13
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kajian pustaka akan diuraikan mengenai kajian teori, kajian empiris, dan kerangka berpikir. Kajian teori berisi teori-teori dari para ahli yang
terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian empiris menguraikan penelitian-penelitian yang sejenis dengan penelitian yang dilakukan. Pada bagian
ini juga akan dikemukakan mengenai kerangka berpikir penelitian. Penjelasan lebih rinci akan dikemukakan pada uraian berikut.
2.1 Kajian Teori
Pada bagian kajian teori dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Kajian teori berisi tentang definisi dan konsep tentang hakikat
belajar, hakikat pembelajaran, hakikat pembelajaran bahasa Indonesia, hakikat membaca permulaan, aspek-aspek membaca, tahapan membaca, pembelajaran
membaca permulaan, standar pembelajaran efektif, dan faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran. Kajian teori ini akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Hakikat Belajar
Suyono dan Hariyanto 2011:9 menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Pernyataan tersebut menjelaskan belajar dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan yang diistilahkan denganpengalaman experience. Pengalaman yang
14 terjadi berulang kali menghasilkan pengetahuan knowledge, atau a body of
knowledge. Gross 1991 dalam Suyono dan Hariyanto 2011:11 menyatakan bahwa sebagai akibat praktik belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis,
tidak memberikan kesempatan berkreasi dan belum mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal. Suyono dan Hariyanto 2011:11
mengidentifikasi enam mitos tentang belajar: 1 Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan; 2
Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan sekolah; 3 Pembelajar harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang
diberikan guru; 4 Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru; 5 Belajar harus sistematis, logis dan terencana; 6
Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan. Mitos tersebut timbul karena dilandasi oleh fakta. Banyak
praktikpembelajaran di sekolah yang menunjukkan pelaksanaan hal-hal tersebut. Oleh sebab itu suasana belajar di sekolah harus berlangsung secara aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Witherington 1952dalam Suyono dan Hariyanto 2011:11 menyatakan
bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Crow and Crow 1958 dalam Suyono dan Hariyanto 2011:12 menyatakan bahwa
Belajar merupakan diperolehnya kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru, belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi
kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan,
by heart, di luar kepala tanpa mempedulikan makna. Rote learning merupakan lawan dari meaningful learning pembelajaran bermakna.
Djamarah 2011:13 menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
15 pengalaman individu. Daryanto 2013:2 menyatakan bahwa secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cronbach 1954 dalam Suyono dan Hariyanto 2011:126 menyatakan Ada tujuh unsur utama dalam proses belajar, meliputi:
1. Tujuan
Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila
diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu. 2.
Kesiapan Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak
perlu memiliki kesiapan. Kesiapan tersebut berupa kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk
melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar. 3.
Situasi Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang
dimaksud situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai
administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain. 4.
Interpretasi Anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan diantara
komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian
tujuan. 5.
Respon Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam
mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa
usaha coba-coba, trial and error. 6.
Konsekuensi Konsekuensi ini berupa hasil, dapat hasil positif keberhasilan
maupun hasil negatif kegagalan sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.
7. Reaksi terhadap kegagalan
Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun, dapat juga mem-
bangkitkan semangat karena dia mau belajar dari kegagalannya. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hakikat belajar, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses. Proses yang dimaksudkan di sini adalah proses perubahan tingkah laku individu atau kelompok yang didapat
16 melalui pengalaman-pengalamannya sendiri. Keberhasilan dalam belajar tidak
hanya ditentukan oleh satu komponen saja. Siswa akan berhasil dalambelajar apabila komponen belajar saling mendukung, seperti situasi belajar yang
meliputi:lingkungan tempat belajar, alat dan bahan yang dipelajari, dan guru.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran