 8
8 8.5
8.5 3
Kartinah 8
8 8
7.5 8
7.5 8
8 4
Lestari 8
8 8
7 7.5
7.5 8.5
8 5
Maryati 8
8 8
8 7
7 7.5
8 6
Misnarwati 8
8 8
7.5 7
7 7
7 7
Muzdalifah 8.5
8.5 8.5
8.5 8.5
88 8.5
8.5 8
Ovisia Y 8
7.5 8
8 8
8 8
7.5 9
Retni D 8
8 8
8 8
8 8
8 10
Siti F 8
8 8
8 8
8 7.5
7.5 11
Siti M 8
8 8
8 8
8 8
8 12
Supartini 8
8 8
8 7.5
7.5 8.5
8.5 13
Tri N 8
8 8
8 8
8 8
8 14
Ummi N 8
8 8
8 8
8 8
8 15
Yunit H 8
8 8
8 8
8 7.5
7.5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pelatihan sangat memuaskan dibuktikan dengan perolehan nilai tes yang
rata-rata mendapat nilai delapan. Dengan demikian maka banyak sekali peningkatan
pengetahuan yang diperoleh oleh warga belajar setelah mereka mengikuti pelatihan. Peningkatan yang diperoleh antara lain berupa
bagaimana membuat pola, mengambil ukuran, dan teori mengenai menjahit. Semakin meningkatnya pengetahuan maka warga belajar
akan mampu bersaing dengan masyarakat yang lain dalam hal
96
menjahit. Selain itu warga belajar juga mempunyai bekal untuk membuka usaha menjahit sendiri.
b. Hasil Produk Warga Belajar Setelah Mengikuti Pelatihan
Menjahit
Produk merupakan sebuah hasil dari suatu program pembelajaran. Bila sebuah program pembelajaran itu berjalan
dengan efektif dan efisien, maka mampu menghasilkan suatu hasil produk. Hasil produk menjahit seperti rok dan kebaya juga
digunakan sebagai penilaian terhadap kinerja baik tutor maupun warga belajar. Karena dengan adanya hasil produk yang nyata,
maka program tersebut mampu membuktikan secara nyata hasil kegiatannya. Seperti halnya dalam pelatihan menjahit yang
dilaksanakan oleh SKB Sleman. Hasil produk diperlukan sebagai bukti nyata dari hasil kegiatan pembelajaran.
Banyak hasil produksi yang dihasilkan warga belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu “LU” selaku tutor
menjahit bahwa hasil produk dari pelatihan menjahit antara lain warga belajar mampu membuat rok span, blus muslim, kebaya
jawa, dan gaun. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibu “RD”
selaku warga belajar bahwa hasil produknya antaralain rok, kebaya, dan baju gamis .
Begitu pula pernyaaan dari Ibu “HY” selaku warga belajar : “Kalau saya setelah selesai pelatihan yang saya buat yaitu
long dres mas kalo engga ya saya membuat rok. Saya
97
soalnya suka menggunakan long dres, jadi kebanyakan produk yang saya buat setelah pelatihan ya long dres. Tapi
saya belum berani membuat untuk orang lain, saja hanya mambuat untuk dipakai keluarga saja mas” CL, V6Rabu,
19 Agustus 2015 Berdasarkan beberapa pernyataan diatas disimpulkan
bahwa terdapat hasil produk yang dihasilkan oleh warga belajar setelah mengikuti program keterampilan menjahit. Hasil produk
tersebut mampu menjadi tolak ukur dalam menilai seperti apa keberhasilan dari program keterampilan menjahit tersebut.
Semakin banyak produk yang dihasilkan warga belajar maka menandakan tingkat keberhasilan tutor baik.
Dalam membuat
produk tersebut,
warga belajar
melakukannya secara mandiri, tidak dengan bimbingan dari tutor menjahi
t. Seperti pernyataan Ibu “LU” selaku tutor pelatihan menjahit :
“Warga belajar menghasilkan sendiri tanpa bimbingan, tetapi bahan masih dari SKB untuk produk pertama. Setelah
itu warga belajar melakukannya secara sendiri dan bahan
juga mencari sendiri.” CL, IV7Kamis, 13 Agustus 2015 Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “M” selaku warga belajar :
“Sekarang sudah sendiri mas, hanya pas waktu ada pameran di Sleman itu kita disuruh membuat rok tapi udah gag
dibimbing mas. Kita membuat rok sendiri dan nanti
dikumpulkan jadi satu dirumah saya” CL, VII7Sabtu, 22 Agustus 2015
Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa tutor
tidak memberikan bimbingan terhadap warga belajar setelah program keterampilan menjahit selesai. Hal tersebut dilakukan
98
tutor agar nantinya warga belajar mampu secara mandiri mencari inovasi-inovasi dalam menjualkan produk mereka. Hal tersebut
juga bertujuan agar warga belajar memiliki sikap mandiri dan percaya diri dalam memasarkan produk mereka.
Dalam membantu pemasaran produk yang dihasilkan oleh warga belajar, pihak SKB hanya membantu sementara seperti
dipasarkan saat ada pameran. Seperti pernyataa yang diungkapkan oleh Bapak “S” selaku tutor di SKB Sleman :
“Ya membantu, tetapi masih terbatas. SKB membantu melalui pameran tingka
t kabupaten” CL, II8Senin, 10 Agustus 2015
Begitu pula pernyataan dari Ibu “HY” selaku warga belajar : “Melalui pameran yang kemarin diselenggarakan di Sleman
mas” CL, V8Rabu, 19 Agustus 2015 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu “M” selaku warga
belajar : “Membantunya melalui pameran waktu di sleman, kalo
selain itu belum ada bantuan pemasaran” CL, VII8Sabtu, 22 Agustus 2015
Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas, hasil
produk yang diproduksi oleh warga belajar antara lain rok, kebaya, long dres, dan lain-lain. Akan tetapi masih ada yang kurang yaitu
pihak SKB belum mampu memasarkan produk dari warga belajar, sehingga mereka terpaksa membuka usaha menjahit dibidang jasa
karena belum mampu memasarkan produknya.
