Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

siswa. Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa Indonesia di ajang TIMSS tahun 2007, terlihat bahwa hanya 14 siswa yang menjawab benar pada salah satu soal tentang membaca data dalam diagram, sedangkan di tingkat internasional terdapat 27 siswa yang menjawab benar. Aspek pada kemampuan komunikasi matematika tentang membaca data diagram yaitu aspek mengorganisasi pemikiran matematika dan aspek mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas. Itu menandakan bahwa komunikasi matematika siswa masih rendah. Selain itu, Maryani 2011 : 24 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak dapat menuliskan solusi masalah dengan sistematis dan belum mampu bahasa matematika yang tepat. Padahal dalam menuliskan solusi masalah dengan sistematis membutuhkan kemampuan untuk mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan dalam menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika. Hasil penelitian tersebut menandakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih perlu ditingkatkan. Kurangnya kemampuan komunikasi matematika memperlihatkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan semua pihak. Padahal terdapat beberapa tujuan dilaksanakannya pembelajaran di sekolah. Tujuan Pembelajaran Matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 yaitu : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Menurut NCTM 2000 : 29 dalam buku Principle and Standards for School Mathematics menyatakan bahwa standar pembelajaran matematika terdiri dari pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi matematika, keterkaitan dalam matematika, dan representasi. Terlihat bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah siswa mampu mengkomunikasikan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi matematika. Selain itu, salah satu standar dalam pembelajaran matematika yaitu adanya komunikasi matematika. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dapat menghambat tujuan pembelajaran. Agar kemampuan komunikasi matematika siswa dapat berkembang maka diperlukan pembelajaran yang menunjang dan mewadahi kebutuhan siswa dalam meningkatkan kemampuan tersebut. Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Pembelajaran matematika akan lebih tepat jika berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya mentransfer ilmu secara pasif, namun siswa harus belajar aktif dan kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan matematika. Di sebagian besar pembelajaran matematika di sekolah, guru cenderung memberitahu konsep dan cara menggunakannya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk, mendengarkan, menulis dan menjawab soal-soal latihan. Pembelajaran yang tidak efektif bagi siswa, namun menguntungkan bagi guru, sebab guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-ide dan melakukan aktifitas yang dapat mendorong siswa memahami materi yang diajarkan. Kurangnya kemampuan komunikasi matematika memperlihatkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan semua pihak. Agar kemampuan komunikasi matematika siswa dapat berkembang, maka motivasi belajar matematika siswa juga perlu ditingkatkan. Karenanya, guru dalam memilih model pembelajaran perlu mempertimbangkan suasana belajar yang dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk mencapai kemampuan tersebut. Mengingat pentingnya komunikasi matematika, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan siswa. Pembelajaran Two Stay Two Stray diawali dengan pembagian kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Siswa dalam kelompok ini akan diberi penugasan oleh guru sehingga menuntut siswa untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang diberikan. Setelah proses diskusi di dalam kelompok masing-masing selesai, siswa dalam kelompok tersebut berbagi peran. Dua siswa akan menjadi tamu yang akan berkunjung ke kelompok lain. Saat berkunjung, siswa akan berdiskusi dan mencocokkan hasil pekerjaan kelompok masing-masing. Kemudian siswa dipersilahkan kembali ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan kembali hasil diskusi sebelumnya dengan hasil diskusi yang diperoleh dari kelompok lain. Kegiatan terakhir adalah perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Semua kegiatan dalam pembelajaran two stay two stray menuntut siswa untuk aktif berdiskusi sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematikanya, seperti aspek kemampuan menjelaskan ide-ide matematika, kemampuan menganalisis permasalahan, maupun kemampuan menyelesaikan masalah matematika. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa tipe ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan lebih memahami materi yang sedang diajarkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu : 1. Pembelajaran di sebagian besar sekolah masih menggunakan metode konvensional. 2. Kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa. 3. Pembelajaran Two Stay Two Stray dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika namun masih jarang digunakan.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi, penelitian ini hanya dibatasi pada dalam hal efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi metematika siswa pada pembelajaran matematika materi Dimensi Tiga Kelas X semester genap SMA Negeri 2 Purworejo.

D. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA? 2. Apakah pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA? 3. Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA. 2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA. 3. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika melalui pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan. 2. Bagi Guru Digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. 3. Bagi Peneliti Memahami pelaksanaan pembelajaran kooperatif secara praktek, tidak hanya sekedar teori. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Menjadi referensi untuk penelitian yang serupa. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Komunikasi Matematika

R. Soedjadi 2000 : 41 menyajikan beberapa definisi atau pengertian dari matematika sebagai berikut. a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistemik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Erman Suherman 2001 : 17, matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jala, atau pola berpikir, sedangkan Marsigit 2003 : 4 mengemukakan bahwa matematika adalah himpunan dari nilai kebenaran, dalam bentuk suatu pernyataan yang dilengkapi dengan bukti. Selanjutnya, Tinggih dalam Herman Hudojo 2005 : 35 mengemukakan bahwa matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun penunjukkan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yang ditujukan kepada hubungan, pola, bentuk, dan struktur. Menurut Herman Hudojo 2005 : 123, matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

1 4 202

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

EKSPERIMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBASIS LKS DITINJAU Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbasis LKS Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa ( Pada Siswa Kelas VII Sem

0 1 16

EKSPERIMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBASIS LKS DITINJAU Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbasis LKS Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa ( Pada Siswa Kelas VII Sem

0 2 15

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA.

7 41 314