Gambaran Subvariabel Faktor Siswa

88 memahami karakteristik siswa. Kedua, sebanyak 8 responden atau 50 dari total responden berada pada kategori sedang. Sisanya, 3 responden atau 18,75 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan penghitungan statistik deskkriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa sebesar 1,88. Hasil penghitungan mean indikator kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.22, dapat disimpulkan indikator kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori rendah. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan kurang dari angka 2.

4.2.1.2 Gambaran Subvariabel Faktor Siswa

Subvariabel faktor siswa terdiri dari 6 item pernyataan. Satu pernyataan memiliki rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor siswa, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item adalah 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden 89 yaitu jumlah item dikali skor minimal 6x1, sehingga diperoleh 6. Skor tertinggi yang diperoleh responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×6, sehingga diperoleh 24. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 24-6, yaitu 18. Deviasi standar σ angket ini diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 18:6, sehingga diperoleh angka 3. Mean teoritis μ angket ini diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 6×2,5, sehingga diperoleh angka 15. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.23 Tabel 4.23 Rangkuman Penghitungan Subvariabel Faktor Siswa Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 24 6 18 3 15 Data tersebut kemudian disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan oleh Azwar 2015:149 mengenai kategori interval. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.24. Tabel 4.24 Kategori Interval Subvariabel Faktor Siswa Interval Kategori X {15– 1,0 3 } Rendah {15 – 1,0 3 } ≤ X {15 + 1,0 3 } Sedang {15 + 1,0 3 }≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.24 maka diperoleh kategori interval faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I pada subvariabel 90 faktor siswa. Kategori interval faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I pada subvariabel faktor siswa dapat dibaca pada Tabel 4.25. Tabel 4.25 Kategori Interval Subvariabel Faktor Siswa Interval Kategori X 12 Rendah 12 ≤ X 18 Sedang 18 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.25, diketahui responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 12, mengalami faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan dari suvariabel faktor siswa tergolong rendah. Responden yang mempunyai skor dari 12 hingga kurang dari 18 berarti responden mengalami hambatan dari subvariabel faktor siswa tergolong sedang. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 18 maka responden tersebut mengalami hambatan dari subvariabel faktor siswa tergolong tinggi. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor siswa sebesar 18. Kesimpulan faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I SD pada subvariabel faktor siswa di Gugus Diponegoro Kecamatan Adiwerna tergolong kategori tinggi. Hal ini disebabkan rata-rata skor yang dihasilkan sama dengan 18. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membacapermulaan pada subvariabel faktor siswa dapat dibaca pada Tabel 4.26. 91 Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan pada Subvariabel Faktor Siswa Interval Kategori F X 12 Rendah - - 12 ≤ X 18 Sedang 7 43,75 18 ≤ X Tinggi 9 56,25 Jumlah 100 Tabel 4.26, diketahui bahwa tidak ada responden yang mengalami hambatan pembelajaran membaca permulaan subvariabel faktor siswa yang ber- kategori rendah. Kedua, sebanyak 7 responden atau 43,75 dari total responden mengalami hambatan pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor siswa berada pada kategori sedang. Sisanya, 10 responden atau 56,25 berada pada kategori tinggi. Selengkapnya dapat dibaca pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Diagram Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan pada Subvariabel Faktor Siswa Subvariabel faktor siswa terdiri dari 3 indikator yaitu jasmani siswa, psikologis siswa, dan keluarga. Masing-masing indikator mempunyai kategori 43.75 56.25 Faktor Siswa rendah sedang tinggi 92 interval yang berbeda. Hal ini dikarenakan jumlah pernyataan setiap indikator berbeda. Berikut deskripsi data masing-masing indikator pada subvariabel faktor siswa. 4.2.1.2.1 Indikator Jasmani Siswa Indikator jasmani siswa terdiri dari dua pernyataan. Satu pernyataan memiliki rentang skor 1 sampai 4. Interval indikator jasmani siswa terdiri dari dua pernyataan. Satu pernyataan memiliki rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval indikator jasmani siswa, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 2x1, sehingga diperoleh 2. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×2, sehingga diperoleh 8. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 8-2, yaitu 6. Deviasi standar σ indikator jasmani siswa diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 6:6, sehingga diperoleh angka 1. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 93 2×2,5, sehingga diperoleh angka 5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.27. Tabel 4.27 Rangkuman Penghitungan Indikator Jasmani Siswa Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 8 2 6 1 5 Tabel 4.27 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.28 Tabel 4.28 Kategori Interval Jasmani Siswa Interval Kategori X {5 – 1,0 1 } Rendah {5 – 1,0 1 } ≤ X {5 + 1,0 1} Sedang {5 + 1,0 1 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.28, maka diperoleh kategori interval pada Indikator jasmani siswa. Kategori interval pada indikator jasmani siswa dapat dibaca pada Tabel 4.29. Tabel 4.29 Kategori Interval Jasmani Siswa Interval Kategori X 4 Rendah 4 ≤ X 6 Sedang 6 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.28, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 4 mengalami hambatan yang rendah pada 94 indikator jasmani siswa. Responden yang mempunyai skor dari 4 hingga kurang dari 6 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator jasmani siswa. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 6, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator jasmani siswa. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator jasmani siswa dapat dibaca pada Tabel 4.30. Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Jasmani Siswa Interval Kategori F X 4 Rendah - - 4 ≤ X 6 Sedang 1 6,25 6 ≤ X Tinggi 15 93,75 Jumlah 100 Tabel 4.30 diketahui bahwa 1 responden atau 6,25 dari total responden mengalami hambatan sedang pada indikator jasmani siswa. Sebanyak 15 responden atau 93,75 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator jasmani siswa sebesar 6,5. Hasil penghitungan mean indikator jasmani siswa dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.28, dapat disimpulkan indikator jasmani siswa menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan lebih dari angka 6. 4.2.1.2.2 Indikator Psikologis Siswa Indikator psikologis siswa terdiri dari dua pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval indikator psikologis siswa, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data 95 minimal Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 2x1, sehingga diperoleh 2. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×2, sehingga diperoleh 8. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 8-2, yaitu 6. Deviasi standar σ indikator psikologis siswa diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 6:6, sehingga diperoleh angka 1. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 2×2,5, sehingga diperoleh angka 5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.31. Tabel 4.31 Rangkuman Penghitungan Indikator Psikologis Siswa Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 8 2 6 1 5 96 Tabel 4.31 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.32. Tabel 4.32 Kategori Interval Psikologis Siswa Interval Kategori X {5 – 1,0 1 } Rendah {5 – 1,0 1 } ≤ X {5 + 1,0 1} Sedang {5 + 1,0 1 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.32, maka diperoleh kategori interval pada Indikator psikologis siswa. Kategori interval pada indikator psikologis siswa dapat dibaca pada Tabel 4.33. Tabel 4.33 Kategori Interval Psikologis Siswa Interval Kategori X 4 Rendah 4 ≤ X 6 Sedang 6 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.33, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 4 mengalami hambatan yang rendah pada indikator psikologis siswa. Responden yang mempunyai skor dari 4 hingga kurang dari 6 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator psikologis siswa. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 6, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator psikologis siswa. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator psikologis siswa dapat dibaca pada Tabel 4.34. 97 Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Psikologis Siswa Interval Kategori F X 4 Rendah - - 4 ≤ X 6 Sedang 8 50 6 ≤ X Tinggi 8 50 Jumlah 100 Tabel 4.34 diketahui bahwa 8 responden atau 50 dari total responden mengalami hambatan sedang pada indikator psikologis siswa. Sebanyak 8 responden lainnya atau 50 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator psikologis siswa sebesar 5,56. Hasil penghitungan mean indikator psikologis siswa dapat dibaca pada lampiran 12. Berdasarkan Tabel 4.34, dapat disimpulkan indikator psikologis siswa menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 4 hingga kurang dari 6. 4.2.1.2.3 Indikator Keluarga Indikator keluarga terdiri dari dua pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval indikator keluarga, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi 98 enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 2x1, sehingga diperoleh 2. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×2, sehingga diperoleh 8. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 8-2, yaitu 6. Deviasi standar σ indikator keluarga diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 6:6, sehingga diperoleh angka 1. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 2×2,5, sehingga diperoleh angka 5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.35. Tabel 4.35 Rangkuman Penghitungan Indikator Keluarga Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 8 2 6 1 5 Tabel 4.35 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.36. Tabel 4.36 Kategori Interval Indikator Keluarga Interval Kategori X {5 – 1,0 1 } Rendah {5 – 1,0 1 } ≤ X {5 + 1,0 1} Sedang {5 + 1,0 1 }≤ X Tinggi 99 Berdasarkan subtitusi Tabel 4.36, maka diperoleh kategori interval pada Indikator keluarga. Kategori interval pada indikator psikologis siswa dapat dibaca pada Tabel 4.37. Tabel 4.37 Kategori Interval Indikator Keluarga Interval Kategori X 4 Rendah 4 ≤ X 6 Sedang 6 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.37, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 4 mengalami hambatan yang rendah pada indicator keluarga. Responden yang mempunyai skor dari 4 hingga kurang dari 6 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indicator keluarga. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 6, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indicator keluarga. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator keluarga dapat dibaca pada Tabel 4.38. Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Indikator Keluarga Interval Kategori F X 4 Rendah 1 6,25 4 ≤ X 6 Sedang 6 37,5 6 ≤ X Tinggi 9 56,25 Jumlah 100 Tabel 4.38 diketahui bahwa 1 responden atau 6,25 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator keluarga. Sebanyak 6 responden atau 37,5 mengalami hambatan yang sedang pada indikator keluarga. Sisanya 9 100 responden atau 56,25 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator keluarga. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator keluarga sebesar 5,94. Hasil penghitungan mean indikator keluarga dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.38, dapat disimpulkan indikator keluarga menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata- rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 4 hingga kurang dari 6. 4.2.1.3Gambaran Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Subvariabel faktor proses pembelajaran terdiri dari 15 item pernyataan. Satu pernyataan memiliki rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor proses pembelajaran, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal, data minimal, dan luas jarak sebaran. Setelah itu dilanjutkan menentukan deviasi standar σ dan mean teoritis μ. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item adalah 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 15x1, sehingga diperoleh 15. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan 101 jumlah keseluruhan item 4×15, sehingga diperoleh 60. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 60-15, yaitu 45. Deviasi standar σ angket ini diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 45:6, sehingga diperoleh angka 7,5. Mean teoritis μ angket ini diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 15×2,5, sehingga diperoleh angka 37,5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ yang dapat dibaca pada Tabel 4.39. Tabel 4.39 Rangkuman Penghitungan Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 60 15 45 7,5 37,5 Tabel 4.39 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan oleh Azwar 2015:149 tentang kategori interval. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.40. Tabel 4.40 Kategori Interval Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Interval Kategori X {37,5 – 1,0 7,5 } Rendah {37,5 – 1,0 7,5 } ≤ X {37,5 + 1,0 7,5} Sedang {37,5 + 1,0 7,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.40, maka diperoleh kategori interval faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I pada subvariabel faktor proses pembelajaran. Kategori interval subvariabel faktor proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.41. 102 Tabel 4.41 Kategori Interval Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Interval Kategori X 30 Rendah 30 ≤ X 45 Sedang 45 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.41, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 30 mengalami faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada suvariabel faktor proses pembelajaran tergolong rendah. Responden yang mempunyai skor dari 30 hingga kurang dari 45 berarti responden mengalami hambatan dari subvariabel faktor proses pembelajaran tergolong sedang. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 45 maka responden tersebut mengalami hambatan dari subvariabel faktor proses pembelajaran tergolong tinggi. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor proses pembelajaran sebesar 30,75. Kesimpulan faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I SD pada subvariabel faktor proses pembelajaran di Gugus Diponegoro Kecamatan Adiwerna tergolong kategori sedang. Hal ini disebabkan rata-rata skor yang dihasilkan diantara angka 30 hingga kurang dari 45. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor proses pembelajaran lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.42. Pada Tabel 4.42 diketahui bahwa 6 responden atau 37,5 mengalami 103 hambatan pembelajaran membaca permulaan pada subvariabel faktor proses pembelajaran tergolong rendah. Kedua, sebanyak 8 responden atau 50 dari total responden berada pada kategori sedang. Sisanya, 2 responden atau 12,5 berada pada kategori tinggi. Selengkapnya dapat dibaca pada Gambar 4.3. Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Faktor Penghambat Pembelajara Membaca Permulaan pada Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Interval Kategori F X 30 Rendah 6 37,5 30 ≤ X 45 Sedang 8 50 45 ≤ X Tinggi 2 12,5 Jumlah 100 Pada Tabel 4 Gambar 4.3 Diagram Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan pada Subvariabel Faktor Proses Pembelajaran Subvariabel faktor proses pembelajaran terdiri dari 6 indikator yaitu persiapan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, interaksi guru dan siswa, penilaian hasil belajar, dan tindak lanjut penilaian hasil belajar. Masing-masing indikator mempunyai kategori interval yang berbeda. Hal 38 50.00 12.50 Faktor Proses Pembelajaran rendah sedang tinggi 104 inidikarenakan jumlah pernyataan setiap indikator berbeda. Berikut deskripsi data masing-masing indikator pada subvariabel faktor proses pembelajaran. 4.2.1.3.1 Indikator Persiapan Pembelajaran Indikator persiapan pembelajaran terdiri dari tiga pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval persiapan pembelajaran, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 3x1, sehingga diperoleh 3. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×3, sehingga diperoleh 12. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 12-3, yaitu 9. Deviasi standar σ indikator persiapan pembelajaran diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 9:6, sehingga diperoleh angka 1,5. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 3×2,5, sehingga diperoleh angka 7,5. Berdasarkan penghitungan 105 tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.43. Tabel 4.43 Rangkuman Penghitungan Indikator Persiapan Pembelajaran Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 12 3 9 1,5 7,5 Tabel 4.43 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.44. Tabel 4.44 Kategori Interval Persiapan Pembelajaran Interval Kategori X {7,5 – 1,0 1,5 } Rendah {7,5 – 1,0 1,5 } ≤ X {7,5 + 1,0 1,5} Sedang {7,5 + 1,0 1,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.44, maka diperoleh kategori interval pada Indikator persiapan pembelajaran. Kategori interval pada indikator persiapan pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.45. Tabel 4.45 Kategori Interval Persiapan Pembelajaran Interval Kategori X 6 Rendah 6 ≤ X 9 Sedang 9 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.45, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 6 mengalami hambatan yang rendah pada indikator persiapan pembelajaran. Responden yang mempunyai skor dari 6 hingga 106 kurang dari 9 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator persiapan pembelajaran. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 9, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator persiapan pembelajaran. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator persiapan pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.46. Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Indikator Persiapan Pembelajaran Interval Kategori F X 6 Rendah 4 25 6 ≤ X 9 Sedang 9 56,25 9 ≤ X Tinggi 3 18,75 Jumlah 100 Tabel 4.46 diketahui bahwa 4 responden atau 25 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator persiapan pembelajaran. Sebanyak 9 responden atau 56,25 mengalami hambatan yang sedang pada indikator persiapan pembelajaran. Sisanya 3 responden atau 18,75 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator persiapan pembelajaran. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator keluarga sebesar 6,06. Hasil penghitungan mean indikator persiapan pembelajaran dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.45, dapat disimpulkan indikator persiapan pembelajaran menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 6 hingga kurang dari 9. 107 4.2.1.3.2 Indikator Strategi Pembelajaran Indikator strategi pembelajaran terdiri dari tiga pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval strategi pembelajaran, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 3x1, sehingga diperoleh 3. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×3, sehingga diperoleh 12. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 12-3, yaitu 9. Deviasi standar σ indikator strategi pembelajaran diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 9:6, sehingga diperoleh angka 1,5. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 3×2,5, sehingga diperoleh angka 7,5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.47. 108 Tabel 4.47 Rangkuman Penghitungan Indikator Strategi pembelajaran Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 12 3 9 1,5 7,5 Tabel 4.47 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.48. Tabel 4.48 Kategori Interval Indikator Strategi Pembelajaran Interval Kategori X {7,5 – 1,0 1,5 } Rendah {7,5 – 1,0 1,5 } ≤ X {7,5 + 1,0 1,5} Sedang {7,5 + 1,0 1,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.48, maka diperoleh kategori interval pada Indikator strategi pembelajaran. Kategori interval pada indikator strategi pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.49. Tabel 4.49 Kategori Interval Indikator Strategi Pembelajaran Interval Kategori X 6 Rendah 6 ≤ X 9 Sedang 9 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.49, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 6 mengalami hambatan yang rendah pada indikator strategi pembelajaran. Responden yang mempunyai skor dari 6 hingga kurang dari 9 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator strategi pembelajaran. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau 109 sama dengan 9, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator strategi pembelajaran. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator strategi pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.50. Tabel 4.50 Distribusi Frekuensi Indikator Strategi Pembelajaran Interval Kategori F X 6 Rendah 2 12,5 6 ≤ X 9 Sedang 12 75 9 ≤ X Tinggi 2 12,5 Jumlah 100 Tabel 4.50 diketahui bahwa 2 responden atau 12,5 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator strategi pembelajaran. Sebanyak 12 responden atau 75 mengalami hambatan yang sedang pada indikator strategi pembelajaran. Sisanya 2 responden atau 12,25 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator strategi pembelajaran. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator strategi pembelajaran sebesar 6,38. Hasil penghitungan mean indikator strategi pembelajaran dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.49, dapat disimpulkan indikator strategi pembelajaran menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 6 hingga kurang dari 9. 4.2.1.3.3 Indikator Media Pembelajaran Indikator media pembelajaran terdiri dari dua pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval media 110 pembelajaran, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 2x1, sehingga diperoleh 2. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×2, sehingga diperoleh 8. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 8-2, yaitu 6. Deviasi standar σ indikator media pembelajaran diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 6:6, sehingga diperoleh angka 1. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 2×2,5, sehingga diperoleh angka 5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.51. Tabel 4.51 Rangkuman Penghitungan Indikator Media Pembelajaran Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 8 2 6 1 5 Tabel 4.51 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 111 Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.52. Berdasarkan subtitusi Tabel 4.52, maka diperoleh kategori interval pada Indikator media pembelajaran. Kategori interval pada indikator media pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.53. Tabel 4.52 Kategori Interval Indikator Media Pembelajaran Interval Kategori X {5 – 1,0 1 } Rendah {5 – 1,0 1 } ≤ X {5 + 1,0 1} Sedang {5 + 1,0 1 }≤ X Tinggi Tabel 4.53 Kategori Interval Indikator Media Pembelajaran Interval Kategori X 4 Rendah 4 ≤ X 6 Sedang 6 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.53, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 4 mengalami hambatan yang rendah pada indikator media pembelajaran. Responden yang mempunyai skor dari 4 hingga kurang dari 6 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator media pembelajaran. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 6, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator media pembelajaran. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator media pembelajaran dapat dibaca pada Tabel 4.54. 112 Tabel 4.54 Distribusi Frekuensi Indikator Media Pembelajaran Interval Kategori F X 4 Rendah 3 18,75 4 ≤ X 6 Sedang 12 75 6 ≤ X Tinggi 1 6,25 Jumlah 100 Tabel 4.54 diketahui bahwa 3 responden atau 18,75 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator media pembelajaran. Sebanyak 12 responden atau 75 mengalami hambatan yang sedang pada indikator media pembelajaran. Sisanya 1 responden atau 6,25 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator media pembelajaran. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator media pembelajaran sebesar 4,06. Hasil penghitungan mean indikator media pembelajaran dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.54, dapat disimpulkan indikator media pembelajaran menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 4 hingga kurang dari 6. 4.2.1.3.4 Indikator Interaksi Guru dan Siswa Indikator interaksi guru dan siswa terdiri dari satu pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval, interaksi guru dan siswa, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. 113 Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 1x1, sehingga diperoleh 1. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×1, sehingga diperoleh 4. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 4-1, yaitu 3. Deviasi standar σ indikator interaksi guru dan siswa diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 3:6, sehingga diperoleh angka 0,5. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 1×2,5, sehingga diperoleh angka 2,5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.55. Tabel 4.55 Rangkuman Penghitungan Indikator Interaksi Guru dan Siswa Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 4 1 3 0,5 2,5 Tabel 4.55 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.56. 114 Tabel 4.56 Kategori Interval Indikator Interaksi Guru dan Siswa Interval Kategori X {2,5 – 1,0 0,5 } Rendah {2,5 – 1,0 0,5 } ≤ X {2,5 + 1,0 0,5} Sedang {2,5 + 1,0 0,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.56, maka diperoleh kategori interval pada Indikator interaksi guru dan siswa. Kategori interval pada indikator interaksi guru dan siswa dapat dibaca pada Tabel 4.57. Tabel 4.57 Kategori Interval Indikator Interaksi Guru dan Siswa Interval Kategori X 2 Rendah 2 ≤ X 3 Sedang 3 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.57, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 2 mengalami hambatan yang rendah pada indikator interaksi guru dan siswa. Responden yang mempunyai skor dari 2 hingga kurang dari 3 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator interaksi guru dan siswa. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 3, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator interaksi guru dan siswa. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator interaksi guru dan siswa dapat dibaca pada Tabel 4.58. Tabel 4.58 diketahui bahwa 4 responden atau 25 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator interaksi guru dan siswa. 115 Sebanyak 10 responden atau 62,5 mengalami hambatan yang sedang pada indikator interaksi guru dan siswa. Sisanya 2 responden atau 12,5 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator interaksi guru dan siswa. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator interaksi guru dan siswa sebesar 1,88. Hasil penghitungan mean indikator interaksi guru dan siswa dapat dibaca pada lampiran 12. Berdasarkan Tabel 4.58, dapat disimpulkan indikator interaksi guru dan siswa menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori rendah. Hal ini disebabkan rata- rata mean skor yang dihasilkan diantara kurang dari angka 2. Tabel 4.58 Distribusi Frekuensi Indikator Interaksi Guru dan Siswa Interval Kategori F X 2 Rendah 4 25 2 ≤ X 3 Sedang 10 62,5 3 ≤ X Tinggi 2 12,5 Jumlah 100 4.2.1.3.5 Indikator Penilaian Hasil Belajar Indikator penilaian hasil belajar terdiri dari tiga pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval penilaian hasil belajar, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak 116 sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 3x1, sehingga diperoleh 3. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×3, sehingga diperoleh 12. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 12-3, yaitu 9. Deviasi standar σ indikator penilaian hasil belajar diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 9:6, sehingga diperoleh angka 1,5. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 3×2,5, sehingga diperoleh angka 7,5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.59. Tabel 4.59 Rangkuman Penghitungan Indikator Penilaian Hasil Belajar Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 12 3 9 1,5 7,5 Tabel 4.59 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.60. 117 Tabel 4.60 Kategori Interval Indikator Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori X {7,5 – 1,0 1,5 } Rendah {7,5 – 1,0 1,5 } ≤ X {7,5 + 1,0 1,5} Sedang {7,5 + 1,0 1,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.60, maka diperoleh kategori interval pada indikator penilaian hasil belajar. Kategori interval pada indikator penilaian hasil belajar dapat dibaca pada Tabel 4.61. Tabel 4.61 Kategori Interval Indikator Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori X 6 Rendah 6 ≤ X 9 Sedang 9 ≤ X Tinggi Berdasarkan Tabel 4.61, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 6 mengalami hambatan yang rendah pada indikator penilaian hasil belajar. Responden yang mempunyai skor dari 6 hingga kurang dari 9 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator penilaian hasil belajar. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 9, responden tersebut mengalami hambatan yang tinggi pada indikator penilaian hasil belajar. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator penilaian hasil belajar dapat dibaca pada Tabel 4.62. Tabel 4.62 diketahui bahwa 1 responden atau 6,25 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator penilaian hasil belajar. 118 Sebanyak 12 responden atau 75 mengalami hambatan yang sedang pada indikator penilaian hasil belajar. Sisanya 3 responden atau 18,75 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator penilaian hasil belajar. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan Statistical Product and Series Solution SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator penilaian hasil belajar sebesar 6,75. Hasil penghitungan mean indikator penilaian hasil belajar dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.62, dapat disimpulkan indikator penilaian hasil belajar menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori sedang. Hal ini disebabkan rata- rata mean skor yang dihasilkan diantara angka 6 hingga kurang dari 9. Tabel 4.62 Distribusi Frekuensi Indikator Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori F X 6 Rendah 1 6,25 6 ≤ X 9 Sedang 12 75 9 ≤ X Tinggi 3 18,75 Jumlah 100 4.2.1.3.6 Indikator Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar terdiri dari tiga pernyataan. Satu pernyataan mempunyai rentang skor 1 sampai 4. Untuk menentukan interval tindak lanjut penilaian hasil belajar, maka terlebih dahulu menentukan data maksimal dan data minimal. Setelah itu menentukan luas jarak sebaran, deviasi standar dan mean teoritis. Data maksimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor maksimal. Data minimal diperoleh dengan cara jumlah item dikali skor minimal. Luas jarak sebaran diperoleh dengan cara jumlah data maksimal dikurangi jumlah data 119 minimal. Deviasi standar σ diperoleh dengan cara luas jarak sebaran dibagi enam satuan deviasi standar. Mean teoritis μ diperoleh jumlah item dikali nilai tengah. Nilai