memadukan informasi dari sumber-sumber yang berbeda; dan 3 Menyingkapkan siswa pada cara pandang yang berbeda. Selanjutnya, terdapat beberapa kelebihan
dan kekurangan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Beberapa kelebihan metode ceramah, yaitu a Ketika periode perencanaan terbatas untuk
meyusun konten, ceramah justru sangat menghemat waktu dan tenaga; b Fleksibel, ceramah dapat digunakan untuk hampir semua bidang konten; c Relatif
sederhana jika dibandingkan strategi-strategi pengajaran yang lain. Sedangkan kekurangan metode ini adalah a Tidak efektif untuk menarik dan
mempertahankan perhatian siswa; b Tidak memungkinkan guru untuk memeriksa persepsi dan pemahaman siswa yang tengah berkembang; c Memaksakan sebuah
muatan kognitif yang berat pada siswa sehingga informasi seringkali diabaikan sebelum
siswa menyimpannya
dalam ingatan
jangka panjang;
dan d Menempatkan siswa pada peran yang pasif.
Iif Khoiru Ahmadi 2011 : 107 menjelaskan bahwa dalam pembelajaran konvensional bakat siswa tesebar secara normal. Jika siswa diberikan pembelajaran
yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar normal pula. Berikut beberapa hal
yang menjadi kriteria pembelajaran konvensional. a.
Tingkat ketuntasan diukur dari performance siswa yang dilakukan secara acak. b.
Satuan acuan pembelajaran dibuat untuk satu minggu pembelajaran dan hanya dipakai sebagai pedoman guru.
c. Kemampuan siswa dianggap sama.
d. Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal.
e. Dilakukan melalui mendengarkan lecture, tanya jawab, dan membaca.
f. Orientasi pembelajaran pada bahan pembelajaran.
g. Guru sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh
siswa dalam kelas. h.
Kegiatan pembelajaran ditujukan kepada siswa dengan kemampuan menengah. i.
Pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru. j.
Penilaian mengandalkan tes objektif. k.
Guru membantu siswa dengan bentuk tanya jawab secara klasikal. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran konvensional dapat memberikan hasil
belajar yang merata untuk seluruh siswa karena pembelajaran ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah. Selain itu, peran guru sebagai pusat
pembelajaran dapat mengontrol keadaan kelas secara penuh sehingga peserta didik mudah terkondisikan. Namun, pembelajaran konvensional tidak memberikan ruang
untuk bereksplorasi bagi siswa. Siswa hanya menerima materi yang dijelaskan oleh guru sehingga siswa tidak sepenuhnya memahami materi pembelajaran.
Pembelajaran ini berjalan pasif yaitu siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan latihan soal. Kegiatan ini membosankan bagi siswa. Untuk
itu diperlukan pembelajaran yang lebih kreatif sehingga siswa didik tidak hanya sebagai penerima materi pembelajaran.
3. Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray
Johnson dan Johnson Thobroni dan Arif, 2013:285 mengemukakan bahwa Cooperative Learning
atau yang biasa disebut Pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara kelompok-kelompok kecil. Siswa
bekerja sama secara berkelompok dengan maksud memperoleh pengalaman belajar yang sama dengan pengalaman individu maupun kelompok. Sedangkan menurut
Slavin Fitri, 2012 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Nurhadi Thobroni dan Arif, 2013:286 berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif mengandung makna multidimensi karena di dalamnya terdapat makna komunitas belajar, bertukar ide, diskusi, belajar kelompok, belajar kontekstual, dan
sebagainya. Konsep komunitas belajar ini dimaksudkan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
Nurhadi Thobroni dan Arif, 2013:287 menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik suatu definisi bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara sadar dengan
setting pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota yang
heterogen yang dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman belajar individu maupun kelompok.
Thobroni dan Arif 2013:287 mengemukakan unsur-unsur Cooperative Learning
, yaitu : a.
Siswa memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. b.
Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya. c.
Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dengan berbagi tanggung jawab sama besarnya di
antara para anggota kelompok. e.
Siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan berpegaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar. g.
Siswa diminta mempertanggungjawabkan ssecara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Slavin Thobroni dan Arif, 2013 : 288 mengemukakan enam karakteristik utama pembelajaran kooperatif, yaitu :
1 Adanya tujuan kelompok;
2 Adanya tanggung jawab perseorangan;
3 Adanya kesempatan yang sama untuk menuju sukses;
4 Adanya persaingan kelompok;
5 Adanya penugasan khusus;
6 Adanya proses penyesuaian diri terhadap kepentingan pribadi.
John dan Slavin dalam Miftahul Huda 2013:111 mengasumsikan bahwa yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif adalah bahwa sinergi yang
muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang lebih besar daripada melaui lingkungan kompetitif individual.
Miftahul Huda 2013:113 mengungkap tentang peran guru dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai konselor, konsultan, dan terkadang sebagai
pemberi kritik yang ramah. Pembelajaran ini sangatlah bermanfaat karena memadukan antara tujuan akademik, integrasi sosial, pembelajaran, dan proses
kolektif. Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan dalam pembelajaran kooperatif
Miftahul Huda, 2013:12, yaitu :
Tahap 1 : Persiapan Kelompok
a. Guru memilih metode, teknik, dan struktur pembelajaran kooperatif
b. Guru menata ruang kelas untuk pembelajaran kelompok
c. Guru merangking siswa untuk pembentukan kelompok
d. Guru menentukan jumlah kelompok
e. Guru membentuk kelompok - kelompok
Tahap 2
: Pelaksanaan Pembelajaran a.
Siswa merancang team building dengan identitas kelompok b.
Siswa dihadapkan pada persoalan
c. Siswa mengeksplorasi persoalan
d. Siswa merumuskan tugas dan menyelesaikan persoalan
e. Siswa bekerja mandiri, lalu belajar kelompok
Tahap 3 : Penilaian Kelompok
a. Guru menilai dan menskor hasil kelompok
b. Guru memberi penghargaabn pada kelompok
c. Guru dan siswa mengevaluasi perilaku anggota kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif pun memiliki beberapa tipe, salah satunya adalah tipe two stay two stray. Dalam pembelajaran menggunakan tipe ini, peserta
dituntut untuk berdiskusi dengan siswa lainnya sehingga tercipta komunikasi aktif. Tipe pembelajaran ini membantu siswa untuk memahami topik atau konsep dengan
cara yang lebih menyenangkan. Langkah
– langkah pembelajaran dengan menggunakan tipe two stay two stray adalah sebagai berikut :
1 Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang.
2 Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua
kelompok yang lain. 3
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
4 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain. 5
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.