51
Kelas Eksperimen
Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Dari jawaban siswa pada gambar 4.5 di atas terlihat bahwa deskripsi soal yang diberikan direpresentasikan dengan jelas. Hal ini terlihat pada penyajian
gambar dan unsur-unsur yang diberikan oleh siswa terhadap gambar tersebut dengan benar. Strategicara yang digunakan pun sudah tepat dengan prosedur
yang benar dan jelas, dan pada tahap akhir siswa melakukan kegiatan re-check terhadap hasil yang telah diperoleh guna untuk memastikan kebenaran jawaban
dengan situasi soal yang diberikan. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami hubungan antara gambar
yang diberikan dan keterangan dari gambar tersebut untuk dijadikan sebuah persamaan yang dapat dikerjakan secara matematika sudah sangat baik
berdasarkan tahap-tahap yang akan menuntun siswa dalam mendapatkan solusi dari apa yang dimaksudkan dalam soal tersebut.
52
Kelas Kontrol
Gambar 4.6 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Dari sajian gambar 4.6 terlihat bahwa siswa sudah memahami perintah dari pertanyaan soal, tetapi kelengkapan informasi yang digunakan tidak terlihat
pada representasi masalah ke dalam gambar yang dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan unsur-unsur untuk menemukan persamaan yang diminta. Strategi
yang digunakan sudah tepat dengan prosedur yang benar, tetapi siswa tidak menyelesaikan jawabannya sampai tahap akhir. Hasil penilaian dari kedua
jawaban siswa ini dapat dilihat dari persentase skor indikator yang diperoleh, rata- rata skor indikator siswa kelas eksperimen adalah 1,62 atau sebesar 40,54 dan
siswa kelas kontrol adalah 1,39 atau sebesar 34,72. Berdasarkan persentase rataan dari indikator kemampuan menentukan strategi siswa kelas eskperimen
lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol dengan selisih persentase rataan 8,39.
b. Kemampuan siswa dalam menyatakan argumennya alasan dalam
menanggapi suatu permasalahan berdasarkan apa yang dipahaminya.
Instrumen soal yang digunakan pada indikator ini adalah sebuah soal analisis untuk mendorong siswa menanggapi dan memberikan alasannya terhadap
sebuah hasil pekerjaan siswa lain pada sebuah soal yang meminta penyelesaian dari suatu persamaan kuadrat. Dari soal ini, diharapkan siswa dapat menggunakan
pengetahuan dasar tentang operasi bilangan, operasi bilangan bentuk akar. Berikut
ini adalah jawaban siswa untuk soal nomor 1.
Berikut ini adalah hasil pekerjaan seorang siswa dalam menyelesaikan persamaan kuadrat berikut :
53
Hasil pekerjaannya adalah seperti berikut:
Sumber : Colin Foster, Resources for Teaching Mathematics 14-16, 2010, h. 250
Periksa apakah hasil pekerjaan tersebut sudah benar , berikan alasan yang jelas dimana letak dan tentukan penyelesaian yang benar
Jawaban siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.7 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
54
Untuk soal nomor 1 yang mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan memberikan alasannya terhadap suatu masalah yang
diberikan. Pengetahuan dasar sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi masalah yang ada dalam soal tersebut. Gambar di atas adalah jawaban siswa dari
kelas eksperimen yang dengan tepat mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam pengerjaan masalah persamaan kuadrat. Alasan yang diberikan sudah bisa
dikatakan sempurna karena siswa tersebut memberikan penjelasan kembali dan proses cek ulang hasil yang diperoleh.
