Manfaat Penelitian Kerangka Fikir Penelitian

13 2. Bagaimana hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait dengan aktivitas wirausaha warga belajar. 3. Bagaimana dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait dengan aktivitas wirausaha warga belajar. 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman dalam upaya mendorong aktivitas wirausaha warga belajar.

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman. 2. Mendeskripsikan hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait dengan aktivitas wirausaha warga belajar. 3. Mendeskripsikan dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman terkait dengan aktivitas wirausaha warga belajar. 4. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman dalam upaya mendorong aktivitas wirausaha warga belajar.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti mampu menggambarkan keadaan yang terjadi di lapangan paska program pendidikan kecakapan hidup pada warga belajar di SKB Sleman. Hasil 14 penelitian ini juga diharapkan memberikan pengetahuan mendalam kepada peneliti agar mampu melaksanakan atau membuat program pendidikan kecakapan hidup dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat. 2. Manfaat bagi Lembaga Manfaat penelitian ini bagi lembaga yaitu agar lembaga SKB Sleman khususnya mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan aktivitas wirausaha warga belajar. Hasil penelitan ini juga mampu sebagai acuan dalam mengevaluasi program pendidikan kecakapan hidup yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Nonformal

Pendidikan merupakan cara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang makhluk sosial. Pendidikan bagi manusia sebagai makhluk sosial sangat penting, karena dengan pendidikan yang dimiliki manusia dapat berkembang dalam suatu kelompok masyarakat besar maupun kecil. Pendidikan juga merupakan hal yang harus dimiliki oleh manusia untuk bekalnya di hari akhir atau hari kiamat. Pendidikan yang dialami oleh manusia itu terdiri dari tiga jenis, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang biasanya dilakukan dilingkungan sekolah atau pemerintahan. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang dilakukan atau dijalani dilingkungan keluarga atau lingkungan sekitar manusia itu tinggal. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memperlancar program pendidikan formal. Pendidikan nonformal biasa dilakukan oleh lembaga pemerintahan atau lembaga swasta. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 Ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 16 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Sudjana 2001:13 menyebutkan bahwa pendidikan luar sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam studi kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan. Istilah-istilah pendidikan yang berkembang ditingkat internasional mulai saat itu adalah : pendidikan sepanjang hayat life long education, pendidikan pembaharuan recurrent education, pendidikan abadi permanent education, pendidikan nonformal nonformal education, pendidikan informal informal education, pendidikan masyarakat community education, pendidikan perluasan extension education, pendidikan massa mass education, pendidikan sosial social education, pendidikan orang dewasa adult education, dan pendidikan berkelanjutan continuing education. Enesco 1972 menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah mempunyai derajat keketatan dan keseragaman yang lebih rendah dibanding dengan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah memiliki bentuk dan isi program yang bervariasi, sedangkan pendidikan sekolah pada umumnya memiliki bentuk dan isi program yang seragam untuk setiap satuan, jenis, dan jenjang pendidikan. Hal ini yang membedakan keunggulan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah. Dalam pendidikan luar sekolah terdapat pendekatan yang sering digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan menganalisi program-program pendidikan luar sekolah yang disebut dengan taksonomi. Taksonomi adalah alat bagi pengambil keputusan, penentu kebijakan, dan pengelola pendidikan untuk membuat penggolongan 17 program pendidikan luar sekolah. Taksonomi biasa disebut dengan klasifikasi berdasarkan hirarki. Menurut Coombs dan Ahmed 1974 dalam Sudjana 2001 : 17- 18 mengelompokkan program-program pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan kedalam empat kategori, yaitu 1. Pendekatan pendidikan perluasan extension approach 2. Pendekatan latihan training approach 3. Pendekatan pengembangan swadaya masyarakat the co- operative self-help approach 4. Pendekatan pembangunan terpadu integrated development approach. Program pendidikan luar sekolah yang bermacam-macam dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak merupakan hal mengapa pendidikan luar sekolah dikatakan fleksibel. Program yang dilaksanakan oleh berbagai pihak menyesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat sekitar, sehingga pendidikan luar sekolah disetiap daerah memiliki corak yang berbeda-beda. Hal ini akan membantu dalam mengevaluasi sebuah program yang relevan apakah butuh pembaharuan atau akan dihentikan. Kajian pendidikan luar sekolah secara yuridis terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bagian kelima pasal 26 ayat 1 sampai 7, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. 18 3. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 4. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 5. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 6. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 7. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di SKB Sleman merupakan salah satu dari bentuk program pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Sleman. Program kecakapan hidup menjahit diharapkan mampu meningkatkan jumlah wirausaha di Kabupaten Sleman sehingga warga kurang mampu dan pengangguran semakin berkurang. Sanggar Kegiatan Belajar SKB merupakan sebuah wadah dari pemeritah yang bersifat non formal dengan tujuan untuk membantu menuntaskan masalah dalam pendidikan formal yang belum teratasi. Sanggar kegiatan belajar mendapatkan dana dari pemerintah untuk 19 membuat program yang bertujuan membantu mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu.

2. Hasil dan Dampak Program

a. Pengertian Program

Menurut Sudjana 2006:313 mengatakan bahwa program adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, instansi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Program dalam sebuah pembelajaran dapat berwujud nyata seperti materi pembelajaran atau berwujud abstrak seperti prosedur, jadwal kegiatan atau sederet hal lain yang meningkatkan kinerja. Menurut Suharsimi Arikunto 2007:3, program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu sistem kesatuan kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, institusi sebagai implementasi dari suatu kebijakan yang diorganisasi dan berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dengan harapan dapat mendatangkan hasil atau pengaruh. 20 Terdapat tiga pengertian dalam menentukan sebuah program, yaitu : 1. Realisasi atau implementasi sebuah kebijakan. 2. Terjadi dalam waktu yang relatif lama. 3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Pendidikan luar sekolah menurut Sudjana 2006:4 dapat diartikan sebagai kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber- sumber pendukung lainnya. Pendidikan kegiatan luar sekolah merupakan sebuah kegiatan yang sistematik dimana kegiatan yang dilakukan memiliki komponen, proses, dan tujuan program. Untuk mencapai program pendidikan luar sekolah yang diharapkan, dalam proses penyelenggaraannya harus terdapat unsur-unsur belajar mengajar. Unsur-unsur dalam belajar mengajar program pendidikan luar sekolah menurut sepuluh pendidikan patokan masyarakat dalam Sudjana 2006:4, terdiri atas kelompok belajar, tujuan belajar, warga belajar, sumber belajar, sarana belajar, pamong belajar, ragi belajar, panti belajar, dana belajar, dan hasil belajar. Program pendidikan kecakapan hidup menjahit merupakan implementasi dari kebijakan pemerintah dalam upaya 21 meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kecakapan hidup masyarakat. Hal ini dilakukan oleh pemerintah agar warga masyarakat mampu membuka peluang usaha kecil untuk mensejahterakan hidupnya dan orang-orang yang ada disekitarnya. Penyelenggaraan program pendidikan kecakapan menjahit ini bisa dilaksanakan di PKBM, SKB, dan lembaga pendidikan luar sekolah lainnya. b. Komponen Program Program merupakan suatu sistem atau satu kesatuan dari komponen yang terkait satu dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan. Komponen program adalah bagian-bagian program yang saling terkait dan merupakan faktor penentu dalam berhasilnya suatu program yang telah direncanakan. Pendidikan merupakan sebuah program yang terdiri dari beberapa komponen yang bekerja dalam sebuah sistem. Komponen-komponen yang berada dalam suatu program saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Menurut Sudjana 2006:88 komponen-komponen pendidikan luar sekolah adalah masukan lingkungan environmental input, masukan sarana instrumental input, masukan mentah raw input, proses processes, keluaran output, 22 masukan lain other input, dan pengaruh outcome. Kaitan fungsional antar komponen program pendidikan non formal secara sistemik dikemukakan dalam gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Keterkaitan Fungsional Antar Komponen Program Pendidikan Non Formal. Sumber: D. Sudjana 2006:89 Masukan lingkungan meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan lingkungan kelembagaan. Lingkungan alam program pendidikan non formal meliputi lingkungan alam hayati seperti flora dan fauna dan lingkungan alam non hayati yang meliputi tanah, air, mineral, cuaca, sungai, dan sebagainya. Selain masukan alam hayati dan non hayati juga terdapat masukan lingkungan buatan yang meliputi pemukiman, alat transportasi, pasar, dan sebagainya. Lingkungan sosial budaya meliputi kondisi kependudukan dengan berbagai potensi yang ada didalamnya. Perubahan termasuk dalam masukan lingkungan, sebagi contoh orang yang tadinya menganggur menjadi seorang wirausahawan Masukan Lingkungan Proses Masukan Lain Keluaran Masukan Sarana Masukan Mentah Pengaruh Masukan Lingkungan 23 sukses. Lingkungan kelembagaan terdiri atas instansi pemerintahan, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang terkait dengan program. Masukan sarana terdiri dari kurikulum atau program pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta dana atau biaya. Kurikulum atau program pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, serta alat evaluasi hasil belajar. Tenaga kependidikan yang berupa tutor dan narasumber teknis harus memiliki kemampuan dan kompetensi dalam proses pembelajaran yang mencakup kemampuan dasar, akademik, personal, sosial, dan profesional. Tenaga kependidikan lainnya adalah pengelola satuan pendidikan non formal, penyelenggara program, pengawas dan penilik, penguji, teknisi sumber belajar, dan pengembang pendidikan non formal. Sarana dan prasarana terdiri dari lokasi pembelajaran, gedung dan perlengkapan pembelajaran, dan sebagainya. Dana atau biaya merupakan sarana yang sangat penting dalam penyelenggaraan program. Masukan mentah warga belajar degan berbagai karakter psikis, fisik, dan fungsional. Karakter psikis warga belajar mencakup kebutuhan belajar, pengalaman, struktur kognisi, keinginan, dan aspirasi. Karakter fisik warga belajar mencakup jumlah, jenis kelamin, dan kondisi jasmaniah. Karakteristik 24 fungsional mencakup pekerjaan, status ekonomi sosial, dan teman bergaul. Proses adalah interaksi masukan sarana, terutama antara tutor dan narasumber teknis dengan peserta didik, melalui proses atau kegiatan belajar yaitu aktivitas narasumber dan tutor membelajarkan warga belajar dan warga belajar melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran dilakukan secara partisipatif yaitu tutor dan narasumber teknis melibatkan warga belajar dalam kegiatan identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, serta evaluasi terhadap proses, hasil, dan dampak pembelajaran. Keluaran adalah lulusan pendidikan non formal. Keluaran dapat dilihat secara kualitas dan kuantitas lulusan program setelah mengalami pembelajaran. Kuantitas adalah jumlah lulusan yang berhasil menyelesaikan proses pembelajaran dalam program pendidikan, sedangkan kualitas adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi ranah afeksi, kognisi, dan psikomotor. Masukan lain adalah sumber-sumber yang memungkinkan lulusan dapat menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya. Masukan lain dapat digolongkan kedalam bidang usaha, pekerjaan, dan aktifitas kemasyarakatan. Masukan lain dalam bidang usaha seperti lapangan usaha, permodalan, bahan baku, pemasaran, 25 pendampingan, dan sebagainya. Masukan lain dibidang pekerjaan seperti lapangan kerja, bimbingan kerja, bimbingan karir, latihan lanjutan, dan sebagainya. Masukan lain dibidang kegiatan masyarakat seperti paguyuban warga belajar, pelibatan dalam pembangunan masyarakat, status sosial, dan jejaring kemitraan. Menurut Sudjana 2006:95 pengaruh adalah dampak yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh masukan dari dukungan lain. Pengaruh dapat diukur kedalam tiga aspek kehidupan yaitu pertama, peningkatan kesejahteraan dengan indikator pemilikan usaha atau pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan sebagainya. Kedua, upaya membelajarkan orang lain baik perorangan, kelompok, dan komunitas. Ketiga, keikutsertaan dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat seperti partisipasi buah pikiran, tenaga, harta, dan keterampilan. Komponen-komponen program pendidikan non formal yang telah diuraikan diatas merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut merupakan bagian-bagian program yang merupakan faktor penentu keberhasilan sebuah program. Dengan demikian, pendidikan non formal dikatakan lengkap apabila mencakup seluruh komponen tersebut. 26

