1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya, seperti yang
tertuang dalam lampiran Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menerangkan
bahwa “Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara
pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat”. Kata pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar”. Belajar dapat diartikan proses
penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peran penting
di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa, salah satunya adalah
motivasi. Menurut Sardiman 2013:75 motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono 2006:33 menyebutkan bahwa
kondisi dari luar yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek belajar.
Namun dalam pelaksanaannya, setelah melakukan wawancara dengan beberapa Kepala SD di Gugus Palapa Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap,
ditemukan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan belajar megajar. Diantaranya adalah pembelajaran yang bersifat teacher centered atau
pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga proses pembelajaran dianggap kurang menarik perhatian dan motivasi belajar siswa. Terbatasnya penggunaan
media pembelajaran pendukung juga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Meskipun di setiap SD sudah tersedia penunjang pembelajaran seperti LCD, tidak
banyak guru yang memaksimalkan alat tersebut. Sehingga siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Komunikasi berlangsung hanya satu arah, yaitu
guru kepada siswa. Hal ini tentu dapat menyebabkan kurangnya pemahaman dan penerimaan pesan oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil Ulangan
Akhir Semester UAS siswa kelas IV khususnya pada mata pelajaran IPS. Hasil UAS genap tahun ajaran 20152016 siswa kelas IV di Gugus Palapa
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap, bisa dikatan cukup rendah. Di SD Panimbang 01, 13 dari 26 siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimum KKM 65, dengan rata-rata kelas 62,58. Di SD Panimbang 03, 20 dari
28 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang sudah ditetapkan, yaitu 75 dengan rata-rata kelas 71,79. Sedangkan di SD Panimbang 04, 3 dari 16 siswa
mendapatkan nilai dibawah 65, dengan rata-rata kelas 72,75. Sama halnya dengan SD Panimbang 05, 9 dari 31 siswa mendapatkan nilai dibawah 65 dengan rata-rata
kelas yaitu 71,35. Sedangkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 Ayat 1 telah dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya wajib memuat Ilmu Pengetahuan Sosial. Selanjutnya
menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 14 tahun 2007 tentang Standar Isi Program Paket A, Program Paket B dan Progran Paket C,
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Program Paket A SDMISDLB sampai Program Paket B
SMPMTsSMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada Paket A mata pelajaran IPS
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sardjiyo dkk 2009:1.26 IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Tujuan adanya mata pelajaran IPS di sekolah adalah membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tangah-tengah kekuatan fisik dan sosial.
Dewasa ini, banyak model dan metode pembelajaran inovatif guna menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menarik,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar para siswanya. Salah satunya adalah model pembelajaran Examples Non Examples. Model Pembelajaran Example non
example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa
gambar-gambar, foto dan kasus yang bermuatan masalah Aris Shoimin, 2014:73.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru dapat dibantu dengan media pembelajaran. Selain membantu guru, media pembelajaran dapat
memudahkan siswa untuk memahami isi materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu media yang sering diguanakan guru saat ini adalah media berbasis
teknologi komputer. Bentuk inovasi dari penggunaan media berbasis komputer dapat berupa
penggunaan media interaktif. Dengan ini diharapkan mampu memberi dukungan terlaksananya komunikasi interaktif antara guru, siswa dan media sebagai syarat
pelaksanaan pembelajaran. Salah satu contoh pengembangan yang dilakukan oleh Arif Mahya Fanny dan Siti Partini Saudirman dari Universitas Veteran Bangun
Nusantara dan Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Sekolah Dasar Kelas V” menghasilkan bahwa pada aspek pembelajaran, aspek isi
atau materi dan aspek media, produk pengembangan yang berupa multimedia interaktif memperoleh kategori “layak” sebagai media pembelajaran IPS kelas V
sekolah dasar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Komang Wardanika, Made
Sulastri dan Ketut Dibia dari jurusan PGSD dan BK Universitas Pendidikan Ganesha berjudul
“Pengaruh Model
Examples Non Examples
terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring” yang
menyimpulkan bahwa: hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t
ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Examples Non Examples dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, diketahui bahwa thit ttab thit = 4,302 ttab
= 2,021. Dari rata-rata hasil belajar diketahui kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran examples non examples lebih baik daripada
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 20132014 di SD Gugus III
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten gianyar. Dari uraian tersebut, menjadi alasan peneliti melaksanakan penelitian yang
berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Example Non Example Menggunakan Media Interaktif Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD,
Studi kasus SDN Gugus Palapa Kabupaten Cilacap”.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah model pembelajaran Example Non Example dengan bantuan
media Interaktif lebih efektif bila dibandingkan dengan model konvensional dengan CD pembelajaran terhadap motivasi belajar IPS
siswa kelas IV SD gugus Palapa Kabupaten Cilacap? 2.
Apakah model pembelajaran Example Non Example dengan bantuan media Interaktif lebih efektif bila dibandingkan dengan model
konvensional dengan CD pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD gugus Palapa Kabupaten Cilacap?
1.3. TUJUAN PENELITIAN