Kelas Kontrol
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Dari jawaban siswa di atas, siswa dapat mengidentifikasi bahwa hasil pekerjaan yang diberikan salah, tetapi siswa tidak memberikan penjelasan letak
kesalahan hasil pekerjaan seperti yang diminta dalam soal. Dalam memberikan jawaban yang tepat dari soal, siswa sudah mengerti dan bisa, tetapi kemampuan
untuk memberikan alasan dari suatu penjelasan yang merupakan bagian penting dalam menerapkan sebuah konsep dan untuk sebuah analisis terhadap suatu
masalah masih terbilang kurang karena hanya memberikan alasan yang sangat sederhana dan apa adanya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang telah dihitung
untuk siswa kelas eksperimen mencapai persentase ketercapaian indikator sebesar 67,57 atau rata-rata 2,70. Sementara itu, siswa kelas kontrol memperoleh
ketercapaian indikator sebesar 46,53 atau rata-rata 1,86.
55
c. Kemampuan siswa untuk membuat generalisasi terhadap masalah
yang ditemui dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki.
Pada indikator ini diuji coba dua soal yaitu pada soal nomor 2 yang menguji kemampuan siswa dalam menafsirkan serta menyimpulkan hubungan dua
buah persamaan kuadrat jika diketahui unsur-unsur dari persamaan kuadrat tersebut, serta pada soal nomor 4 siswa diminta untuk menganalisis dua buah
pernyataan tentang penyelesaian suatu persamaan kuadrat dan siswa diminta untuk menyimpulkan hubungan antara kedua persamaan tersebut. Berikut adalah
jawaban siswa pada soal nomor 2 dan 4.
Nomor 2
Nilai-nilai dari dari sebuah persamaan kuadrat standar secara
berturut-turut adalah – 2, 8, dan 3. Persamaan yang lain mempunyai 2, - 8, dan –
3 berturut-turut untuk nilai . Apa yang bisa anda simpulkan tentang
dua persamaan tersebut jika nilai-nilai dari kedua persamaan sudah diketahui ? jelaskan jawabanmu
Jawaban siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
56
Jawaban siswa dari gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa untuk menyimpulkan hubungan dua persamaan secara sistematis sudah
sangat baik. Kemampuan menjelaskan hubungan dari kedua persamaan sampai dengan
memberikan kesimpulan
terhadap kedua
persamaan tersebut
mencerminkan penguasaan konsep dasar yang kuat dari siswa.
Kelas Kontrol
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan jawaban dari siswa tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa menafsirkan unsur-unsur yang diberikan dalam soal menjadi sebuah persamaan
kuadrat sudah bagus dan kemampuan siswa dalam memberikan kesimpulan terhadap hubungan dua persamaan tersebut dalam kategori baik. Jawaban dari
siswa kelas kontrol ini kebanyakan hampir sama dengan cara menjawab yang sama dan hasil penjelasan pun sudah tergolong siswa yang mampu untuk
memberikan suatu kesimpulan dengan cara menentukan penyelesaian dari masing-masing persamaan kuadrat. Berdasarkan persentase ketercapaian pada
57
soal ini, siswa kelas eksperimen dapat mencapai 79,73 atau dengan rata-rata 3,19, sedangkan siswa kelas kontrol dapat mencapai 82,64 atau dengan rata-rata
3,31.
Nomor 4
Rangga mengatakan bahwa penyelesaian dari persamaan dan
adalah sama, tetapi Cinta mengatakan bahwa penyelesaiannya tidak sama. Dapatkah Kamu menentukan pendapat siapakah yang benar dari
penyelesaian persamaan tersebut ? dan Jelaskan jawabanmu
Jawaban siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Ekperimen
Instrumen soal pada nomor 4 ini dibuat untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengeneralisasi suatu pernyataan yang disajikan dalam bentuk
perbandingan dua buah pernyataan sehingga siswa mampu mendapatkan kesimpulan dari hubungan-hubungan dari pernyataan yang diberikan. Pada
gambar 4.11 di atas dapat diperhatikan bahwa kemampuan siswa dalam membawakan pengetahuan dasar untuk menunjukkan sebuah kebenaran dari suatu
58
pernyataan dan proses pembuktian yang yang tepat dan memberikan hasil dan kesimpulan yang benar.