c. Pengertian Hasil Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia, hasil merupakan sesuatu yang diadakan. Menurut Djamarah 2000:45 mengatakan bahwa hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan sesuatu. Menurut Nasution 1995:25 megemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud bukan hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga perubahan sikap, keterampilan, dan sosial yang dimiliki oleh sesorang yang telah mengikuti suatu kegiatan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan suatu perubahan yang diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan yang dikerjakan dan diciptakan serta terjadinya perubahan sikap, keterampilan dan sosial setelah mengikuti sebuah program. Hasil program adalah suatu perubahan yang diperoleh setelah seseorang mengikuti program. Hasil program biasanya berdampak pada pengetahuan dan keterampilan peserta yang mengikuti program tersebut. Hasil program merupakan keluaran dari suatu program yang telah direncanakan. 27

d. Indikator Keberhasilan Program

Keberhasilan program pembelajaran berarti ketuntasan dalam pelaksanaan program dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri seorang peserta didik. Fungsi dari ketuntasan belajar yaitu untuk memastikan semua peserta didik menguasai dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Patokan ketuntasan program mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan pendidik dan peserta didik. Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi yang ditetapkan. Secara umum, kriteria keberhasilan adalah : 1 keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, 2 setiap keberhasilan dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, 3 ketercapaian keterampilan vokasional. Menurut Mimin Haryati 2007:22 pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 28 1. Aspek kognitif Tujuan aspek kogitif berorientasi kepada kemampuan berfikir yang menyangkut intelektual sederhana seperti mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah. Pada pembelajaran pendidikan kecakaan hidup menjahit tujuan kognitif yang diharapkan yaitu : 1 peserta didik dapat mengidentifikasi pengertian menjahit dan manfaatnya, 2 peserta didik dapat mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan 3 peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah dalam prroses menjahit. 2. Aspek psikomotor Tujuan pada aspek psikomotor adalah agar tubuh bergerak dan memiliki reaksi-reaksi fisik. Tujuan aspek psikomotor yang diharapkan dalam pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu : 1 peserta didik dapat menunjukan hasil dari menjahitnya, 2 peserta didik dapat menunjukkan alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan 3 peserta didik mampu menunjukkan ukuran dalam membuat sebuah hasil jahitan. 3. Aspek afektif Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran. Tujuan 29 aspek afektif yang diharapkan dalam proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu : 1 peserta didik mampu menjelaskan pengertian menjahit dan cara membuat bordir, 2 peserta didik mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan 3 peseta didik mampu menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat sebuah hasil menjahit. Keberhasilan dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit juga memiliki tujuan, antara lain : a. Agar peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja b. Agar peserta didik memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang bagus c. Agar peserta didik memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya d. Agar peserta didik mampu mensejahterakan hidupnya e. Agar berkurangnya kesenjangan sosial f. Agar berkurangnya jumlah pengangguran Menurut konsep pendidikan kecakapan hidup, tingkat keberhasilan dapat dilihat melalui 4 kecakapan yaitu kecakapan personal, sosial, akademik, dan vokasional. Kecakapan personal mencakup dua kecakapan yaitu kecakapan mengenal diri dan 30 kecakapan berfikir rasional. Dalam kecakapan personal, tingkat keberhasilan bisa dilihat melalui bagaimana peserta didik dapat mengenal dirinya sendiri dan menghargai dirinya sendiri serta peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri individu secara optimal. Kecakapan sosial atau bisa disebut dengan kecakapan antar personal. Kecakapan sosial mencakup kecakapan komunikasi dan bekerjasama. Keberhasilan dilihat melalui kecakapan ini yaitu dengan melihat bagaimana peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik kepada pendidik dan sesama peserta didik. selain itu, kecakapan sosial juga dilihat dari bagaimana peserta didik dapat bekerjasama dalam menghasilkan sebuah produk. Kecakapan akademik sering disebut dengan kemampuan berfikir ilmiah. Keberhasilannya dapat ditentukan dengan bagaimana prestasi akademik peserta didik saat mengikuti program tersebut. Kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. Kecakapan vokasional sering juga disebut kecakapan kejuruan. Kecakapan vokasional biasanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Keberhasilan kecakapan ini yaitu peserta didik mampu mengetahui kebutuhan masyarakat sekitar dan mampu 31 memanfaatkannya sebagai sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