99
c. Kecapakan Personal yang Dimiliki Warga Belajar Setelah
Mengikuti Pelatihan Menjahit
Kecakapan personal merupakan sebuah kecakapan yang mencakup tentang mengenal diri sendiri dan berfikir rasioanl.
Sebagai makhluk hidup kita harus mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Manusia juga harus
memiliki fikiran yang rasioanal atau nyata. Dengan manusia mampu berfikir rasional, maka mereka dapat memecahkan masalah
yang ada dilingkungan sekitarnya. Sebagai warga belajar dalam pelatihan menjahit, wajib bagi
mereka untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setelah mengikuti pelatihan. Tujuannya agar warga belajar mampu berfikir
rasional mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Seperti pernyataan dari
Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa kelebihan warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit yaitu mampu membuat
produk tanpa bimbingan dan menerima jasa menjahit bajupakaian. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “DL” selaku tutor menjahit
bahwa warga belajar dapat mengetahui kelebihan dengan melihat
hasil praktik yang mereka lakukan.
Begitu pula pernyataan dari Ibu “RD”selaku warga belajar : “Mengetahui kekurangan yaitu cara motong belum lancar,
kelebihan tidak tahu nanti dikira sombong” CL, VI9Kamis, 20 Agustus 2015
100
Sama halnya dengan Ibu “HY” selaku warga belajar : “Ya tentu, kelebihan jelas bisa menjahit, bisa bikin baju
sendiri. Kekurangan belum bisa membuat kerah karena belu
m diajarkan pas pelatihan” CL, V9Rabu, 19 Agustus 2015
Berdasarkan penrnyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
setalah warga belajar selesai mengikuti program, mereka mampu melihat apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal
tersebut bertujuan sebagai acuan warga belajar untuk lebih bersemangat lagi dalam menuntut ilmu khususnya dalam hal
keterampilan menjahit. Selain mengetahui kelebuhan dan kekurangan diri sendiri,
warga belajar juga harus mampu percaya diri. Kecakapan personal juga mencakup rasa percaya diri yang dimiliki oleh diri sendiri.
Begitu pua rasa percaya diri warga belajar yang meningkat setelah mengikuti pelatihan menjahit. Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu
“LU” selaku tutor menjahit bahwa rasa percaya diri meningkat tetapi tetap menghargai sesama penjahit. Hal serupa juga dinyakan
oleh Ibu “DL” selaku tutor menjahit yaitu dengan berani membuka
usaha jasa menjahit mas. Begitu pula pernyataan Ibu “HY” selaku
warga belajar bahwa percaya diri meningkat, berani buat long dres sendiri meski hanya buat keluarga aja.
Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kecakapan personal yang diperoleh warga belajar
yaitu peningkatan rasa percaya diri yang meningkat dan mampu
101
mengetahui kelebihan serta kekurangan yang terdapat dalam diri. Kecakapan personal merupakan kecakapan yang digunakan atau
terdapat dalam kehidupan sehari-hari. d.
Kecapakan Sosial yang Dimiliki Warga Belajar Setelah Mengikuti Pelatihan Menjahit
Kecakapan sosial merupakan sebuah kecakapan yang mencakup bagaimana cara berkomunikasi dengan empati dan
bekerja sama dengan orang lain. Kecakapan sosial juga sama pentingnya dengan kecakapan personal. Kecakapan sosial
digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik antara keluarga, tetangga, maupun masyarakat sekitar. Sebagai warga belajar
pelatihan menjahit, wajib memiliki kecakapan sosial dalam berkomunikasi dengan konsumen.
Cara yang dilakukan oleh pihak SKB Sleman dalam menumbuhkan motivasi berwirausaha yaitu dengan memberikan
fasilitas kepada warga belajar agar mereka nantinya mampu menghasilkan produk yang lebih beragam dan mampu bersaing
dengan penjahit lainnya. Hal tersebut dinyata kan oleh Bapak “S”
selaku tutor SKB Sleman : “Memberikan materi pelajaran movasi dan kewirausahaan
serta memberikan bantuan berupa alat jahit dan bahan” CL, II10Senin, 10 Agustus 2015
102
Sama hal dengan Ibu “LU” yang mengatakan bahwa : “Diberi bahan untuk uji coba produk dan dibentuk
kelompok usaha yang setiap bulannya mengadakan pertemuan” CL, IV10Kamis, 13 Agustus 2015
Begitu pula Ibu “RD” selaku warga belajar : “Semangat, katanya nyari uang jadi mudah, mendapat
mesin jahit portabel setiap warg a belajar satu mas” CL,
VI10Kamis, 20 Agustus 2015 Motivasi dibutuhkan untuk meningkatkan semangat serta
mampu menumbuhkan kecakapan sosial antar warga belajar yaitu cara bekerjasama dalam menjahit. Dengan bekerja sama,
menunjukkan bahwa kecakapan sosial juga ditanamkan oleh pihak SKB Sleman dalam pelatihan menjahit.
e. Kecapakan Akademik yang Dimiliki Warga Belajar Setelah
Mengikuti Pelatihan Menjahit
Kecakapan akademik sering dikenal dengan sebutan berfikir ilmiah. Kecakapan akademik biasanya sudah lebih
mengarah kepada kegiatan akademik. Kegiatan akademik dalam pelatihan menjahit yaitu bagaimana warga belajar mampu
mengikuti pelatihan dan memperolah hasil yang dibuktikan dengan nilai dan produk.
Warga belajar juga mampu melakukan identifikasi kebutuhan sehingga mampu melakukan tindakan penyelesaian.
Seperti pernyataan Ibu “SM”selaku warga belajar : “Saya lebih mengembangkan usaha menjahit lagi mas, kan
disini banyak yang membutuhkan jasa menjahit meskipun
103
itu hanya musiman mas” CL, VIII12Senin, 24 Agustus 2015
Berbeda dengan pernyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa beliau ingin membuka usaha menjahit, tapi masih belum berani.
Hal yang hampir sama dengan Ibu “SM” yang dinyatakan oleh Ibu “M” selaku warga belajar :
“Saya menjadi lebih bersemangat dalam merintis usaha menjahit mas, ingin berkembang lagi. Disini banyak yang
membutuhkan jasa menjahit mas, maklum kan lingkungan
sini masih dusun mas” CL, VII12Sabtu, 22 Agustus 2015
Berdasarkan pernyataan diatas kecakapan akademik yang
berupa berfikir ilmiah sudah mampu diterapkan dalam diri warga belajar meskipun masih ada yang masih ragu akan kemampuan
akademiknya. Kecakapan akademik yang berupa hasil produk juga banyak
dihasilkan warga belajar. Sesuai dengan pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman bahwa hasil produk seperti baju dan juga
produk jasa menjahit. Seperti pernyataan Ibu “SM” selaku warga
belajar bahwa masih membuat baju biasa saja tapi kalo ada pelanggan yang kesini dan bawa gambar contohnya saya baru buat
yang dinginkan pelanggan. Sama seperti penyataan Ibu “HY”
selaku warga belajar bahwa hasil produk hanya membuat long dres ya menyesuaikan model sekarang.
104
Meningkatnya kecakapan akademik juga dibuktikan dengan bagaimana warga belajar mampu menguasai teori dan praktik,
sehingga dalam melakukan ujian mereka dapat berhasil. Dalam melakukan tes untuk mengetahui ketercapaian program, pihak SKB
Sleman melakukan dengan cara tes tertulis dan praktik. Sesuai dengan pernyataan Bap
ak “S” selaku tutor SKB Sleman bahwa untuk mengetahui ketercapaian prgram dengan tes tertulis, tes
lisan, dan tes praktik. Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu “RD”
selaku warga belajar bahwa peserta langsung lulus, tesnya ya ada yang langsung pas praktik ada juga yang tertulis. Sama dengan
pernyataan Ibu “HY” selaku warga belajar bahwa peserta lulus semua, tes tertulis waktu diakhir kegiatan dan praktik langsung saat
sedang pembelajaran. Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa seluruh
warga belajar yang mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit dikatakan lulus. Bukti kelulusan tersebut juga
digunakan sebagai pedoman untuk mengevalusi program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang telah terlaksana.
f. Kecapakan Vokasional yang Dimiliki Warga Belajar Setelah
Mengikuti Pelatihan Menjahit
Kecakapan vokasional merupakan sebuah kecakapan yang dalam pelaksanaan pembelajarannya disesuaikan dengan potensi
sumber daya alam maupun sumber daya manusiannya. Kecakapan
105
vokasional juga memiliki karakteristik tertentu seperti tanggung jawab yang diberikan tutor pada warga belajar sebagai pelatihan
kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional juga sering diartikan sebagai kecakapan berwirausaha atau kecakapan yang berfungsi
meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pihak SKB Sleman juga menanamkan kecakapan
vokasional berupa rasa taggung jawab sebagai warga belajar seperti pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman :
“Tutor memberikan pengarahan, kemudian warga belajar mengembangkan sesuai dengan kreatifitasnya” CL,
II17Senin 10 Agustus 2015
Sama seperti pernyataan Ibu “LU” selaku tutor menjahit :
“Warga belajar diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan teori dan praktik” CL, IV16Kamis, 13 Agustus 2015
Begitu pula pernyataan Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa sebagai warga belajar kita diberi tanggung jawab untuk mengikuti
proses pelatihan dan menyelesaikan praktik. Selain menanamkan rasa bertanggung jawab, tutor dan
pihak SKB Sleman juga melaksanakan program pembelajaran secara demokratis agar sesuai dengan kriteria kecakapan
vokasional yang berlaku. Seperti pernyataan Bap ak “S” selaku
tutor SKB Sleman bahwa sangat demokratis yaitu dengan merancang waktu belajar.
Begitu pula pernyataan Ibu “LU” selaku tutor menjahit bahwa dibuktikan dengan menyelesaikan hasil
praktik sesuai kemampuannya tetapi sesuai waktu yang telah
106
ditentukan. Dan juga pernyataan Ibu “DL” selaku tutor menjahit
bahwa proses pembelajaran berjalan demokratis, contohnya seperti menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuannya.
Dengan berjalannya pembelajaran secara demokratis, maka akan menguntungkan berbagai pihak seperti pihak SKB Sleman
sebagai penyelenggara dan pihak warga belajar. Proses pembelajaran secara demokratis juga merupakan karakteristik
kecakapan vokasional dalam penyelanggaraan program. Dengan memenuhi
karaktristik kecakapan
vokasional dalam
penyelenggaraan maka akan memperoleh perubahan dalam kecakapan vokasional warga belajar.
Seperti pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman mengenai perubahan kecakapan vokasional warga belajar bahwa
warga belajar semakin mandiri dan yakin dalam mengembangkan usahanya dibidang menjahit. Hal sama juga diungkapkan oleh Ibu
“DL” selaku tutor menjahit bahwa peserta yang dulu tidak bisa menjahit kini bisa menjahit dan sedah berani membuka usaha
sendiri. Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kecakapan
vokasional warga belajar dalam aktivitas berwirausaha menjahit, warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit
berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan
menjahit yang diselenggarakan oleh SKB Sleman.
107
3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB
Sleman terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar a.