Kelas Kontrol
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Dari jawaban siswa di atas poin-poin pertanyaan sudah dijawab dengan dengan benar, tetapi penjelasan terhadap pernyataan sangat kurang. Pembuktian
terhadap kebenaran suatu pernyataan tidak dilakukan walaupun sekilas dari pernyataan soal sudah dapat ditebak pesamaan tersebut berbeda. Pada kemampuan
memberikan kesimpulan terhadap suatu pernyataan diperlukan penjelasan yang lengkap dan bukti yang dapat menjadikan suatu kesimpulan itu diterima.
Persentase ketercapaian pada indikator kemampuan menyimpulkan dari kemampuan berpikir kritis oleh kelas eksperimen adalah sebesar 85,81 atau
dengan rata-rata 3,43, sedangkan siswa pada kelas kontrol adalah sebesar 69,44 atau dengan rata-rata 2,78. Perbedaan kemampuan siswa dalam menjawab soal
tersebut adalah penggunaan keterangan yang jelas untuk menunjukkan bahwa penyelesaian kedua persamaan tersebut sama atau berbeda. Berdasarkan hasil
jawaban siswa dari kedua kelas tersebut diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam membuat kesimpulan pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada siswa kelas kontrol dengan persentase rataan pada kelas eksperimen 82,77 dan kelas kontrol 76,04 dengan perbedaan sebesar 6,73.
59
Pencapaian kemampuan siswa dalam penggunaan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika yang didukung oleh pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis tersebut. Hasil penelitian Mardiah tentang pengaruh strategi metakognisi terhadap
penalaran matematika yang menunjukkan bahwa penerapan strategi metakognitif memberikan hasil penalaran lebih tinggi.
1
Pengembangan keterampilan dalam meningkatkan kemampuan menalar yang dihasilkan dari pengalaman yang
diperoleh dalam kegiatan pembelajarannya. Hal senada yang juga ditemukan dalam penelitian oleh Ridha Rafiah dalam penelitian skripsinya yang berjudul
“Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemamp
uan Berpikir Kritis Matematis Siswa” bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan Strategi Metakognitif lebih
tinggi dari pada kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi konvensional
2
. Perbedaan yang ditemukan adalah kemampuan siswa menyimpulkan dalam indikator berpikir kritis lebih
berkembang dengan pembelajaran dengan strategi metakognitif self-explanation dilihat dari perolehan persentase yang didapatkan dari kedua strategi pembelajaran
yang digunakan. Hasil penelitian lain oleh Fachrurazi yang meneliti tentang peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan komunikasi siswa sekolah dasar dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan temuan bahwa adanya
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajran konvensional.
3
Peningkatan tersebut dicapai dengan pembelajaran awal siswa yang dimulai dengan masalah yang menuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan dapat
mengkomunikasikannya, sementara dalam pembelajaran dengan strategi
1
Harun, Mardiah, “Pengaruh Strategi Metakognisi Terhadap Penalaran Matematika”, Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan PEDAGOGI, Vol. X, 2010, h. 105.
2
Rafiah, Ridha , ”Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ”, Skripsi FITK UIN
Jakarta, Jakarta, 2013, h. 84, tidak dipublikasikan.
3
Fachrurazi, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar,Jurnal UPI, Edisi Khusus
1, 2011,h. 87.
60
metakognitif self-explanation siswa pada awal pembelajaran juga diberikan masalah yang harus diselesaikan berdasarkan instruksi-instruksi yang telah
disediakan dalam bahan ajar.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam perjalanan penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan berupa hambatan yang ikut mempengaruhi berlangsungnya penelitian ini dengan baik.
Hambatan-hambatan tersebut berasal dari peneliti sendiri dan dari objek yang ingin diteliti. Secara personal hambatan itu adalah peneliti adalah orang yang
belum ahli di dalam bidang pembelajaran metakognitif yang objek penelitiannya adalah siswa-siswa SMA, penyajian bahan berdasarkan strategi pembelajaran
yang peneliti pilih masih apa adanya, yang ukurannya masih sebatas kemampuan peneliti dan bimbingan dosen pembimbing. Sedangkan dari objek penelitian
sendiri adalah hambatan pada permulaan penelitian dengan pembelajaran melalui strategi metakognitif self-explanation ini. Keadaan siswa yang belum terbiasa
dengan cara belajar pada pembelajaran ini menyebabkan penggunaan waktu yang kurang efektif dan sikap siswa yang masih kebingungan. Hal ini berlanjut pada
dua kali pertemuan dalam satu waktu sehingga untuk pertemuan ketiga dan seterusnya siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini.
