Kerangka Berpikir LANDASAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk kelas X di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan yang berlangsung pada bulan Januari tahun ajaran 20142015.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode Quasi Eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti mengadakan pengontrolan penuh terhadap variabel kondisi eksperimen. Dalam metode penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu dengan mengajar matematika di sekolah tersebut dengan Strategi Metakognitif Self-Explanation dalam pembelajaran matematika. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan siswa yang diajarkan dengan pengajaran matematika dengan menggunakan strategi metakognitif self- explanation, sedangkan kelas kontrol merupakan siswa yang diajarkan dengan pengajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan dua kelompok kelas ini yang diambil dari tingkat kelas yang sama. Untuk itu, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group Randomized Subject Posttest Only . 1 Berikut adalah bentuk desain penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah. Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Perlakuan Posttest Eksperimen R X Kontrol - Keterangan : 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R D, Bandung:Alfabeta, 2010, h. 112. 28 : Pengambilan sampel secara randomacak. : Perlakuan : Hasil postest kelompok eksperimen dan kontrol.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penlitian ini dibedakan menjadi populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3 Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X IPA SMAN 3 Tangerang Selatan pada semester genap tahun ajaran 20142015 yang terdiri dari enam kelas yaitu X.MIA 1, X.MIA 2, X.MIA 3, X.MIA 4, X.MIA 5, dan X.MIA 6. Dalam penelitian ini, sampel penelitian berasal populasi terjangkau dengan cara pengambilan sampel dari keenam kelas adalah dengan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel secara berkelompok dengan cara memilih secara acak dari keenam kelas dengan cara menentukan 2 kelompok kelas dari 6 kelas yang akan menjadi satu kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelompok kontrol. 2 Setelah dilakukan pemilihan sampel penelitian diperoleh kelas X.MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.MIA 3 sebagai kelas kontrol. Kelas X.MIA 4 sebanyak 37 siswa ini yang akan diberikan pembelajaran dengan strategi metakognitif, sementara itu kelas X.MIA 3 sebagai kelas kontrol sebanyak 36 siswa ini yang akan diberikan pembelajaran konvensional.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa tes untuk mengukur kemampuan berfikir kritis matematis dalam pembelajaran matematika pada posttest di akhir semua pertemuan tentang materi persamaan dan fungsi kuadrat. Data yang diperoleh berdasarkan dari nilai posttest yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan strategi 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta, 2010, h.122 29 metakognitif self-explanation yang diberikan untuk siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk siswa pada kelas kontrol. Posttest kemampuan berpikir kritis matematis siswa berupa soal essay yang terdiri dari 5 soal yang memuat aspek-aspek kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran materi persamaan dan fungsi kuadrat dengan kompetensi dasar yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kebutuhan penelitian dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan strategi metakognitif self-explanation ini. Penyusunan 5 butir soal essay tersebut akan dibagi ke dalam 3 indikator yang telah peneliti tentukan. Pembagian soal tersebut adalah 2 soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam menentukan strategi, 2 soal unutk mengukur kemampuan siswa dalam menyimpulkan terhadap suatu masalah, dan 1 soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam memberikan alasannya dalam menganalisis suatu masalah. Berikut ini adalah indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang diujikan: 1. Menentukan strategi Kemampuan siswa untuk memutuskan tindakanstrategi yang tepat akan diambil untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan pedoman dalam masalah yang serupa dengan solusi dari masalah yang telah diputuskan. 2. Memberikan alasan Kemampuan siswa dalam menyatakan argumennya alasan dalam menanggapi suatu permasalahan berdasarkan apa yang dipahaminya. 3. Menyimpulkan Kemampuan siswa untuk membuat generalisasi terhadap masalah yang ditemui dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Sebelum pembuatan instrumen soal, peneliti membuat kisi-kisi soal yang disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang akan diuji melalui soal-soal persamaan dan fungsi kuadrat dan juga pedoman penilaian untuk menetapkan skor yang akan diperoleh oleh setiap individu dari hasil jawaban soal essay yang diujikan. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen tes dan pedoman penilaian pada tabel 3.2. Tabel 3.2

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI SELF-DIRECTED LEARNING MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF.

3 19 84

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI TEAMS-ASSISTED INDIVIDUALIZATION.

0 1 47

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF.

13 25 98

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERORIENTASI TEORI VAN HIELE.

0 3 48

Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

0 0 12