Dampak Ekonomi Warga Belajar Setelah Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit
Program pendidikan
kecakapan hidup
menjahit diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan
agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri khususnya dalam hal menjahit sehingga memiliki kompetensi berwirausaha
sendiri untuk meningkatkan kesejahtraan keluarga. Tujuan dari program ini adalah : 1 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kewirausahaan peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit, 2 Peserta bersedia merintis dan mengembangkan
usaha dibidang menjahit baik secara perorangan atau kelompok, 3 Untuk
mendukung Pemerintah
Kecamatan Kalasan,
dan Pemerintah Desa Selomartani sebagai wakil Kabupaten Sleman
dalam lomba Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera P2WKSS tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014.
Program pendidikan kecakapan hidup menjahit tahun 2014 yang diselenggarakan di Kecamatan Pakem dilaksanakan dengan
memberikan pembelajaran
keterampilan menjahit
dan berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan
melalui wawancara dan dokumentasi, kegiatan usaha yang dilakukan warga belajar pasca kelulusan yaitu usaha menjahit.
108
Seperti yang dinyatakan oleh Ibu “RD” selaku warga belajar bahwa beliau belum berani membuka usaha jahit, hanya membuat pakaian
buat keluarga saja sehingga belum terlihat adanya peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran berkurang karena bisa
membuat baju untuk keluarga sendiri. Sama halnya dengan Ibu “SM” selaku warga belajar :
“Ada peningkatan keuangan tapi musiman mas, kan kalo gag musim sekolah apa lebaran paling
hanya reparasi mas” CL, VIII18Senin, 24Agustus 2015
Begitu pula pernyataan dari Ibu “M” selaku warga belajar : “Ada mas, karena sudah ada bantuan mesin jahit sehingga
menjadi lancar dalam menjahit mas” CL, VII18Sabtu, 22 Agustus 2015
Berdasarkan penyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa
dampak dari pendidikan keterampilan menjahit secara ekonomi belum terlihat maksimal karena hanya mengurangi pengeluaran
tetapi tidak ada pemasukan. Dampak ekonomi biasanya dilihat dari peningkatan penghasilan yang diperoleh oleh warga belajar. Jadi
bisa disimpulkan bahwa dampak ekonomi belum terlihat maksimal. Dampak ekonomi program pendidikan kecakapan hidup
menjahit belum terlihat secara besar, hanya meningkat secara kecil. Hal ini membuktikan bahwa program pelatihan menjahit
memberikan dampak yang dapat dirasakan langsung oleh warga belajar setelah lulus dari pelatihan menjahit, tetapi peningkatan
keuangan belum ada.
109
b. Dampak Sosial Warga Belajar Setelah Mengikuti Program
Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit
Dampak sosial program pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar berkaitan dengan perubahan perilaku,
keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan terhadap hubungan dan interaksi sosial warga belajar terhadap
orang lain dan masya rakat luas. Seperti pernyataan Ibu “RD”
selaku warga belajar bahwa perubahan sosial yang dialami sebenarnya ingin dapat membantu keluarga dalam membantu
meringankan kebutuhan ekonomi. Begitu pula pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar :
“Saya sebenarnya ingin membagi ilmu menjahit yang saya miliki terhadap masyarakat sekitar mas, tapi mereka susah
kalo disuruh belajar bersama saya mas. Ya saya hanya bisa membantu reparasi dan menjahit apa yang konsumen minta
mas” CL, VIII19Senin, 24 Agustus 2015 Perubahan sosial yang terjadi terhadap warga belajar akan
mempengaruhi kehidupannya
dalam keseharian.
Semakin meningkatnya kecakapan sosial yang dimiliki, maka warga belajar
akan mampu meningkatkan interaksi sosial dalam kehidupannya.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pendidikan
Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar
a. Faktor
Pendorong dan
Penghambat Pembelajaran
Keterampilan Menjahit
110
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat kegiatan
pembelajaran yang
akan berpengaruh
pada keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan, faktor pendukung dalam kegiatan pelatihan pendidikan kecakapan hidup
menjahit adalah tersedianya bahan dan alat, tutor yang memiliki kompetensi menjahit, tidak dipungut biaya, dan sebagainya.
Adanya tutor
yang memiliki
kompetensi menjahit
dan berpangalaman serta mampu melakukan pembelajaran juga
menjadi faktor yang sangat mendorong pelatihan. Peserta didik juga memiliki semangat besar pada saat proses pembelajaran, baik
saat teori maupun praktik, serta memiliki kemampuan dan motivasi yang besar dalam belajar. Selain itu, proses pembelajaran juga
menyenangkan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman :
“Tersedia dana, tersedianya bahan dan alat, tersedianya tutor
yang berkompeten,
ada dukunngan
dari instansilembaga terdekat, tidak dipungut biaya, tutor
memiliki kompetensi menjahit , tutor memiliki motivasi yang kuat untuk membagi ilmu, motivasi peserta didik
untuk menambah ilmu menjahit, proses pembelajaran
menyenangkan” CL, II24Senin, 10 Agustus 2015 Begitu pula pernyataan Ibu “DL” selaku tutor menjahit :
“Adanya dukungan seluruh staf SKB, adanya bantuan alat dan bahan, adanya dukungan dari dinas terkait, adanya
dukungan dari masyarakat, adanya dukungan dari tokoh masyarakat, adanya minat dari peserta didik, adanya
motivasi dari peserta didik, adanya kemampuan peserta
didik” CL, III23Selasa, 11 Agustus 2015
111
Begitu pula pernyataan Ibu “M” mengenai faktor pendukung
progam pelatihan menjahit : ”Cara mengajarnya mudah dimengerti oleh warga belajar
lainnya” CL, VII21Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang didapat dari
peserta didik dan narasumber teknis dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam pelatihan pendidikan kecakapan hidup
menjahit adalah adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap, tersedianya tutor yang berpengalaman dalam kegiatan
pembelajaran sehingga mampu melakukan kegiatan pembelajaran, situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan, serta
adanya semangat motivasi dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
yang besar
sehingga mendukung
proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit.
