Karakteristik Fisik Hutan Kota Srengseng

53. Eugenia cumini Jamblang 59. Switenia mahagoni Mahoni 54. Ficus benyamina Beringin 60. Syzigiumaqu aea Jambu Air 55. Filicium decipiens Kirai Payung 61. Tectonagran dis Jati 56. Flacaurtia rucam Rukem 62. Terminaliaca ptappa Ketapang 57. Gmelina arborea Gmelina 63. Khaya spp Khaya 58. Jacaranda acutifolia Jakaranda 64. Bagerstropim ia speciosa Bungur Sumber: Informasi Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provindi DKI Jakarta Jenis yang mendominasi adalah Akasia. Kondisi hutannya mencerminkan bentuk hutan yang lebih hijau. Terdapat beberapa lapisan tajuk yang terbentuk, baik tajuk teratas, dibawahnya dan tumbuhan bawah. Jenis tumbuhan yang dikembangkan merupakan tumbuhan yang bermanfaat untuk penyangga kehidupan dan kenyamanan serta merupakan kawasan resapan air. Pada kawasan hutan kota Srengseng terdapat 4 layer dengan kerapatan rata-rata 2.570 Spesiesha. Stratifikasi yaitu strata I, Strata II, Strata III, dan Strata IV. Vegetasi pada strata IV lebih banyak dibandingkan pada strata lain, pada strata IV terdapat pepohonan yang menghasilkan buah, bunga dan mendatangkan serangga sebagai pakan burung. Rincian jenis pohon pada tiap strata dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Beberapa Jenis Vegetasi pada Plot Strata di Hutan Kota Srengseng No. Strata Nama Lokal Nama Latin 1. I Rumput Salak Soka Ophiopongon - Salacca edulis Inora sp Ophiopongon sp 2. II Alang-alang Harendong pohon Walisongo Imperata cylindrical Barassaia actinaphyla 3. III Filicium Bungur Kemladingan Schefflera spp Bagerstropimia speciosa Luecaena glauca 4. IV Jati Kayu Putih Matoa Mangga Tectona grandis Eucalyptus alba Pometia piñata Mangifera indica Sumber: Informasi Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provindi DKI Jakarta Satwa liar yang dijumpai pada lokasi hutan kota Srengseng meliputi jenis burung Air Raja Udang Halyon chloris, Burung Emprit Longchura sp, dan beberapa jenis kadal Mabuai sp, biawak Viranus salvator, Ular Tanah, Ular Air, Tikus, dan Katak. Sedangkan beberapa jenis serangga yang ditemukan meliputi Kupu Kuning, Belalang, Gangsir, dan Orong-orong. 11

h. Tipe, Bentuk dan Struktur Hutan Kota Srengseng

Peran Hutan Kota Srengseng sebagai kawasan konservasi dan pelestarian plasma nutfah, kemudian Hutan Kota Srengseng masuk ke dalam bentuk hutan kota bergerombol atau menumpuk. Selanjutnya struktur Hutan Kota Srengseng berstrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat Semak, Terna, Liana, Epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.

i. Fungsi dan Manfaat

Kawasan hutan ini selain berfungsi sebagai kawasan lindung, baik flora dan fauna, juga dimanfaatkan sebagai kawasan rekreasi, wahana penelitian plasma nutfah, peredam bising, dan pusat pelatihan bagi petugas pengelola hutan kota diseluruh DKI Jakarta dan sekitarnya. 12 11 Ibid.,h.29-30. 12 Dinas Kehutanan DKI Jakarta, Informasi Kawasan Hutan Kota DKI Jakarta, Jakarta: tt.p, t.t.

j. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat pada Hutan Kota Srengseng terdiri dari: 1 Taman rekreasi beserta beberapa jenis mainan anak 2 Gapura Hutan Kota yang dibangun tahun 2006 3 Tempat parkir yang luas dan memadai 4 Menara pengamat dengan fasilitas panjat tebing 5 Tempat atraksi digunakan sebagai pusat kegiatan. 13 Fasilitas pada Hutan Kota Srengseng dapat dinikmati oleh seluruh pengunjung agar lebih nyaman berada disana.

C. Kelayakan Hutan Kota Srengseng Sebagai Daerah Tujuan Wisata di

Jakarta Barat 1. Kelayakan Kondisi Fisik Pada aspek ini akan dilihat bagaimana potensi kondisi fisik Hutan Kota Srengseng sebagai daerah tujuan wisata menggunakan tabel analisis untuk penilaian kondisi fisik. Hasil dari skor dapat memberikan informasi tentang mendukung atau tidaknya kondisi fisik hutan kota Srengseng sebagai daerah tujuan wisata. Pada tabel 4.8 dapat dilihat harkat kelas dan kriteria kondisi fisik beserta hasil penskoran. Tabel 4.8 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Fisik No Unsursubunsur Nilai Skor, jika : Hasil 1. Produktivitas Tanah a. Tanah subur b. Tanah cukup suur c. Tanah kurang subur d. Tanah tidak subur Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada 1 4 3 2 1 2. Penggunaan Lahan a. Hutan b. Penampungan air c. Perkebunan d. Bangunan permanen Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 4 4 3 2 1 3. Morfologi Ada 3 Ada 2 Ada 1 Ada 1 13 Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, op.cit,.h. 30-31 a. Pegunungan b. Perbukitan c. Dataran d. Dataran Rendah 4 3 2 1 1 4. Keberadaan bentang air a. Mata air pegunungan b. Sungai c. Air tanah sumur d. SituDanau Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 3 4 3 2 1 5. Kebersihan lingkungan a. Bebas dari polusi udara b. Bebas dari polusi air c. Bebas dari polusi tanah d. Bebas dari polusi suara Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 2 4 3 2 1 Jumlah 11 Sumber : Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam Jakiatin Nisa: 2007:36 dalam Septiyani Aziz: 2014:38 Berdasarkan hasil skoring pada tabel 4.8 terdapat unsur produktivitas tanah, khusus Hutan Kota Srengseng produktivitas tanah dapat dikatakan cukup subur. Hal ini dikarenakan tanah pada bagian dalam Hutan Kota Srengseng merupakan timbunan sampah yang sampai sekarang belum seluruhnya terurai, sehingga akar tunggal pada pepohonan tidak dapat menghujam sampai ke bawah dan beralih pada sisi samping tanah yang menyebabkan akar pohon tidak kuat menahan beban pada pohon terlebih pohon tersebut besar dan sudah tua yang pada akhirnya pohon mudah tumbang apalagi pada musim kemarau. Kendati demikian, meskipun kondisi tanah kurang subur pengurus Hutan Kota Srengseng terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas tanah dengan cara memberikan pupuk organik berupa humus yang berasal dari dedaunan yang jatuh dari pohon dan membusuk di tanah dan menghasilkan unsur hara untuk pohon, selanjutnya pengurus juga menyiram pepohonan setiap 2 hari sekali yang sumber airnya berasal dari air di danau buatan sehingga ketersediaan air pada pohon terus terjaga. Untuk pohon yang sering tumbang pengurus menyangga pohon dengan kayu terlebih jika pohon tersebut masih muda dan melakukan penyulaman pohon. Selanjutnya untuk unsur penggunaan lahan pada Hutan Kota Srengseng terdiri dari: hutan, penampungan air, perkebunan, dan rumah permanen. Mayoritas lahan pada hutan kota Srengseng digunakan untuk hutan konservasi dan Hutan Kota Srengseng merupakan hutan kota terbesar se- Jakarta Barat. Pada tahun 2011 terdapat beberapa 65 jenis pohon dan di tahun 2014 terdapat 80 jenis pohon. Penambahan jenis pohon terus dilakukan oleh pengurus, penambahan pohon dilakukan setahun 3 kali, setiap sekali kegiatan menanam terdapat 2.000 pohon yang ditanam. Sehingga setiap tahunnya variasi pohon di hutan kota terus bertambah. Bibit pohon dapat berasal dari pemerintah setempat dan pengunjung yang ingin menanam pohon di lokasi. Hutan kota juga memberikan fungsi pelestarian hewan-hewan khususnya burung-burung. Pada bagian pulau buatan yang berada di tengah danau Hutan Kota ditanami oleh pohon yang menghasilkan buah sehingga banyak burung-burung singgah di hutan kota untuk makan bahkan sampai berkembang biak. Unsur morfologi yang terdapat pada hutan konservasi ini adalah dataran. Hal ini dikarenakan Hutan Kota Srengseng terletak di DKI Jakarta yang morfologinya merupakan dataran. Unsur selanjutnya adalah keberadaan bentang alam yang terdiri dari sungai, air tanah sumur, dan situ. Pada dasarnya di dalam Hutan Kota Srengseng tidak terdapat sungai, namun sungai yang bernama Kali Pesanggrahan ini berada dekat sekali dengan Hutan Kota Srengseng dan tidak dapat dipisahkan, mengingat antara Kali Pesanggrahan dan danau Hutan Kota Srengseng memiliki keterkaitan. Apabila Kali Pesanggrahan meluap maka air sungai tersebut dialirkan menuju pintu air yang ada di danau sehingga resiko banjir dapat diminimalisir. Situ pada Hutan Kota Srengseng merupakan danau buatan, danau ini memiliki kedalaman kurang lebih 3,5 meter yang dapat berfungsi untuk menyiram pepohonan, sarana rekreasi, tempat perkembangbiakan ikan, dan drainase. Pengurus Hutan Kota Srengseng sering menyebar benih-benih ikan agar ikan tersebut dapat dipancing oleh pengunjung, namun sering kali pengunjung yang memancing membuah sampah sembarangan ke dalam danau, bukan hanya yang memancing tetapi juga pengunjung lain yang hanya bersantai di dalam Hutan Kota Srengseng. Sampah yang dibuang ke danau lama kelamaan mengendap sehingga kedalaman danau berkurang menjadi kurang lebih 1m, hal ini juga didukung oleh faktor cuaca yang panas sehingga menyebabkan tingginya penguapan di danau. Saat ini keadaan danau pada Hutan Kota Srengseng sangat memprihatinkan. Tingginya sedimentasi di danau membuat pengurus Hutan Kota Srengseng harus mengeruk material endapan sehingga kembali bersih dan tidak dangkal. Sumur yang terdapat pada Hutan Kota Srengseng merupakan sumur air tanah yang dapat dimanfaatkan untuk air minum, MCK mandi, cuci, dan kakus, serta menyiram tanaman. Air tersebut memiliki kualitas yang baik sehingga dapat dikonsumsi oleh warga Hutan Kota Srengseng. Unsur terakhir dalam kriteria kondisi fisik adalah kebersihan lingkungan. Jika kita berkunjung ke Hutan Kota Srengseng maka kita akan mendapati suasana yang tenang, hal ini dikarenakan banyak pohon yang menyerap polusi suara sehingga Hutan Kota Srengseng bebas dari polusi suara, selain itu di Hutan Kota Srengseng juga tidak terdapat polusi udara dikarenakan banyaknya pepohonan yang menyerap polusi sehingga udara dalam Hutan Kota Srengseng bersih dan segar. Untuk polusi air sebenarnya untuk air tanah pada Hutan Kota Srengseng termasuk tidak terkontaminasi polusi, namun dikarenakan air danaunya sudah tercemar oleh tumpukan sampah maka dikategorikan tidak terbebas dari polusi air. Selanjutnya untuk polusi tanah masih terdapat di Hutan Kota Srengseng, hal ini disebabkan tumpukan sampah yang terdapat di tanah Hutan Kota Srengseng masih belum terurai dan banyaknya pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Setelah mengetahui unsur-unsur fisik yang terdapat pada Hutan Kota Srengseng sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan maka selanjutnya adalah menentukan prosedur kelas dukungan pada faktor fisik. Berdasarkan hasil observasi didapatkan skor 11. Skor 11 yang didapat termasuk dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut. Tabel 4.9 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Fisik Kelas Tingkat Penilaian Jenjang rata-rata harkat Pemerian I Sangat Mendukung 16,2-20 Suatu kawasan yang sangat besar dukungan fisik terhadap objek wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan II Mendukung 12,4-16,1 Suatu kawasan besar dukungan fisik terhadap objek wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan III Kurang mendukung 8,6-12,3 Suatu kawasan yang kurang didukungan fisiknya, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan IV Tidak mendukung 3,8-8,5 Tidak terdapat dukungan fisik terhadap objek wisata dikawasan yang diobservasi Sumber : Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam Jakiatin Nisa: 2007:36 dalam Septyiani Aziz: 2014:45 Berdasarkan penentuan kelas dukungan pada faktor fisik pada tabel 4.8 didapatkan jumlah skor sebesar 11. Sesuai dengan tabel 4.9 maka dukungan pada faktor fisik masuk dalam kelas III yaitu kurang mendukung untuk dijadikan daerah tujuan wisata.

2. Kelayakan Kondisi Sosial dan Budaya

Pada aspek ini akan dilihat bagaimana kondisi sosial dan budaya kawasan Hutan Kota Srengseng menggunakan tabel analisis untuk penilaian kondisi sosial budaya. Melalui hasil skor tabel 4.10 akan memberikan gambaran bagaimana potensi sosial budaya Hutan Kota Srengseng sebagai daerah tujuan wisata.