Deskripsi Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44
kemampuan berpikir kritis yang paling memperlihatkan perbedaan yang cukup jauh adalah adalah pada indikator kemampuan memberikan alasan dengan selisih
21,04 dengan perolehan persentase sebesar 67,57 pada kelas eksperimen dan 46,53 pada kelas kontrol.
Pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan dapat kontrol dapat digambarkan dalam sebuah diagram
perbandingan ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis matematis seperti berikut.
Gambar 4.2 Perbandingan Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari gambar di atas, terlihat bahwa pencapaian terendah indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen yaitu pada
kemampuan siswa dalam menentukan strategi, sedangkan pencapaian terendah indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol terletak pada
kemampuan siswa dalam memberikan alasan terhadap soal kemampuan berpikir kritis. Dari perbedaan ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis, maka
perbedaan yang paling jelas dari hasil pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah pada indikator
kemampuan memberikan alasan. Histogram perbandingan ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen menunjukkan
tingkat pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang lebih besar daripada siswa kelas kontrol.
45
2 Hasil Uji Normalitas
Sebelum menguji perbedaan rata-rata dari kedua kelompok, maka perlu adanya uji normalitas dari kelas kedua kelas tersebut dengan menggunakan
One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut.
Table 4.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Null Hypothesis Test
Sig. Decision
The distribution of ekperimen
is normal with mean 70.81 and
standard deviation 10.17. One-Sample
Kolmogorov- Smirnov Test
.646 Retain the null
hypothesis. Asymptotic significances are displayed.
The significance level is .05.
Berdasarkan tabel di atas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikasi sig. adalah 0,646. Oleh karena itu,
dengan membandingkan nilai signifikasi dengan α yang telah ditetapkan sebesar
0,05. Maka dapat dilihat bahwa 0,646 0,05, sehingga kesimpulan untuk hipotesis untuk kelas eksperimen adalah
diterima retain the null hypothesis yang berarti bahwa kelompok kelas eksperimen memiliki distribusi yang normal.
Hasil uji normalitas terhadap kelas kontrol dengan menggunakan analisis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
adalah sebagai berikut;
Table 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
Null Hypothesis
Test Sig.
Decision
The distribution of kontrol is
normal with mean 60.97 and
standard deviation 13.14.
One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test .680 Retain the null
hypothesis.
Asymptotic significances are displayed. The significance level is .05.
Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan uji One-Sample
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikasi sig. adalah 0,680.
46
Oleh karena itu, dengan membandingkan nilai signifikasi dengan α yang telah
ditetapkan sebesar 0,05. Maka dapat dilihat bahwa 0,680 0,05, sehingga kesimpulan untuk hipotesis untuk kelas kontrol adalah
diterima retain the null hypothesis yang berarti bahwa kelompok kelas kontrol memiliki distribusi yang
normal.
3 Hasil Uji Homogenitas
Uji prasyarat selanjutnya adalah uji homogenitas terhadap kedua kelompok dengan menggunakan uji One Way ANOVA melalui program SPSS.
Output dari uji tersebut adalah sebagai berikut; Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic
Sig. NILAI
3.534 1
71 .064
Hasil uji homogenitas pada taraf signifikasi α = 0,05 menunjukkan bahwa
nilai dari uji Levene lebih besar α 0,05 diperoleh harga F
sama dengan 3,534. Hal ini berarti bahwa varians data kedua kelompok sama atau homogen dengan kesimpulan bahwa
diterima.
4 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data dari kedua kelompok, telah diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki populasi yang
berdistribusi normal dan merupakan kedua kelompok tersebut memiliki varians yang sama yang berarti kedua kelompok adalah homogen, sehingga syarat untuk
menguji perbedaan dua rata-rata dari kedua kelompok sudah bisa dilakukan untuk tahap berikutnya dalam menyimpulkan hipotesis awal yang sudah ditentukan.
Pengujian yang digunakan adalah pengujian perbedaan dua rata-rata dari kedua kelompok kelas dengan menggunakan uji-t. Berikut adalah penyajian uji-t
berdasarkan hasil perhitungan melalui IBM Statistics SPSS 20 pada tabel dibawah ini.
47
Tabel 4.6 Hasil Uji-t Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-tailed
NILAI Equal variances
assumed 3.534
.064 3.583 71
.001 Equal variances
not assumed 3.571 65.933
.001
Dari hasil pengujian homogenitas diperoleh bahwa nilai sig. = 0,064
berada pada baris Equal variances assumed maka signifikasi uji-t dibaca pada
baris tersebut pada nilai Sig. 2-tailed dengan signifikasip adalah 0,001, maka untuk uji 1-sisi nilai signifikasip harus dibagi 2, sehingga nilai signifikasip =
0,0005 dengan nilai uji-t adalah 3,583. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
jika signifikasip = 0,0005 0,05, maka ditolak, yang berarti bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol.
Setelah uji hipotesis dilakukan dengan taraf signifikasi 5 , maka diperoleh perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa melalui pembelajaran dengan strategi metakognitif self- explanation dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat pada hipotesis statistik yang telah disusun untuk menujukkan hipotesis statistik awal yang telah
ditetapkan kriteria penyimpulannya. Dari hasil pengujian perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t dapat ditarik kesimpulan untuk kriteria pengujian
bahwa hipotesis awal ditolak yang memberikan kesimpulan bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pembelajaran strategi metakognitif self-explanation lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir
kritis matematis siswa melalui pembelajaran konvensional.
48