e. Pengertian Dampak Program

Dampak adalah gambaran dari nilai suatu program. Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Menurut Djudju Sudjana 2006:95 menyatakan bahwa dampak outcome yang dialami warga belajar atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Masukan dalam bidang ini dapat digolongkan kedalam bidang bisnis, pekerjaan, dan aktifitas kemasyarakatan. Pada dasarnya, dampak mengacu pada manfaat yang diperoleh dalam jangka panjang seperti peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial, dan sebagainya. Bagaimana seseorang mampu memanfaatkan hasil dari pekerjaan yang telah dia lakukan. Pembahasan tentang dampak, tidak terlepas dari pembahasan mengenai keluaran dan pengaruh. Keluaran mencakup kuantitas lulusan disertai kualitas perubahan perilaku yang didapat setelah melewati proses pembelajaran. Perubahan tersebut seperti perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. 32 Pengaruh merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan. Pengaruh menurut Djuju Sudjana 2006:95 meliputi : 1. Peningkatan taraf dan kesejahtraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, pendidikan, penampilan diri, dan sebagainya. Dalam hal ini, dengan adanya suatu program akan membantu meningkatkan taraf dan kesejahteraan warga belajarnya. 2. Upaya membelajarkan orang baik kepada perorangan, kelompok, dan komunitas. Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan yaitu terjadinya sebuah transfer ilmu yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu yang telah dimilikinya. 3. Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga, harta benda, dan dana. Diharapkan nantinya warga belajar yang telah melewati proses keluaran mempunyai pemikiran yang siap disumbangkan kedalam ide-ide guna mengembangkan masyarakatnya. Berdasarkan pada tiga pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dampak program adalah perubahan yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif yang dialami warga belajar serta ditandai dengan perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan 33 sebagai hasil program setelah memperoleh dukungan dari masukan lainnya. f. Dampak Ekonomi Penyelenggaraan Program Pendidikan Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian. Sesuatu dapat bernilai ekonomi bila dapat menambah penghasilan atau mendapat suatu pekerjaan dari keterampilan yang dimilikinya kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami peningkatan dalam hal kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri seperti kebutuhan primer serta terjadinya keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dengan ketersediaan alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi tingkat kesejahtraannya karena semakin mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonominya. Seseorang yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan tertentu, sehingga sulit dalam mendapatkan penghasilan, maka setelah seseorag memperoleh keterampilan tertentu orang tersebut akan meningkatkan nilai ekonominya. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seseorang harus memiliki peghasilan atau uang. Penghasilan atau uang akan 34 didapatkan jika orang tersebut berusaha untuk mendapatkannya. Untuk dapat bekerja dengan baik seseorang harus memiliki bekal terlebih dahulu. Baik bekal secara materi maupun keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Mempelajari dan mengikuti sebuah pelatihan kecakapan hidup menjahit akan mampu mendorong dan memberi keterampilan untuk modal bekerja. Dengan adanya modal bekerja, warga belajar akan mampu meningkatkan perekonomian keluarganya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pentingnya belajar yaitu agar mampu bersaing dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. g. Dampak Sosial Penyelenggaraan Program Pendidikan Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal- hal yang berkenaan dengan khalayak, masyarakat, dan umum serta memiliki arti berupa kata sifat suka menolong dan memperhatikan orang lain. Sosial merupakan masyarakat yang suka menolong dan saling memperhatikan kepentingan umum yang ada dilingkungan tempatnya. Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan untuk saling berhubungan dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang tidak dapat dipisahkan dengan 35 masyarakat karena seorang manusia tidak mampu melakukan aktifitasnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Dampak sosial penyelenggaraan program yaitu suatu keluaran dimana seseorang akan mampu beriteraksi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang baik akan mampu meningkatkan nilai sosial seseorang dalam lingkungan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan program diharapkan mampu menumbuhkan jiwa-jiwa sosial dalam masyarakat, bukan mementingkan diri sendiri atau individualis. 3. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep life skill merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja. Life skills memiliki makna yang lebih luas dari employability skills dan vocational skills. Pendidikan kecakapan hidup juga diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kehidupan manusia dengan meningkatkan keterampilan yang dimiliki olehnya. Menurut Tim BBE Depdiknas 2002: 9 Kecakapan Hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasakan tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya. Sehingga pendidikan 36 kecakapan hidup berdasarkan pengertian-pengertian diatas merupakan usaha untuk membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi baik berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai agar mampu memecahkan permasalahan, dapat hidup secara mandiri, serta proaktif dalam menghadapi permasalahan yang ada. Pendidikan kecakapan hidup diberikan guna peserta didik mampu berfikir secara aktif, kreatif, serta produktif agar nantinya mereka mampu bertindak dan bersikap saat mereka dihadapkan dalam suatu kondisi tertentu. Mereka mampu mengenali diri dan lingkungan mereka untuk nantinya dapat mengambil sikap. Brolin 1989 menjelaskan bahwa Anwar, 2004: 20 life skills constitute a continumof knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoild interupptions of employment experience. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Life skills semata-mata tidak hanya memiliki kemampuan tertentu saja namun life skills juga harus memiliki kemampuan pendukungnya misalnya saja seperti membaca, menulis, menghitung, serta memecahkan masalah. Pada dasarnya life skills membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, serta potensi yang ada pada diri mereka sehingga mereka mampu menghadapi problematika yang terjadi dalam kehidupan mereka serta mampu memecahkannya. 37 Menurut Depdiknas 2003 dalam Anwar 2004: 21 mengatakan bahwa ciri pembelajaran life skill adalah : 1. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. Dalam proses pembelajaran life skill, sebelumnya melakukan identifikasi kebutuhan belajar terlebuh dahulu untuk melihat apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama. Dalam pembelajarannya, pemberian motivasi selalu diberikan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar life skill. 3. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, dan usaha bersama. Proses pembelajarannya saling berkolaborasi satu sama lain, sehingga adanya hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran. 4. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, kecakapan sosial, vokasional, akademik, manajerial, dan kewirausahaan. Pembelajarannya memberikan keterampilan penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, dan sebagainya. 5. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu. 38 Terjadinya interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga saling berbagi pengalaman yang memungkinkan peserta didik untuk memahami pembelajaran dengan maksimal. 6. Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli. Adanya interaksi timbal balik dalam proses pembelajaran. 7. Terjadi proses penilaian kompetensi. Adanya ujian atau evaluasi dalam pembelajaran life skill guna menilai mutu kinerja dan hasil yang diperoleh peserta didik. 8. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama. Setelah selesai mengikuti program, diharapkan adanya pendampingan guna membantu mengimplementasi pembelajaran yang telah diberikan dalam proses pembelajaran life skill. Program pembelajaran baik dalam jalur pendidikan formal maupun pendidikan non formal wajib memberikan keterampilan pilihan life skill oleh narasumber teknis, sehingga dengan memiliki keterampilan tersebut diharapkan para peserta didik dapat memiliki bekal untuk dapat bekerja dan berusaha yang dapat mendukung pencapaian taraf hidup yang lebih baik. 39 Beberapa prinsip pelaksanaan life skill education, yaitu : 1. Etika sosio religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat diintegrasikan. 2. Pembelajaran menggunakan prinsip lerning to know, learning to do, learning to be, learning to live together, and learning to cooperate. 3. Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan. 4. Penetapan manajemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait yang ada dalam masyarakat. 5. Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar kegiatan pendidikan, sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja. 6. Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik agar : a membantu mereka untuk menuju hidup sehat dan berkualitas, b mendapatkan pengetahuan dan waawasan yang lebih luas, dan c memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidupnya secara layak Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2002. Dari prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan life skill memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pembelajaran life skill mencakup berbagai macam subjek dari yang masih muda hingga yang sudah lanjut usia.

b. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup Life Skills

Departemen Pendidikan Nasional membagi life skills menjadi 4 jenis yakni : 1 kecakapan personal personal skills yang mencakup kecakapan mengenal diri self awareness dan kecakapan berfikir rasional, 2 kecakapan sosial social skills, 3 kecakapan akademik academic skills, dan 4 kecakapan vokasional vocational skills Anwar, 2004: 28. 40 Gambar 2. Skema Rincian Life Skills Anwar, 2004:28 a Kecakapan Personal Kecakapan personal ini mencakup dua kecakapan yaitu kecakapan mengenal diri self awareness dan kecakapan berfikir rasional thinking skills. Kecakapan personal ini termasuk dalam kecakapan General Life Skills. Pertama, kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan Kecakapan Berfikir Rasional Kecakapan Mengenal Diri Life Skill Kecakapan Akademik Kecakapan Vokasional Kecakapan Sosial Kecakapan Personal General Life Skills Spesific Life Skills 41 lingkungannya Anwar. 2004: 29. Berdasarkan uraian di atas kecakapan mengenal diri ini merupakan kecakapan yang bertujuan agar setiap individu atau warga belajar mampu mengenali dirinya sendiri dan mampu menghargai dirinya sendiri, sehingga nantinya mereka dapat menerima kelebihan dan kekurangan mereka. Kedua, kecakapan berfikir rasional mencakup antara lain: kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif Anwar. 2004: 29. Sehingga dalam kecakapan berfikir rasional ini pada dasarnya kecakapan yang terkait dengan penggalian dan penemuan informasi yang mana hal tersebut nantinya dapat dijadikan untuk memecahkan masalah. Keterampilan yang diberikan pada life skills haruslah dilandasi oleh keterampilan belajar karena untuk membelajarkan masyarakat perlu adanya dukungan dari pihak- pihak luar eksternal untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik atau individu secara optimal. Dari berbagai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecakapan pesonal merupakan kecakapan yang diperlukan oleh setiap individu dalam dirinya untuk mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri individu secara optimal, sehingga 42 setiap individu mampu memecahkan setiap persoalan yang mereka hadapi. b Kecakapan Sosial Kecakapan sosial ini disebut juga kecakapan antar personal. kecakapan sosial ini juga tergolong dalam General Life Skills. Kecakapan sosial mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan komunikasi dengan empati disini maksudnya bukan hanya sekedar menyampaikan pesan namun yang terpenting adalah isi dan juga cara penyampaian yang baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Sedangkan kecakapan kerjasama disini maksudnya individu saling menghargai dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain 1 Kecakapan Berkomunikasi dengan Empati Kecakapan berkomunikasi bisa dengan menggunakan lisan, tulisan, dan juga alat teknologi. Komunikasi yang baik akan membawakan suasana menjadi nyaman dalam membicarakan sebuah program. 2 Kecakapan Bekerjasama Dalam kecakapan bekerjasama yang diperlukan adalah rasa saling percaya dan menghargai satu sama lain. 43 Dalam bekerjasama tidak ada yang mengutamakan kepentingan individu diatas kepentingan kelompok. c Kecakapan Akademik Kecakapan akademik sering juga disebut dengan kemampuan berfikir ilmiah. Kecakapan akademik tergolong dalam spesifik life skills. Kecakapan akademik pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademikkeilmuan. Cakupan dari kecakapan akademik diantaranya kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu identifying variables and describing relationship among them, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian constructing hypotheses, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan sesuatu gagasan atau keingintahuan Anwar,

2004: 31.