Hambatan lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini adalah masih terdapat sikap tidak jujur dari siswa dalam mengikuti ujian tahap akhir posttest ,
terutama siswa pada kelas yang tidak diajarkan dengan menggunakan strategi metakognitif self-explanation ini. Sekiranya perilaku seperti ini dikurangi,
penelitian ini bahkan bisa lebih akurat untuk keputusan akhirnya.
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan strategi
metakognitif self-explanation lebih berkembang daripada siswa yang diajarkan dengan strategi konvensional berdasarkan hasil pencapaian semua aspek
indikator kemampuan berpikir kritis yang telah ditentukan. 2
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan melalui pembelajaran dengan strategi metakognitif self-explanation lebih tinggi
daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tingkat pencapaian penilaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
kemampuan menentukan strategi, kemampuan memberikan alasan, dan kemampuan menyimpulkan yang lebih baik pada siswa yang diajarkan dengan
strategi metakognitif self-explanantion 3
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang lebih menonjol dengan pembelajaran
dengan strategi
metakognitif self-explanation
adalah kemampuan siswa dalam memberikan kesimpulan dari suatu masalah yang
diberikan. Kemampuan siswa dalam menyimpulkan, pada siswa dengan pembelajaran konvensional juga lebih baik dari semua indikator kemampuan
berpikir kritis, tetapi secara persentase siswa yang diajarkan dengan strategi metakognitif self-explanation lebih tinggi daripada dengan pembelajaran
konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin menyarankan kepada peneliti selanjutnya further reserarcher ataupun guru yang berkibrah dibidang
pengajaran, khususnya pada bidang matematika untuk dapat lebih melatih kemampuan siswa dalam menentukan sebuah cara yang akan digunakan dalam
menyelesaikan soal-soal dalam masalah matematika dan memberikan
62
pendapattanggapan mereka pada suatu materi yang disampaikan agar siswa terbiasa memberikan alasan pada setiap langkah yang dilakukannya dalam
pembelajaran tersebut. Hal lain yang peneliti sarankan adalah penggunaan strategi metakogitif
self-explanation ini sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir kritis
siswa ataupun untuk melatih siswa untuk mamahami pengetahuan yang didapat dari suatu materi yang telah diajarkan. Kemampuan siswa untuk memahami
pengetahuannya itu tidak terlepas dari cara dia mengatur proses berpikirnya metacognitve regulation yang cara untuk melatih hal tersebut dijabarkan ke
dalam sebuah strategi dalam pembelajaran yaitu strategi metakognitif self- explanation.
63
DAFTAR PUSTAKA .
Anthony S. Niedwiecki. 2006. Lawyers and Learning: A Metacognitive Approach to Legal Education. 13 Widener L. Rev.33.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam kementrian Agama, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Fachrurazi. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal UPI. Edisi Khusus 1, 2011. Fisher, Alec. Critical Thinking : An Introduction. United Kingdom : Cambridge
University Press, 2001. Foster, Colin. Resources for Teaching Mathematics 14-16. New York :
Continuum, 2010. Gradler, M.E. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011. Hacker Douglas J., Dunlosky John, and Graesser Arthur C. Handbook of
Metacognition in Education. NY: Routledge, 2009. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Hammond Linda Darling., et al., The Learning Classroom : Thinking About Thinking Metacognition. South Burlington: Stanford University, 2003.
Harun, Mardiah. Pengaruh Strategi Metakognisi Terhadap Penalaran Matematika. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan PEDAGOGI, Vol. X, 2010.
Hatimah , Ihat. Dkk. 2010. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka