9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran
2.1.1.1. Hakikat belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan dalam Purwanto 2010:84
beberapa ahli mengemukakan defini belajar sebagai berikut: a.
Hilgard dan Bower mengemukakan bahwa “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya”.
b. Gagne menyatakan bahwa, “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatan performance-nya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu ia mengalami situasi tadi”.
c. Morgan mengemukakan bahwa, “belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d. Witherington menjelaskan bahwa, “belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu arah
pengertian”. Selanjutnya menurut Thursan Hakim dalam Fathurrohman dan Boby
2009:6 belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut dinampakan dalam bentuk peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain- lain kemampuannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dalam pengertian luas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dan
kepribadiannya melalui pelatihan, pengalaman, atau dengan stimulus yang diberikan orang lain kepadanya. Sedangkan dalam arti sempit Sardiman 2013:20
berpendapat bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan, yaitu usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. 2.1.1.2.
Teori-teori Belajar 2.1.1.2.1.
Teori Belajar Behavioristik Skinner dalam Rifa’i dan Catharina 2012:90 menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perilaku dalam belajar mempunyai
arti luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tampak innert behaviour atau perilaku yang tidak tampak overt behaviour. Perilaku yang tampak
misalnya: menulis, menendang, memukul, sedangkan perilaku yang tidak nampak misalnya: berpikir, bernalar dan berkhayal.
Aspek penting yang dikemukan oleh para ahli behavioristik dalam belajar adalah hasil belajar perubahan perilaku itu tidak disebabkan oleh kemampuan
internal manusia insight, tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa dikelas dapat mencapai hasil yang
optimal, maka stimulusharus dirancang sedemikian rupa menarik dan spesifik sehingga mudah direspon oleh siswa.
a Teori Belajar Classical Conditioning
Teori belajar Classical Conditioning dikembangkan oleh Ivan Pavlov 1849-2936 seorang psikolog Rusia. Dari percobaan-percobaan yang
dilakukannya didapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat di pelajari; dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dapat dibedakan dua
macam refleks, yaitu refleks wajar unconditioned reflex dan refleks bersyaratrefleks yang dapat dipelajari conditioned reflex Purwanto 2010:90.
Dalam membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang pengkondisisan tertentu, yaitu dengan melakukan pancingan dengan sesuatu yang
dapat sesuatu yang dapat menumbuhkakn tinglah laku itu Sanjaya 2014:118. Purwanto 2010:91 menyebutkan bahwa menurut teori conditioning
belajar adalah suaru proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat conditions yang kemudian menimbulkan reaksi response. Yang terpenting
menurut teori ini adalah adanya latihan-latihan yang kontinu. Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil dari
conditioning. yakni hasil dari latihan-latihan dan kebiasaan-kebiasaan mereaksi syarat-syaratperangsang-perangsang
tertentu yang
dialaminya didalam
kehidupannya. b
Teori Operant Conditioning Teori Operant Conditioning dikembangkan oleh Burr Federic Skinner
1904-1990. Skinner memandang manusia sebagai mesin. Seperti mesin lainnya, manusia bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap
stimulus yang datang dari luar. Dalam mengkaji tentang belajar, Skinner memiliki pandangan yang berbeda dengan Pavlov. Pavlov mempelajari tentang classical
conditioning yang berkaitan dengan refleks, sedangkan Skinner mempelajari gerak non refleks atau perilaku yang disengaja.
Rifa’i dan Catharine 2012:101. Dalam mempelajari tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan
respon, Skinner dalam Sanjaya 2014:118 membedakan adanya dua macam respons, yaitu:
a Respondent response reflextive response, yaitu respon yang ditimbulkan
oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu
mendahului respon yang ditumbulkannya. b
Operant response instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
kemudian disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.
c Teori Systematic Behaviour
Clark C. Hull dalam Purwanto 2010:97 mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau “keadaaan terdorong” oleh motif, tujuan, maksud,
aspirasi, ambisi harus ada pada diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi
belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat oleh
individu itu. Prinsip penguat reinforcer menggunakan seluruh situasi yang
memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang
misalnya: uang, perhatian, afeksi, aspirasi sosial tingkat tinggi. Jadi prinsip yang utama adalah: suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum
belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan kebutuhannya atau
memuaskan kebutuhannya. Dua hal yang sangat penting dari Hull ialah adanya incentive motivation
motivasi intensif dan drive stimulus reduction pengurangan stimulus pendorong kecepatan berrespon berubah bila besarnya hadiah berubah.
d Teori Koneksionisme
Edward Thorndike mengembangkan teori koneksionisme di Amerika serikat 1874-1949. Menurutnya koneksi conection merupakan asosiasi antara
kesan-kesan penginderaan dengan dorongan untuk bertindak, yakni upaya untuk menggabungkan antara kejadian penginderaan dengan perilaku. Dalam hal ini
menitik beratkan pada aspek fungsional dari perilaku, yaitu bahwa proses mental dan perilaku organisme berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya Rifa’i dan Catharine 2012:97. Menurut Thorndike dalam Purwanto 2010:98, dasar dari belajar adalah
trial and error mencoba-coba dan gagal, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi yang baruakan melakukan tindakan-tindakan yang bersifat
mencoba-coba, secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka
perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian dipegangnya. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang
cocok semakin lama semakin efisien. e
Modeling and observational learning Bandura dalam Rifa’i dan Catherine 2012:103 mengembangkan empat
tahap belajar melalui pengamatan atau modelling, yaitu: a
Tahap perhatian, individu memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif dan populer. Guru didalam kelasdapat menarik perhatian siswa
dengan cara menyampaikan petunjuk belajar yang jelas dan menarik, dan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran yang hendak disajikan..
b Tahap retensi, guru memodelkan perilaku yang akan ditiru siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan.
c Tahap reproduksi, siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku model.
d Tahap motivasional, siswa akan menirukan model karena merasakan bahwa
melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan. Tahap motivasional dari belajar melalui pengamatan
di kelas umumnya disebabkan oleh pujian yang diberikan oleh guru kepada siswa mampu menyesuaikan diri dengan model yang disampaikan oleh guru.
2.1.1.2.2. Teori Belajar Kognitif
Pikiran yang berada pada diri manusia adalah alat yang sangat bermanfaat dalam pembuatan makna sari suatu objek atau stimulus. Dari setiap mili detik,
manusia melihat, mendengar, merasakan sesuatu dan pada saat itu juga memutuskan apa yang sedang diamatinya, menghubungkan dengan apa yang telah
diketahui sebelumnya, dan membuat keputusan apakah objek yang telah diamati itu perlu disimpan atau dilupakan begitu saja.
Menurut Rifa’i dan Catharine 2012:105 psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia
luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikologi kognitif memandang
belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran,
Orienteri ng stimuli
and other
input Short
Term Sensor
y store STSS
Long Term
Memor y LTM
Short Term
Memory STM
Worki ng
Mem ory
WM
Physical input
Attenti on
Rehearsal Encoding
Forgetten Forgetten
response
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain , aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
dalam berpikir, yakni pengolahan informasi.
a. Teori belajar pengolahan informasi
Manusia mendapatkan berbagai informasi yang memasuki pikiran melalui alat-alat penginderaan, seperti melihat mendengar, atau merasakan. Setiap
informasi yang masuk ke dalam alat penginderaan itu sebagian ada yang dilupakandan ada yang masuk kedalam alat penginderaan tanpa disadari. Namun
ada informasi yang disimpan sebentar di dalam memori kemudian dilupakan. Demikian pula ada sebagian informasi yang disimpan lebih lama, boleh jadi
sepanjang hayatnya. Menurut
Rifa’i dan Catharine 2012:107 Proses mengingat ataupun melupakan informasi dapat divisualisasikan dalam gambar berikut:
Bagan 2.1 . Model Pengolahan Informasi Gage dan Berliner dalam
Rifa’i dan Catherine 2012:107
Bagan model tersebut menunjukan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus mencerminkan batas antara peristiwa
kognitif internal dan dunia eksternal. Dalam model tersebut, tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh
seseorang dan disimpan secara cepat didalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek Short Term Sensory StoreSTSS. Apabila informasi itu
diperhatikan, maka informasi itu disimpankan ke memory jangka pendek Short Term MemorySTM dan sistem prnampungan memori jangka pendek Working
MemoryWM. Informasi di dalam STMatau WM, jika diulang-ulang rehearsal ataupun disandikan encoding, maka dapat dimasukan ke dalam memori jangka
panjang Long Term MemoryLTM. Para teorisi belajar kognisi seperti Gage dan Berlier 1984 dan Slavin
1994 dalam Rifa’i dan Catharine 2012: 112 membagi memori jangka panjang ke dalam tiga bagian, yaitu:
a Memori episodik episodic memory adalah memori tentang pengalaman
personal, yakni semacam gambaran mental mengenai sesuatu yang telah dilihat atau didengar, disimpan dalam bentuk bayangan yang diatur
berdasarkan kapan dan bagaimana peristiwa itu terjadi. b
Memori semantik semantic memory berisi tentang fakta dan informasi yang tergeneralisasi yang telah diketahui sebelumnya; konsep-konsep, prinsip, dan
cara menggunakan informasi tersebut; serta keterampilan pemecahan masalah dan strategi belajar. Dengan kata lain, dalam proses penyandian semantik,
informasi yang disampaikan didasarkan pada arti dari kata yang menggambarkan suatu peristiwa dan konteks penggunaannya, diatur dalam
bentuk jaringan sejumlah gagasan oleh Piaget disebut skema. c
Memori prosdural procedural memory menunjukan pada pengetahuan tentang cara mengajarkan sesuatu know how, terutama dalam tugas-tugas
fisik. Jenis memori ini simpan dalam serangkaian pasangan stimulus-respon. Kemampuan mengendarai mobil, mengoperasikan komputer, bersepeda
adalah contoh-contoh keterampilan yang tersimpan dalam memori prosedural. b.
Teori Konstruksivisme Menurut Semiawan 2008:3 konstruktivisme bertolak dari pendapat bahwa
belajar adalah membangun to construct pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang from
within. Dalam perbuatan belajar seperti itu bukan apa isi pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental kita untuk
menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan
digest dan pemahamannya. Bettencourt
dalam Sardiman
2013:37 menyimpulkan
bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realistis, tetapi lebih hendak
melihat bagian proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari sisubjek belajar untuk
merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.
Teori belajar konstruktivisme
memfokuskan pada
peserta didik
megkonstruksikan pengetahuannya
sendiri melalui
interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan dari pemikiran tersebut, menurut Rifa’i dan Catharina 2012:115 teori ini menetapkan empat asumsi tentang belajar, yaitu:
a Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat
dalam belajar aktif; b
Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi sendiri atas kegiatannya sendiri;
c Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang
menyampaikan maknanya kepada orang lain; d
Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan peserta didik yang mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.
2.1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dan kepribadiannya, belajar dapat pula diartikan sebagai penambahan pengetahuan. Dalam
pelaksanaanya proses tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Purwanto 2010:102 menggolongkan faktor-faktor tersebut menjadi 2 golongan, yaitu:
faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual kematangan pertumbuhan, kecerdasar, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi, dan faktor yang ada di luar yang disebut dengan faktor sosial keluarga
keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan, kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Sedangkan Rifa’i dan Catherine 2012:80 menyebutkan bahwa faktor- faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah
kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan
intelektual, emosional; kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di lingkungan peserta
didik, seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar stimulus yang dipelajari direspon, tmpat belajar, iklim, suasan lingkungan, dan budaya belajar
masyarakat. Sejalan dengan Rifa’i dan Catherine, Sardiman 2013:39 juga secara garis
besar mengklasifikasikan faktor yang berpengaruh terhadap belajar, yaitu faktor intern dari dalam diri si subjek belajar dan faktor ekstrn dari luar diri si subjek
belajar. Menurutnya faktor intern menyangkut faktor fisiologis dan psikologis. Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah motivasi, konsentrasi, reaksi,
organisasi, pemahaman, dan ulangan. Kehadiran faktor psikologis akan senantiasa memberi landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar.
2.1.1.4. Hakikat Pembelajaran
Menurut Briggs dalam Rifa’i dan Catherine 2012:157, pembelajaran adalah seperangkat peristiwa events yang mempengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga memperoleh kemudahan. Sedangkan Gagne menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal
peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi
nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dan
peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal lisan, dan dapat pula scara nonverbal, seperti
penggunaan media komputer dalam pembelajaran. Namun demikian, apapun media yang digunakan dalam pembelajaran itu, esensi pembelajaran adalah
ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran ditunjukan untuk membantu proses
belajar. Aktivitas komunikasi itu dapat dilakukan secara mandiri, yakni ketika peserta didik melakukan aktivitas belajar mandiri self instructing, seperti
mengkaji buku, malakukan kegiatan di labortatorium, atau menyelesaikan proyek inkuiri, dan dapat pula secara berkelompok seperti halnya pembelajaran dikelas.
Keuntungan dari pembelajaran mandiri adalah bahwa peserta didik self larner pada akhirnya mampu menggunakan keterampilan dan strategi pengelolaan
belajara mandiri. Rifa’i dan Catherine 2012:157-159. Sedangkan menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengenal dan memahami sesuatu
yang sedang
dipelajari. Adapun
humanistik mendeskripsikan
pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan
pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Hamdani 2011:23.
2.1.1.5. Ciri-ciri dan Komponen Pembelajaran
Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2009:11 memaparkan bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan, yaitu membentuk anak dalam suatu perkembangan tertuntu.
Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didisain utnuk mncapai tujuan yang ditetapkan.
b. Fokus materi kelas, terarah dan terencana dengan baik.
c. Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. d.
Aktor guru yang cermat dan tepat. e.
Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing- masing
f. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
g. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran melibatkan beberapa komponen Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2009:13. Komponen-komponen tersebut
adalah sebagai berikut: a.
Tujuan Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakansuatu cita- cita yang bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang
harus ditanamkan kepada peserta didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam linkungansosial, baik
disekolah maupun diluar sekolah. b.
Bahanmateri pelajaran Bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam
pengajaran, sebab bahan pengajaran merupakan inti dalm proses belajar mengajar. Materi pelajaran yang komperhensif, terorganisir secara sistematis
dan didskripsikan dengan jelas akan berpengaruh terhadap intensitas proses pembelajaran.
c. Strategimetode pembelajaran
Strategi pembeajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efiktivitasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih, model-model pembelajran yang tepat, metode mengajar yang sesuai
dan teknik-teknik yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yakni:
a Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
b Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c Situasi berlainan keadaannya
d Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya
e Kepribadian dan kompetnsi guru yang berbeda beda.
d. Sember pelajaran
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Seperti manusia dalam
keluarga, sekolah, masyarakat, bukuperpustakaan, media massa majalah, surat kabar, radio, tv dan lain-lain, lingkungan alam dan sosial, alat pelajaran
buku pelajaran, peta, gambar, papan tulis, spidol dan lain-lain museum tempat penyimpanan benda-benda kuno
e. Mediaalat pembelajaran
Semua yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Media brfungsi untuk meningkatkan
peranan strategi pembelajaran.karena media menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam- dalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan
hasil beajar siswa guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi mempunyai tujuan secara umum seperti: mengumpulkan
data-data yang membuktikan taraf kemajuan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan; memungkinkan pendidikguru menilai aktivitaspengalaman
yang didapat siswa dalam pembelajaran; menilai metodemengajar yang dipergunakan.
g. Subjek belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena
peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai
perubahan perilaku pada diri subjek belajar. 2.1.1.6.
Strategi dan Metode Mengajar Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara.
Sedangkan secara umum, strategi diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Selanjutnya menurut
Fathurrohman dan Sobry Sutikno 2009:3 strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mncapai tujuan yang telah digariskan. Atau dngan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mncapai tujuan pengajaran tertentu. Menurut Hamdani 2011:19 strategi pengajaran terdiri atas metode dan
teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaranlebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. Dengan kata lain,
metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Sama halnya dengan strategi, metode juga dapat diartikan sebagai cara,
menurut Fathurrohman dan Sutikno 2009:55 metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang
ditetapkan. Hamdani 2011:80 mengartikan metode pembelajaran sebagai cara
yang dipergunakan oleh gurudalam mengadakan hubungan dengan siswapada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan
alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Sedangkan model pembelajaran adalah pola umum perilaku pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Joyce dan Weil Berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain dalam Rusman 2013:133. Jadi model pembelajaran dapat dikatakan sebagai strategi atau metode
pembelajaran yang sudah terpolakan secara umum. 2.1.1.7.
Metode Pembelajaran Konvensional Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode pembelajaran
konvensional. Konvensional dapat diartikan sebagai metode pembelajaran tradisional. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dengan
menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu memberi materi melalui metode ceramah, latihan soal, dan pemberian tugas Abimanyu 2008:
6.3. Dengan demikian, peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan. Guru merupakan pemberi informasi, sedangkan siswa hanya sebagai penerima
informasi dari guru. Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah: siswa adalah
penerima informasi secara pasif; belajar secara individual; pembelajaran sangat abstrak dan teoritis; perilaku dibangun atas kebiasaan; kebenaran bersifat absolut
dan pengetahuan bersifat final; guru penentu jalannya proses pembelajaran; perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; interaksi guru dan siswa kurang.
Sejalan dengan hal tersebut Djamarah 2013:97 menyebutkan metode ceramah dapat dikatakan sebagai metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode ini menuntuk keaktifan guru daripada anak didik,
dengan kata lain metode ini lebih bersifat teacher centered atau berpusat pada guru.
Menurut Fathurrahman dan Sutikno 2009:61, Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar yang menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam pembelajaran perhatian terpusat kepada guru sedangkan siswa hanya menerima
secara pasif. Dalam hal ini timbul kesan siswa hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang disampaikan guru. Metode ini cocok digunakam
untuk menyampaikan informasi, kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan untuk menyampaikan materi yang berkenaan dengan
pengertian-pengertian atau konsep. Menurut Djamarah 2013:97 metode ceramah memiliki kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut: a
Kelebihan metode ceramah adalah: guru menguasai kelas; mudah mengorganisasaikan tempat dudukkelas; dapat diikuti oleh jumlah siswa
yang besar; mudah mempersiapkan dan melaksanakannya; guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b Kelemahan metode ceramah adalah: mudah menjadi verbalisme pengertian
kata-kata; yang visual menjadi rugi, audiotif mendengar yang besar menerimanya; bila selalu digunakan terlalu lama, membosankan.
2.1.1.8. Pemilihan Strategi Belajar Mengajar
Awal dari menentukan strategi pembelajaran adalah menentukan tujuan pembelajaran secara jelas. Dengan tujuan yang jelas, dapat diketahui apa yang
diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana, serta berapa besar tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pertanyaan ini tidak mudah dijawab
sebab selain siswa berbeda, setiap guru juga mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang berbeda. Disamping itu tujuan yang bersifat afektif, seperti sikap
dan perasaan sukar untuk diuraikan dijabarkan dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini
didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut dapat membentuk siswa untuk mencapai hasil yang optimal.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih strategi belajar mengajar menurut Gerlacah dan Ely dalam Hamdani 2011:55, yaitu:
a. Efisien
Strategi yang efisien adalah strategi yang tepat guna, sesuai untuk mencapai tujuan dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga ataupun biaya.
b. Efektif
Cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan menentukan transferbilitas kemampuan memindahkan prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika kemampuan
mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dibandingkan
strategi lain, strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan. Menurut Fathurrohman dan Sutikno 2009:59 efektivitas penggunaan metode dapat
terjadi bila ada kesesuaian antara metode dan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.
c. Kriteria lain
Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. Guru yang kratif akan melihat
tujuan yang dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian memilih strategi yang efektif dan efisien.
2.1.2. Model Pembelajaran Examples Non Examples