Adapun faktor penghambat dalam keterampilan menjahit berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan adalah terbatasnya
sasaran dan juga masih usia warga belajar ada yang lebih dari 50 tahun sehingga harus bersabar dalam proses pembelajaran. Seperti
pernyataan Bapak “S” selaku tutor SKB Sleman : ”Sasaran terbatas, sehingga banyak masyarakat lain yang
membutuhkan harus menunggu giliran. Ada warga belajar yang usianya lebih dari 50 tahun sehingga agak
menghambat dan lokasi pelatihan jauh dari SKB Sleman. Tutor harus bersabar dalam memberikan materi karena
kemampuan warga belajar berbeda” CL, II23Senin, 10 Agustus 2015
112
Begitu pula pernyataan dari Ibu “DL” selaku tutor menjahit : ”Warga belajar jumlahnya terbatas, Kemampuan warga
belajar tidak sama, Saya sebagai tutor bukan lulusan tata busana” CL, III22Selasa, 11Agustus 2015
Serta pernyataan Ibu “M” mengenai faktor penghambat pelatihan menjahit :
“Masih kurang bisa menjahit dengan rapih karena masih ada yang pemula sehingga membutuhkan semangat dan
arahan dari yang sudah bisa” CL, VII20Sabtu, 22
Agustus 2015 Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat,
dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah jumlah sasaran yang
terbatas sehingga masyarakat tidak bisa dengan bebas mengikuti pelatihan karena jumlah peserta yang terbatas, usia yang berbeda
juga mempengaruhi
proses pembelajaran
karena harus
mengimbangi warga belajar yang usianya diatas 50-an, masih ada kekurangan dibagian fasilitas, dan juga kemampuan tutor yang
tidak maksimal karena bukan dari jurusan menjahit. Tidak adanya tindak lanjut setelah selesai program pendidikan kecakapan hidup
menjahit. Kegiatan pembelajaran yang baik apabila telah selesai hendaknya dilakukan tindak lanjut, sehingga dapat diketahui
seberapa besar pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh warga belajar.
113
b. Faktor yang Mendorong Peserta Didik untuk Mengikuti
Pembelajaran Keterampilan Menjahit
Faktor pendorong merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan adanya faktor pendorong
tersebut akan menumbuhkan motivasi yang tidak hanya menggerakkan tingkah laku tetapi juga mengarahkan tingkah laku
peserta didik. Adapun faktor yang mendorong peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit setiap individu berbeda-beda. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak
“S” selaku tutor SKB Sleman : “Tersedia dana, tersedianya bahan dan alat, tersedianya
tutor yang
berkompeten, ada
dukungan dari
instansilembaga terdekat, tidak dipungut biaya, motivasi peserta didik untuk menambah ilmu menjahit dan proses
pembelajaran menyenangkan” CL, II24Senin,10 Agustus 2015
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “LU” selaku tutor menjahit mengenai faktor pendorong kegiatan pelatihan menjahit :
“Dukungan dari seluruh karyawan SKB, dukungan dari pimpinan lembaga, adanya dukungan dari dinas terkait serta
masyarakat, adanya keinginan tutor untuk membagi ilmu yang dimiliki tentang menjahit dan adanya keinginan
peserta didik memiliki keterampilan menjahit” CL, IV23Kamis, 13 Agustus 2015
Begitu pula pernyataan dari Ibu “RD” selaku warga belajar mengenai faktor pendorong :
“Adanya dukungan dari keluarga dan rasa ingin belajar mas” CL, VI22Kamis, 20 Agustus 2015
114
Begitu pula pernyataan Ibu “SM” selaku warga belajar : “Waktu sudah bagus, tempat juga layak, ingin
memperdalam ilmu, ingin dapat sertifikat lulus menjahit” CL, VIII21Senin, 24 Agustus 2015
Selain itu juga pernyataan pendukung dari Ibu “M” selaku warga
belajar : “Cara mengajarnya mudah dimengerti oleh warga belajar
lainnya” CL, VII21Sabtu, 22 Agustus 2015 Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat,
dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong peserta didik dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menjahit yaitu adanya
dukungan dari berbagai pihak, motivasi belajar yang tinggi, cara mengajar yang mudah dipahami warga belajar serta adanya
sertifikat setelah warga belajar lulus dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit
C. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang peneliti dapatkan, baik dari data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai subjek
penelitian serta dari dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti akan melakukan pembahasan mengenai kebermaknaan pendidikan
kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terhadap warga belajar dalam
aktivitas berwirausaha. 1.
Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman
115
Program Pendidikan
Kecakapan Hidup
tahun 2014
diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten
Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem. Program pendidikan kecakapan hidupini
diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengambangkan potensi dirinya khususnya
dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 selama 20X pertemuan.
Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Materi yang diajarkan bersifat umum dan pokok. Proses pembelajaran dimulai sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Tindak lanjut dari pelaksanaan
program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan usaha secara kelompok atau individu, peserta
mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi
sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya. 2.
Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar
Menurut Sudjana 2006:313 mengatakan bahwa program adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga,
instansi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan
116
dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahtraan hidup manusia. Menurut Suharsimi Arikunto 2007:3, program didefinisikan
sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yag
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Menurut Djamarah 2000:45 mengatakan bahwa hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individu maupun kelompok. Menurut Nasution 1995:25 megemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu.
Hasil bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi setelah menjalani sebuah proses pembelajaran.
Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetesi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai
dalam diri seorang peserta didik. Menurut Mimin Haryati 2007:22 pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi
tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup
peningkatan pengetahuan, hasil produk, kacakapan personal warga belajar, kecakapan sosial warga belajar, kecakapan akademik warga
belajar dan kecakapan vokasional warga belajar. Peningkatan pengetahuan yang dimiliki warga belajar setelah mereka mengikuti
117
pelatihan menjahit yaitu cara mengambil ukuran yang benar, cara membuat pola yang benar, dan juga teori-teori tentang menjahit.
Bila dilihat dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif, akan diperoleh hasil seberapa besar tingkat keberhasilan program
pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilakukan oleh SKB Sleman. Dari segi kognitif warga belajar mampu meningkatkan
pengetahuan seperti membuat pola, mengambil ukuran, dan menjahit yang benar. Bila dari segi psikomotor yaitu warga belajar
mempraktikkan secara langsung proses pembelajaran menjahit dengan didampingi oleh tutor. Sedangkan dari segi afektif warga belajar
mampu menerapkan dalam kehidupan mereka di rumah dan membagi pengalaman mereka dengan tetanggga dan sahabat.
Menurut Munzayannah 2001:185 mendefinisikan menjahit sebagai suatu cara membuat pakaian yang dapat dilakukan dengan
tangan atau mesin jahit. Hasil produk yang dibuat oleh warga belajar saat proses pembelajaran dan sesudah program pelatihan menjahit
sangat banyak. Contoh produk yang dibuat saat proses pembelajaran sedang berlangsung seperti membuat rok span, membuat kebaya, dan
membuat baju gamis. Sementara hasil produk yang dihasilkan warga belajar setelah program pelatihan menjahit selesai antara lain membuat
blus panjang, membuat rok span, kebaya, dan lain-lain. Hasil produk yang dihasilkan menandakan penerapan materi dan praktik secara
langsung berjalan dengan efektif dan efisien.
118
Indikator keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pelatihan kecakapan hidup menjahit juga dilihat saat ujian yang
meliputi kesesuaian dengan desain, ketepatan ukuran, teknik menjahit, teknik penyelesaian, teknik penyeterikaanpressing, pengemasan,
kerapian, dan kebersihan Sukarja, 2013:46. Bila kita lihat dalam hasil penelitian yang sudah peneliti jabarkan, maka keberhasilan yang
diperoleh oleh warga belajar dan penyelenggara program belum keseluruhan sesuai dengan indikator keberhasilan menjahit. Dalam hal
ini, kekurangannya yaitu pada teknik penyetrikaan dan pengemasan. Kedua hal tersebut sebenarnya sangat perlu dibelajarkan agar nantinya
warga belajar mampu mengemas produk mereka agar mampu bersaing di pasar global.
Menurut konsep pendidikan kecakapan hidup, tingkat keberhasilan dapat dilihat melalui 4 kecakapan yaitu kecakapan
personal, sosial, akademik, dan vokasional. Kecakapan personal ini mecakup dua kecakapan yaitu kecakapan mengenal diri self
awareness dan kecakapan berfikir rasional thinking skills. Kecakapan personal warga belajar setelah mengikuti pelatihan
menjahit semakin meningkat. Bukti nyata peningkatan kecakapan personal yang diperoleh warga belajar setelah mengikuti pelatihan
menjahit adalah peningkatan rasa percaya diri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha, dan mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan
yang dimiliki. Seperti yang dikatakan oleh Zimmerer yang
119
mengartikan bahwa kewirausahaan sebagai penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. kecakapan sosial ini juga tergolong dalam General Life Skills.
Kecakapan sosial mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan komunikasi dengan
empati disini maksudnya bukan hanya sekedar menyampaikan pesan namun yang terpenting adalah isi dan juga cara penyampaian yang
baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Sedangkan kecakapan kerjasama disini maksudnya individu saling menghargai
dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. 3
Kecakapan Berkomunikasi dengan Empati Kecakapan berkomunikasi bisa dengan menggunakan
lisan, tulisan, dan juga alat teknologi. Komunikasi yang baik akan membawakan suasana menjadi nyaman dalam
membicarakan sebuah program. 4
Kecakapan Bekerjasama Dalam kecakapan bekerjasama yang diperlukan adalah
rasa saling percaya dan menghargai satu sama lain. Dalam bekerjasama tidak ada yang mengutamakan
kepentingan individu diatas kepentingan kelompok. Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti
pelatihan menjahit yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama.
120
Kecakapan berkomunikasi penting dalam berwirausaha karena dengan komunikasi yang bagus, maka produsen akan merasa senang untuk
berbisnis. Bekerja sama juga perlu dalam berwirausaha karena mampu menambah relasi dan juga bisa sebagai ajang tukar pikiran agar
semakin banyak inovasi yang dibuat. Kecakapan akademik tergolong dalam spesifik life skills.
Kecakapan akademik pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik
sudah lebih
mengarah kepada
kegiatan yang
bersifat akademikkeilmuan.
Cakupan dari kecakapan akademik diantaranya kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada
suatu fenomena tertentu identifying variables and describing relationship among them, merumuskan hipotesis terhadap suatu
rangkaian kejadian constructing hypotheses, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan sesuatu gagasan atau
keingintahuan Anwar, 2004: 31. Kecakapan akademik warga belajar setelah mengikuti pelatihan
yaitu mereka mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Nilai tersebut mampu digunakan sebagai motivasi untuk membuka sebuah
usaha menjahit. Dengan adanya hasil kecakapan akademik, maka dapat memperoleh sertifikat yang mampu digunakan untuk bersaing
dibidang usaha menjahit dengan pengusaha menjahit lainnya.
121
Pemberdayaan dalam bentuk pelatihan vocational skills dilakukan melalui delapan tahapan karakteristik seperti yang diajukan
Kindervatter dalam Anwar 2007: 193 pada Rinjani 2013: 38, yaitu belajar dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, pemberian tanggung
jawab lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar,
sumber belajar bertindak selaku tutor pada umumnya kegiatan produksidemonstrasi diperankan oleh warga belajar, proses kegiatan
belajar berlangsung secara demokratis, adanya kesatuan pandangan dan langkah antara warga belajar dengan tutor dalam mencapai tujuan
pembelajaran, menggunakan teknik pembelajaran demonstrasi, penugasan, ceramah, dan tanya jawab, bertujuan akhir untuk
meningkatkan status sosial ekonomi warga belajar melalui penguasaan vocational skills dan kemandirian belajar, bekerja serta berusaha.
Kecakapan vokasional ini termasuk dalam golongan spesific life skills. Keempat kecakapan yang telah disebutkan di atas dalam
pelaksanaannya tidak berfungsi secara terpisah-pisah namun menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental,
emosional, dan intelektual. Kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajar yaitu warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha
menjahit berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit. Selain itu meningkatnya kecakapan personal,
122
sosial, dan akademik juga membuat kecakapan vokasional warga belajar meningkat.
Beberapa etika dan norma yang harus ada dalam diri seorang wirausaha antara lain kejujuran, bertanggung jawab, menepati janji,
disiplin, taat hokum, suka membantu, komitmen dan menghormati, dan mengejar prestasi. Pengusaha yang sukses dan beretika serta memiliki
norma hendaknya mempelajari etika dan norma sebelum melakukan usahanya. Dengan mempelajari etika dan norma dalam berwirausaha,
mereka akan mendapatkan kemudahan dalam melakukan usahanya. Dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang diteliti, warga
belajar sebagian besar belum mengetahui etika dalam berwirausaha. Padahal tujuan dari pendidikan kecakapan hidup menjahit yang
dilakukan oleh SKB Sleman bertujuan agar warga belajar nantinya mampu berwirausaha. Seharusnya tutor mengajarkan etika dan norma
yang harus diketahui oleh warga belajar dalam berwirausaha agar nantinya bisa menjadi wirausahawan sukses.
Menurut Kasmir 2006:30-31 Ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil:
9. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
10. Inisiatif dan selalu proaktif.
11. Berorientasi pada prestasi.
12. Berani mengambil resiko.
13. Kerja keras.
14. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang
dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. 15.
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati.
123
16. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan
berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.
Sukarja 2012:16 menyebutkan ada dua indikator keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup menjahit tingkat dasar antara
lain : 3
Minimal 90 peserta didik belajar tuntas mengikuti program kursus menjahit tingkat dasar.
4 Minimal 50 lulusan mampu berusaha mandiri atau
bekerja pada dunia usaha. Berdasarkan indikator diatas, pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup menjahit sudah bisa dikatakan belum berhasil. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah warga belajar yang melakukan
kegiatan wirausaha belum menyampai 50. Namun demikian, warga belajar sudah tuntas 100 dalam pembelajaran program pendidikan
kecakapan hidup menjahit.
3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB
Sleman terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar
Dampak adalah pengaruh outcome yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain
Djuju Sudjana, 2006:95. Dampak adalah gambaran mengenai nilai suatu program. Dampak mengacu pada manfaat jangka panjang
terhadap masyarakat seperti peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial dan
sebagainya.
124
Pengaruh merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan. Pengaruh menurut Djuju Sudjana 2006:95 meliputi :
4. Peningkatan taraf dan kesejahtraan hidup dengan indikator
pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, pendidikan, penampilan diri, dan sebagainya.
5. Upaya membelajarkan orang baik kepada perorangan,
kelompok, dan komunitas. 6.
Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga,
harta benda, dan dana. Program
pendidikan kecakapan
hidup menjahit
diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri khususnya dalam
hal menjahit sehingga memiliki kompetensi berwirausaha sendiri untuk meningkatkan kesejahtraan keluarga. Tujuan dari program ini
adalah : 1 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewirausahaan peserta program pendidikan kecakapan hidup menjahit,
2 Peserta bersedia merintis dan mengembangkan usaha dibidang menjahit baik secara perorangan atau kelompok, 3 Untuk mendukung
Pemerintah Kecamatan Kalasan, dan Pemerintah Desa Selomartani sebagai wakil Kabupaten Sleman dalam lomba Peningkatan Peran
Wanita Keluarga Sehat Sejahtera P2WKSS tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014.
125
Program pendidikan kecakapan hidup menjahit tahun 2014 yang diselenggarakan di Kecamatan Pakem dilaksanakan dengan
memberikan pembelajaran keterampilan menjahit dan berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan
dokumentasi, kegiatan usaha yang dilakukan warga belajar pasca kelulusan yaitu usaha menjahit.
Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengaruh suatu
penyelenggaraan kegiatan
terhadap perekonomian. Sesuatu dapat bernilai ekonomi bila dapat menambah
penghasilan atau mendapat suatu pekerjaan dari ketrampilan yang dimilikinya kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami
peningkatan dalam hal kesejahtraan ekonomi. Kesejahtraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri seperti kebutuhan primer serta terjadinya keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dengan ketersediaan alat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dampak ekonomi program pelatihan kecakapan hidup menjahit
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dibuktikan dengan jumlah pengeluaran keuangan mulai berkurang. Dana yang digunakan untuk
membeli pakaian, sekarang sudah berkurang karena mampu membuat pakaian sendiri yang sesuai dengan selera setiap warga belajar. Akan
tetapi dampak ekonomi bila dilihat secara teoritis maka program
126
keterampilan menjahit belum dikatakan berhasil karena tidak ada peningkatan keuangan yang dialami oleh warga belajar.
Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal-hal yang berkenaan dengan khalayak, masyarakat, dan umum serta
memiliki arti berupa kata sifat suka menolong dan memperhatikan orang lain. Sosial merupakan masyarakat yang suka menolong dan
saling memperhatikan kepentingan umum yang ada dilingkungan tempatnya. Dampak sosial penyelenggaraan program yaitu suatu
keluaran dimana seseorang akan mampu beriteraksi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang baik akan mampu
meningkatkan nilai sosial seseorang dalam lingkungan tempat tinggalnya.
Dampak sosial pelatihan menjahit yaitu peningkatan status sosial, peningkatan kepedulian sosial, dan peningkatan kemampuan
membelajarkan ilmu kepada orang lain. Kecakapan sosial yang diperoleh warga belajar dalam pembelajaran pelatihan menjahit
merupakan bekal bagi warga belajar untuk meningkatkan kemampuan sosialnya dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dan
masyarakat luas. Jadi dapat dikatakan dampak sosial yang dimiliki warga belajar ada dan diterapkan dalam kehidupannya.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pendidikan
Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar
127
Faktor pendorong pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap, tersedianya
tutor yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran, situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan, adanya motivasi dari
dalam diri warga belajar sendiri untuk mengikuti pelatihan menjahit, adanya dukungan dari berbagai pihak terkait, dan tidak dipungut biaya
dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Faktor penghambat dalam proses pendidikan kecakapan hidup
menjahit juga ada. Faktor-faktor tersebut antaralain jumlah sasaran yang terbatas, sehingga banyak masyarakat yang ingin mengikuti
pelatihan tidak bisa mengikuti, usia warga belajar yang berbeda-beda bahkan, kemampuan tutor yang kurang maksimal, dan pengetahuan
warga belajar yang berbeda.
128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis dampak pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait aktivitas wirausaha
warga belajar maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di SKB Sleman
Program Pendidikan Kecakapan Hidup tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan pertimbangan pemerataan dan skala prioritas, dan hasil
koordinasi antara Sanggar Kegiatan Kabupaten Sleman dengan Badan Keluarga Berencana, serta Pemerintah Kecamatan Pakem. Program
pendidikan kecakapan hidup ini diselenggarakan dalam rangka untuk pemberdayaan perempuan agar memiliki kemampuan mengambangkan
potensi dirinya khususnya dibidang keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 selama 20X
pertemuan. Pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh SKB Sleman dilaksanakan di Kecamatan Pakem, Sleman,
Yogyakarta. Tindak lanjut dari pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan
usaha secara kelompok atau individu, peserta mampu membangun koordinasi yang baik dengan penyelenggara program, peserta didik
mampu meningkatkan keterampilan dan inovasi sendiri, dan memonitor sendiri kegiatan yang dilakukannya.
129
2. Hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup
peningkatan pengetahuan, hasil produk, kacakapan personal warga belajar, kecakapan sosial warga belajar, kecakapan akademik warga
belajar dan kecakapan vokasional warga belajar. Peningkatan pengetahuan yang dimiliki warga belajar setelah mereka mengikuti
pelatihan menjahit yaitu cara mengambil ukuran yang benar, cara membuat pola yang benar, dan juga teori-teori tentang menjahit. Hasil
produk yang dibuat oleh warga belajar saat proses pembelajaran dan sesudah program pelatihan menjahit sangat banyak. Contoh produk
yang dibuat saat proses pembelajaran seperti membuat rok span, membuat kebaya, dan membuat baju gamis. Sementara hasil produk
yang dihasilkan warga belajar setelah program pelatihan selesai antara lain membuat blus panjang, membuat rok span, kebaya, dan lain-lain.
Setelah mengikuti keterampilan menjahit warga belajar juga memperoleh peningkatan rasa percaya diri dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha, dan mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar setelah
mengikuti pelatihan menjahit yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Warga belajar setelah mengikuti pelatihan mendapatkan
nilai yang sangat memuaskan. Dengan mengetahui cara mengambil ukuran, membuat pola, dan menjahit yang benar tersebut mampu
digunakan sebagai motivasi untuk membuka sebuah usaha menjahit. Warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit
130
berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit. Selain itu meningkatnya kecakapan personal, sosial, dan
akademik juga membuat kecakapan vokasional warga belajar meningkat.
3. Dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB
Sleman terkait aktivitas wirausaha warga belajar. Dampak ekonomi program pelatihan kecakapan hidup menjahit dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat. Dibuktikan dengan jumlah pengeluaran keuangan mulai berkurang. Dana yang digunakan untuk membeli pakaian,
sekarang sudah berkurang karena mampu membuat pakaian sendiri yang sesuai dengan selera setiap warga belajar. Akan tetapi belum
dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan program dan indikator peningkatan perekonomian. Dampak sosial program
pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status
atau perubahan sosial, dan interaksi sosial warga belajar terhadap orang lain dan masyarakat luas. Dampak sosial pelatihan menjahit
yaitu peningkatan status sosial, peningkatan kepedulian sosial, dan peningkatan kemampuan membelajarkan ilmu kepada orang lain.
Kecakapan sosial yang diperoleh warga belajar dalam pembelajaran pelatihan menjahit merupakan bekal bagi warga belajar untuk
meningkatkan kemampuan sosialnya dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat luas.
131
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan
hidup menjahit di SKB Sleman terkait aktivitas wirausaha warga belajar. Faktor pendorong pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu:
1 Adanya ketersediaan sarana pembelajaran yang lengkap
2 Tersedianya tutor yang berpengalaman dalam kegiatan
pembelajaran, 3
Situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan 4
Adanya motivasi dari dalam diri warga belajar sendiri untuk mengikuti pelatihan menjahit
5 Adanya dukungan dari berbagai pihak terkait
6 Tidak dipungut biaya dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup menjahit. Faktor penghambat dalam proses pendidikan kecakapan hidup
menjahit juga ada. Faktor-faktor tersebut antaralain: 1
Jumlah sasaran yang terbatas, sehingga banyak masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan tidak bisa mengikuti
2 Usia warga belajar yang berbeda-beda bahkan ada pula yang
berusia diatas 50 tahun 3
Kemampuan tutor yang kurang maksimal karena bukan dari jurusan menjahit tetapi berdasarkan pengalaman
4 Pengetahuan warga belajar yang berbeda menyebabkan tutor
harus lebih sabar dalam proses pembelajaran ketrampilan menjahit.
132
B. Saran