Kecakapan akademik ini sudah mengarah pada kecakapan yang lebih pada keilmuan dimana cakupannya pun juga berupa kecakapan yang bersifat akademik bukan lagi secara umum seperti pada kecakapan berfikir rasional. Karena kecakapan akademik ini memang sudah lebih dikhususkan. 44 d Kecakapan Vokasional Kecakapan vokasional sering juga disebut dengan kecakapan kejuruan. Dimana dapat diartikan kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional biasanya dalam pelaksanaan pembelajarannya disesuaikan dengan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Pemberdayaan dalam bentuk pelatihan vocational skills dilakukan melalui delapan tahapan karakteristik seperti yang diajukan Kindervatter dalam Anwar 2007: 193 pada Rinjani 2013: 38, yaitu 1 belajar dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, 2 pemberian tanggung jawab lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung, 3 kepemimpinan kelompok diperankan oleh warga belajar, 4 sumber belajar bertindak selaku tutor pada umumnya kegiatan produksidemonstrasi diperankan oleh warga belajar, 5 proses kegiatan belajar berlangsung secara demokratis, 6 adanya kesatuan pandangan dan langkah antara warga belajar dengan tutor dalam mencapai tujuan pembelajaran, 7 menggunakan teknik pembelajaran demonstrasi, penugasan, ceramah, dan tanya jawab, 8 bertujuan akhir untuk meningkatkan status 45 sosial ekonomi warga belajar melalui penguasaan vocational skills dan kemandirian belajar, bekerja serta berusaha. Kecakapan vokasional ini termasuk dalam golongan spesific life skills. Keempat kecakapan yang telah disebutkan di atas dalam pelaksanaannya tidak berfungsi secara terpisah-pisah namun menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual. 4. Keterampilan Menjahit a. Pengertian keterampilan Keterampilan merupakan kata yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari, namun seringkali kita tidak bisa mengartikannya. Keterampilan dapat diartikan sebagai suatu kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Keterampilan juga dapat disebut sebagai suatu kecakapan, kecekatan, dan kemampuan praktis dibidang tertentu yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan guna mengembangkan bakat dan potensi serta kemampuan. Menurut Purba TK 1982:3 mengatakan bahwa pengertian keterampilan juga identik dengan keterlatihan, kecekatan, kepandaian, kecakapan, kelincahan, ketangkasan, keprigelan, dan keundagian. Dengan kata lain, keterampilan adalah kebolehan bertindak dengan cepat dan tepat disebut terampil. Manusia 46 memang harus memiliki keterampilan agar mampu bersaing dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan juga merupakan suatu usaha untuk melatih individu atau kelompok supaya memiliki pengetahuan dan keahlian agar mampu menghasilkan sesuatu yang dimanfaatkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti membuat taplak meja. Keterampilan juga mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, karena dengan keterampilan yang dimiliki seseorang dapat bekerja atau membuka usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Aspek-aspek keterampilan

Dalam kehidupan seseorang memerlukan keterampilan untuk mengetahui gambaran mengenai pekerjaan yang akan diperoleh. Menurut Purba TK 1982:5, menjelaskan bahwa keterampilan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu kejuruan, keterampilan prakejuruan, keterampilan akademis, dan keterampilan umum. Terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi faktor penentu seseorang mengetahui keterampilan apa yang mampu dilakukan. Aspek-aspek tersebut terdiri dari kegiatan keterampilan, jenis keterampilan, dan tingkat keterampilan.

c. Pengertian Menjahit

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia menjahit diartikan sebagai meletakkan menyambung, mengelem, dan sebagainya 47 dengan jarum dan benang. Menurut Munzayannah 2001:185 mendefinisikan menjahit sebagai suatu cara membuat pakaian yang dapat dilakukan dengan tangan atau mesin jahit. Menjahit juga diartikan sebagai salah satu langkah kerja dalam pembuatan pakaian yang dilakukan setelah menggunting bahan dan mengukur ukuran yang akan dibuat. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menjahit adalah suatu proses mengolah tekstil dengan menggunakan alat yang kemudian menjadi sebuah busana. Sedangkan pengertian dari keterampilan menjahit adalah suatu kecekatan, kecakapan, dan kemampuan praktis dibidang pengolahan bahan tekstil dengan menggunakan suatu alat berupa jarum dan benang sehingga menjadi sebuah busana.

d. Penyelenggaraan Program Kursus Menjahit

Menjahit menjadi sebuah kegiatan yang sebenarnya mampu mengurangi jumlah pengangguran dan juga mampu menjadikan sebagai lahan untuk usaha. Seiring dengan semakin majunya dunia desain pakaian, seharusnya kegiatan menjahit juga harus maju. Semakin maju dunia desain pakaian, maka semakin ahli dan semakin banyak cara yang digunakan untuk membuat sebuah hasil desain yang berupa pakaian. Menghadapi hal diatas, penyelenggara program kursus menjahit memerlukan tahapan yang diperlukan dalam 48 melaksanakan program kursus menjahit. Tahapan tersebut antara lain yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk melihat hasil dari sebuah program tersebut. Menurut Sukarja 2012:11-15 kegiatan program pendidikan kecakapan hidup diselenggarakan dalam tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tidak lanjut. a. Tahap Persiapan Tahapan persiapan meliputi perencanaan fisik, perencanaan kegiatan, dan perencanaan evaluasi. 1 Perencanaan Fisik Pada perencanaan fisik terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah perencanaan fisik antaralain : a Menyusun desain kursus b Pembahasan desain pelatihan c Menyiapkan SK tentang kepanitiaan dan tim fasilitator pelatihan d Mengadakan rapat teknis untuk membahas sebuah kepanitiaan e Mengadakan rapat persiapan f Menyiapkan kurikulum g Menyiapkan materibahan ajar 49 h Menyiapkan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan i Menyiapkan sarana dan prasana pendukung j Menyiapkan peserta atau warga belajar k Menyiapkan fasilitator l Menyiapkan ATK Jika semua hal-hal diatas telah dipenuhi maka perencanaan fisik sebuah kursus akan berjalan dengan maksimal. 2 Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan meliputi koordinasi dengan instansi- instansi yang akan terkait dengan kegiatan kursus. Perencanaan kegiatan juga meliputi persiapan administrasi seperti surat-surat dan format-format yang diperlukan dalam kegiatan kursus serta menyiapkan jadwal untuk evaluasi program tersebut. 3 Perencanaan Evaluasi Pada tahap ini, hal yang dipersiapkan yaitu instrumen evaluasi pelatihan yang meliputi evaluasi peserta, fasilitator, dan penyelenggaraan. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan proses pelaksanaan program PKH yang dilakukan selama 20 hari dengan total waktu 80 jam 50 pelajaran 45 menit. Proses pembelajaran PKH menjahit dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. c. Tahap Tindak Lanjut Tindak lanjut sebuah program menjahit bertujuan untuk mengetahui dampak yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengikuti program.

