32 sekitar. Guru yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik akan
menghambat jalannya proses pembelajaran. Selain keempat kompetensi yang telah disebutkan, Daryanto 2013:181-2
menyatakan terdapat beberapa peranan guru yang sesuai dengan profil kemampuan
dasar profesional guru dalam proses belajar mengajar. Peranan tersebut yaitu: 1 Menguasai bahan pelajaran, 2 Mengelola program
belajar mengajar, 3 Mengelola kelas, 4 Menggunakan media dan sumber, 5 Menguasai landasan-landasan kependidikan, 6 Mengelola
interaksi belajar mengajar, 7 Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, 8 Mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, 9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10 Memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berdasarkan penjelasan mengenai kompetensi guru, maka dapat disimpulkan bahwa setiap guru harus memiliki kompetensi-kompetensi guru
tersebut. Tolok ukur bahwa guru dikatakan sebagai guru yang berhasil adalah guru yang dapat memberikan pembelajaran yang baik sesuai dengan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu siswa akan mengalami peningkatan hasil belajar
2.1.8.2 Standar Siswa
Siswa sebagai subjek dalampembelajaran tidak mempunyai standarkhusus yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, namun dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 16 disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu Depdiknas
2013:152.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan orang-orang yang ingin belajar dan memperoleh pendidikan melalui
33 pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Nasution 1993 dalam
Djamarah 2011:123 menyatakan bahwa masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir
yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelasataudua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuksekolah dasar, dan
dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap- sikap dan tingkah lakunya. Pada usia siswa yang masih berada di tingkat SD
menurut Piaget 1998 dalam Rifa’i dan Anni 2012:34, menjelaskan bahwa usia 7- 11 tahun masuk dalam periode operasional kongkret. Pada periode operasinal
kongkret, anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkret. Periode ini disebut operasi kongkret sebab berpikir
logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Operasi kongkret hanyalah menunjukkan kenyataan adanya hubungan dengan pengalaman empirik-
kongkret yang lampau dan masih mendapat kesulitan dalam mengambil kesimpulanyang logis dari pengalaman-pengalaman yang khusus.
Suryobroto 1990:119 dalam Djamarah 2011:124 menyebutkan bahwa masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada
masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa usia sekolah menurut Suryobroto
dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu: 1 Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun dan 2 Masa kelas-kelas
tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun.Djamarah 2011:124-5 menyatakan beberapa sifat khas anak-anak pada
kelas pada masa kelas rendah sekolah dasar antara lain:
34 a.
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-
peraturan permainan yang tradisional. c.
Ada kecenderungan memuji sendiri. d.
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting. f.
Pada masa kelas rendah terutama pada umur 6–8 tahun anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa khususnya usia sekolah dasar membutuhkan sosok pembimbing dalam pembelajaran yang mampu mengubah tingkah laku. Pembimbing yang dimaksud
adalah guru yang nantinya dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswanya.
Bloom 1956 dalam Rifa’i dan Anni 2012:70-4 menjelaskan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, ranah tersebut meliputi: 1
Ranahkognitif, 2 Ranah afektif, dan 3 Ranah psikomotorik. Ranah Kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah Afektif, yaitu berkaitan dengan
perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah Psikomotorik, yaitu berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian, dan kreativitas.
35 Berdasarkan penjelasan Bloom 1956, dapat disimpulkan bahwa siswa
harus memiliki kemampuan pada ranah-ranah yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan-kemampuan tersebut harus dapat di-
bantu dan dikembangkan oleh guru, sehingga pada proses pembelajaran guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa.
2.1.8.3 Standar Proses Pembelajaran