tengah diperoleh skor maksimal ditambah skor minimal dibagi dua. Jadi nilai tengah tiap item yaitu 4+1, sehingga diperoleh 2,5. Skor terendah yang diperoleh responden yaitu jumlah item dikali skor minimal 3x1, sehingga diperoleh 3. Skor tertinggi yang didapatkan responden yaitu skor maksimal tiap item dikalikan jumlah keseluruhan item 4×3, sehingga diperoleh 12. Luas sebaran skor range yaitu selisih skor tertinggi dan skor terendah 12-3, yaitu 9. Deviasi standar σ indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar diperoleh dari luas jarak sebaran range dibagi enam satuan deviasi standar 9:6, sehingga diperoleh angka 1,5. Mean teoritis μ diperoleh dari jumlah item dikalikan nilai tengah skor 3×2,5, sehingga diperoleh angka 7,5. Berdasarkan penghitungan tersebut, maka dapat dirangkum data maksimal, data minimal, luas jarak sebaran, deviasi standar σ dan mean teoritis μ dapat dibaca pada Tabel 4.63. Tabel 4.63 Rangkuman Penghitungan Indikator Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Data maksimal Data minimal Luas jarak sebaran Deviasi standar σ Mean teoritis μ 12 3 9 1,5 7,5 Tabel 4.63 disubtitusikan ke kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan penghitungan, nilai μ-1,0σ dan μ+1,0σ bisa diketahui dan dapat dibaca pada Tabel 4.64. 120 Tabel 4.64 Kategori Interval Indikator Indikator Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori X {7,5 – 1,0 1,5 } Rendah {7,5 – 1,0 1,5 } ≤ X {7,5 + 1,0 1,5} Sedang {7,5 + 1,0 1,5 }≤ X Tinggi Berdasarkan subtitusi Tabel 4.64, maka diperoleh kategori interval pada Indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Kategori interval pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar dapat dibaca pada Tabel 4.65. Tabel 4.65 Kategori Interval Indikator Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori X 6 Rendah 6 ≤ X 9 Sedang 9 ≤ X Tinggi Tabel 4.66 Distribusi Frekuensi Indikator Tindak Lanjut Penilaian Hasil Belajar Interval Kategori F X 6 Rendah 6 37,5 6 ≤ X 9 Sedang 9 56,25 9 ≤ X Tinggi 1 6,25 Jumlah 100 Berdasarkan Tabel 4.65, diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor angket kurang dari 6 mengalami hambatan yang rendah pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Responden yang mempunyai skor dari 6 hingga kurang dari 9 berarti responden mengalami hambatan sedang pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Jika responden penelitian mempunyai skor lebih dari atau sama dengan 9, responden tersebut mengalami 121 hambatan yang tinggi pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Tingkat faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar dapat dibaca pada Tabel 4.66. Berdasarkan Tabel 4.66 diketahui bahwa 6 responden atau 37,5 dari total responden mengalami hambatan yang rendah pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Sebanyak 9 responden atau 56,25 mengalami hambatan yang sedang pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Sisanya 1 responden atau 6,25 dari jumlah total responden mengalami hambatan yang tinggi pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar. Berdasarkan penghitungan statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 20, diperoleh mean hambatan pada indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar sebesar 5,63. Hasil penghitungan mean indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar dapat dibaca pada lampiran 18. Berdasarkan Tabel 4.66, dapat disimpulkan indikator tindak lanjut penilaian hasil belajar menghambat pembelajaran membaca permulaan pada kategori rendah. Hal ini disebabkan rata-rata mean skor yang dihasilkan kurang dari angka 6.

4.2.1.4 Gambaran Subvariabel Faktor Sarana prasarana

Dokumen yang terkait

PENGARUH HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKN MATERI HARGA DIRI KELAS III TERHADAP TINGKAT HARGA DIRI SISWA GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

1 7 143

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PUISI PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS V DI SD INKLUSI KOTA TEGAL

3 60 226

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KRAGILAN Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kragilan 2 Gemolong Tahun 2013/2014.

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA PEDESLOHOR KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL.

1 8 110

IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT SISWA DALAM PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SD NEGERI 1 SANDEN KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL.

1 5 107

ANALISIS KESULITAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SD NEGERI BANGUNREJO 2 KRICAK TEGALREJO YOGYAKARTA.

7 62 130

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MURID KELAS II SD KRATON YOGYAKARTA.

8 53 89

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR GULING KE DEPAN SISWA KELAS IV SD NEGERI EX GUGUS KREATIF KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG.

0 0 83

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI PENERAPAN PEMBELAJARAN PENJASKES AKTIVITAS LUAR KELAS SD GUGUS 5 DAN 6 KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO.

0 0 103

FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PIANIKA DI SD NEGERI GUGUS GAJAH MADA KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

0 1 75