e. Indikator Keberhasilan Program Kursus Menjahit

Keberhasilan sebuah program dapat kita ketahui setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Mengukur sebuah keberhasilan sebuah program juga memerlukan parameter atau indikator dalam menilai sebuah keberhasilan program. Menurut Sukarja 2012:16 menyebutkan ada dua indikator keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup menjahit tingkat dasar antara lain : 1 Minimal 90 peserta didik belajar tuntas mengikuti program kursus menjahit tingkat dasar. 2 Minimal 50 lulusan mampu berusaha mandiri atau bekerja pada dunia usaha. Penilaian keberhasilan sebuah program juga berbeda-beda karena berdasar pada kurikulum yang dibuat saat perencanaan program. Indikator keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pelatihan kecakapan hidup menjahit juga dilihat saat ujian yang meliputi 1 kesesuaian dengan desain, 2 ketepatan ukuran, 51 3 teknik menjahit, 4 teknik penyelesaian, 5 teknik penyeterikaanpressing,6 pengemasan, 7 kerapian, dan 8 kebersihan Sukarja, 2013:46 . Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan itu, sebuah penyelenggaraan program dapat melakukan evaluasi untuk menilai bagaimana kinerja dan meningkatkan kinerja yang akan datang. 5. Kewirausahaan a. Pengertian Kewirausahaan Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak. Seorang wirausahawan harus memiliki kemampuan yang kreatif dan 52 inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran dan langkah wirausahawan adalah bisnis. Secara sederhana arti wirausahawan entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Keuntungan menjadi seorang wirausaha antara lain :  Terbuka peluang untuk menjapai tujuan yang dikehendaki sendiri.  Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh.  Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secra maksimal.  Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit. Menurut Buchari alma 18:2013, terdapat lima tipe pokok wiraswasta yaitu : 1. Wiraswasta sebagai vak, “captain of industry”, di suatu bidang tertentu, di mana ia membaktikan prestasi teknik dan mengadakan penemuan ataupun peniruan. 53 2. Wiraswasta sebagai orang bisnis, yang terus menerus secara tekun menganalisa kebutuhan dan selera masyarakat, menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru melalui reklame. 3. Wiraswasta sebagai orang uang, yang mengumpulkan dan menyalurkan dana, memberikan concern, yang pada pokoknya bergerak di pasaran uang dan modal. 4. Wiraswasta sebagai social engineer, pengusaha yang berusaha mengikat para pekerjanya melalui berbagai karya sosial welfareworks, baik atas pertimbangan moral ataupun berdasarkan perhitungan zakelijk, yaitu mengelakkan kerugian yang diakibatkan pertukaran personil yang terlalu kerap dan cepat. 5. Wiraswasta sebagai manajer, yang memajukan usahanya dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan bisnis modern dan memperhitungkan sepenuhnya azas efisiensi.

b. Strategi dalam pendidikan kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan adalah satu program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik. Pendidikan kewirausahaan ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi anak didik terkait dengan peranannya dalam kehidupan. Keterampilan kewirausahaan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang, dalam hal ini peserta didik 54 sebagai bentuk penguasaan pengetahuan dan menerapkannya pada kegiatan nyata dalam kehidupannya. Disinilah nilai positif yang dimiliki peserta didik dan menjadi nilai lebih jika dibandingkan masyarakat yang lainnya. Peserta didik tidak akan kehilangan kesempatan untuk hidup lebih baik sebab dengan keterampilan yang dimilikinya mereka dapat bertanggungjawab secara finansial bagi diriya dan keluarganya, bahkan orang-orang yang ada disekitarnya. Pentingnya pendidikan pelatihan dalam proses pendidikan yaitu : 1. Mempersiapkan peserta didik sebagai kompetitor dalam kehidupan. 2. Mempersiapkan peserta didik terampil dalam bekerja. 3. Mengurangi tingkat angka pengangguran terdidik. 4. Memberikan pendidikan yang layak dan maksimal. Kasmir 25:2006 menyebutkan ada beberapa etika yang harus ada dan dipenuhi dalam benak dan jiwa seorang wirausahawan, yaitu kejujuran, bertanggung jawab, menepati janji, disiplin, taat hukum, suka membantu, komiten dan menghormati serta mengejar prestasi. Jika seorang wirausaha telah memiliki etika-etika yang harus dimiliki, maka dalam berwirausaha orang itu akan mendapatkan kemudahan dalam usahanya. 55 Dalam menjalankan sebuah wirausaha, seseorang harus memiliki etika dan norma dalam menjalankan usahanya. Beberapa etika dan norma yang harus ada dalam diri seorang wirausaha antara lain : 1. Kejujuran Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya. 2. Bertanggung jawab Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakatnya, dan pemerintah. 3. Menepati janji Seorang pengusaha harus menepati janji baik terhadap dirinya, partner bisnisnya, dan pelanggannya. Dengan menepati janji, maka pengusaha tersebut dapat dipercaya oleh orang lain. 56 4. Disiplin Seorang wirausaha harus disiplin dalam melakukan usahanya. Melakukan usaha dengan setengah-setengah maka akan menyebabkan usaha yang dilakukan bisa hancur dan tidak memiliki usaha lagi karena tidak mampu disiplin. 5. Taat hukum Pengusaha yang taat terhadap hukum yaitu seorang pengusaha yang melakukan usahanya berdasarkan peraturan tentang kewirausahaan menurut pemerintah. Pengusaha yang taat hukum juga merupakan pengusaha yang membayar pajak sesuai penghasilan yang diperoleh. 6. Suka membantu Pengusaha yang memiliki etika yaitu pengusaha yang mampu membantu satu sama lain. Membantu orang yang dalam kesusahan dan membantu mereka yang kurang mampu. 7. Komitmen dan menghormati Seorang pengusaha harus menghormati pengusaha lain. Pengusaha tidak boleh mencemooh atau menjatuhkan harga diri pengusaha lainnya baik dihadapannya maupun didepan publik. 57 8. Mengejar prestasi Pengusaha yang selalu ingin sukses keseluruhan merupakan pengusaha yang selalu mengejar prestasi dan tidak bertumpu di titik satu saja. Pengusaha yang sukses dan beretika serta memiliki norma hendaknya mempelajari etika dan norma sebelum melakukan usahanya. Dengan mempelajari etika dan norma dalam berwirausaha, mereka akan mendapatkan kemudahan dalam melakukan usahanya. Banyak orang yang akan menolongnya bila terjadi kesulitan dalam usahanya.

c. Dampak dari kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan dilatar belakangi oleh kenyataan dan kebutuhan untuk membangun ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka menjadi seorang wirausahawan. Kegiatan penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kewirausahaan masyarakat. Menurut Buchari 2013:1 Manfaat adanya wirausaha banyak sekali, manfaatnya antara lain: 1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. 58 Dengan adanya wirausaha-wirausaha muda diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sehingga dapat mengurangi penganguran. 2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, peliharaan lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dengan menjadi seorang wirausahawan, akan mampu membantu mengembangkan potensi lingkungan yang ada disekitarnya untuk kepentingan bersama. 3. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur, berani, dan hidup tidak merugikan orang lain. 4. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan membangun lingkungan. 5. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, sesuai dengan kemampuannya. 6. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaannya. 7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama, dekat kepada Allah SWT. 8. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros. 59 9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan. Banyak manfaat yang bisa didapatkan bila menjadi seorang wirausahawan. Menjalankan sebuah usaha juga tidak sesulit dan semudah yang diperkirakan. Bila ingin berhasil dan bersungguh- sungguh menjadi seorang wirausaha, harus tekun dan ulet serta tidak boleh mudah menyerah. Menurut Kasmir 2006:30-31 Ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil: 1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju, sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut. 2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar dimana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. 3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya. 4. Berani mengambil resiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan dimana pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu. 5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang disitu dia datang. Kadang- kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. 6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. 60 7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan. 8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan yang baik perlu dijalankan antara lain kepada para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas. Dampak dari adanya kewirausahaan diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi penganguran. Kewirausahaan juga diharapkan mampu mengembangkan potensi warga belajar dalam mengeksplorasi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada dalam dirinya dan lingkungannya. Diharapkan dengan kewirausahaan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi masyarakat miskin yang tidak memiliki usaha.

B. Kerangka Fikir Penelitian

Pendidikan kecakapan hidup menjahit sangat dibutuhkan dalam rangka mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahan tersebut diantaranya masyarakat masih kurang kesadaran akan pendidikan, kesejahetraan ekonomi yang masih rendah, dan masyarakat masih kurang motivasi akan berwirausaha. Pemerintah telah memberikan ruang untuk masyarakat belajar berwirausaha dan berpendidikan yaitu di Sanggar Kegiatan Belajar. Sanggar Kegiatan Belajar merupakan wadah atau ruang dimana masyarakat yang kurang mampu bisa memperoleh pendidikan dan 61 keterampilan yang layak untuk menunjang kesejahteraan hidupnya. Sanggar Kegiatan Belajar memiliki ruangan yang luas, fasilitas kursus yang memadai seperti alat menjahit, komputer, dan sebagainya. Sanggar Kegiatan Belajar juga menyediakan tutor yang siap membantu warga belajar dalam melaksanakan pendidikan di SKB. Sanggar Kegiatan Belajar memiliki sebuah program yang bernama Program Pendidikan Kecakapan Hidup PKH. PKH yang dilaksanakan di SKB yaitu keterampilan menjahit. PKH menjahit bertujuan untuk 1 memberikan pembelajaran mengenai keterampilan menjahit kepada warga belajar yang masih pemula dan yang sedang mengembangkan ilmunya, 2 memberikan pembelajaran berkomunikasi yang baik untuk mempersiapkan warga belajar agar tidak sulit berkomunikasi dengan produsen pada nantinya, dan 3 memberikan pembelajaran berwirausaha agar warga belajar mampu mensejahterakan hidupnya. Warga belajar pendidikan kecakapan hidup menjahit memiliki latar belakang pendidikan dan kesadaran yang biasa-biasa saja. Oleh karena itu, tanggungjawab SKB tidak berhenti setelah warga belajar selesai mengikuti program keterampilan dan memperoleh sertifikat, melainkan pendampingan pasca kelulusan hingga mereka mandiri. Namun pada kenyataannya di lapangan, banyak yang kurang sesuai dengan pedoman. Untuk itu, program pendidikan kecapakan hidup menjahit perlu diteliti untuk melihat sejauh mana keberhasilan penyelenggaraan dilihat dari 62 kebermaknaan program kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar dalam aktivitas berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dan dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga belajar ditinjau dari aspek ekonomi dan sosial. Selain itu juga mengetahui faktor penghambat dan pendukung bagi warga belajar dalam menerapkan hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya tentang pengembangan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. 63 Gambar 3. Bagan Kerangka Berfikir Masalah 1. Masyarakat masih termasuk dalam golongan rendah 2. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan kecakapan hidup 3. Kesejahteraan ekonomi yang masih rendah 4. Kurangnya motivasi dalam berwirausaha Potensi 1. Terdapat mesin jahit yang belum dimanfaatkan 2. Terdapat tutor yang siap membantu keterampilan menjahit 3. Terdapat ruangan untuk pelatihan Keluaran output 1. Kuantitas jumlah lulusan 2. Kualitas kemampuan keterampilan menjahit, berkomunikasi, dan berwirausaha Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit 1. Pembelajaran keterampilan menjahit 2. Pembelajaran berkomunikasi 3. Pembelajaran berwirausaha Dampakpengaruh outcome 1. Dampak ekonomi 2. Dampak sosial 64

C. Pertanyaan Penelitian