Kelayakan Kondisi Sosial dan Budaya
ini membudidayakan sendiri tanaman hias mereka sehingga apabila sudah siap untuk dijual maka akan diletakkan pada bagian sisi depan lahan sehingga
pengunjung bisa melihat dan membelinya. Keberadaan petani tanaman hias ini memberikan manfaat ganda bagi Hutan Kota Srengseng, yaitu membuat
pemandangan lebih indah dan memberikan income dari uang sewa yang dapat disetor ke dinas dan dikelola kembali dari dinas untuk kepentingan hutan kota.
Jenis mata pencaharian selanjutnya yaitu PNS Pegawai Negeri Sipil jenis mata pencaharian ini masih minoritas di daerah Kelurahan Srengseng.
Kemudian jenis mata pencaharian pedagang, perdagangan pada masyarakat Hutan Kota Srengseng merupakan jenis mata pencaharian yang mayoritas,
mulai dari perdagangan besar sampai pengecer. Terakhir adalah sektor swasta yang merupakan jenis mata pencaharian sebagian masyarakat Hutan Kota
Srengseng, seperti bekerja di perusahaan swasta. Unsur yang kedua yaitu artefak. Masyarakat sekitar Hutan Kota
Srengseng merupakan masyarakat yang masih cukup kental menjalankan ritual budaya khususnya budaya Betawi. Sub unsur artefak yaitu keberadaan dan
dominasi bentuk rumah yang masih terdapat di Kelurahan Srengseng adalah Rumah Kebaya dan Rumah Gudang. Rumah Kebaya adalah rumah Betawi
yang bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya,
sedangkan Rumah Gudang merupakan rumah yang bentuknya memanjang dari teras rumah sampai bagian belakang rumah, rumah ini berbentuk persegi
panjang yang luas. Selanjutnya sub unsur keberadaan dominasi perlengkapan rumah tinggal terdapat bale dan teras rumah yang cukup luas. Bale merupakan
tempat bersantai yang berbentuk persegi panjang terbuat dari bambu atau kayu, sedangkan teras rumah yang cukup luas merupakan tempat menjamu tamu.
Sub unsur yang terakhir dari artefak adalah keberadaan dan dominasi pakaian yaitu peci atau liskol untuk penutup kepala laki-laki dan kerudung untuk
penutup kepala perempuan. Selanjutnya baju kokosadariah dan celana batik
merupakan pakaian sehari-hari laki-laki yang masih sering digunakan pada masyarakat sekitar Hutan Kota Srengseng. Kemudian pakaian pengantin
Betawi yaitu Dandanan Care Haji dan Dandanan Care None Pengantin Cine yang identik dengan warna mencolok misalnya merah-emas. Cara berpakaian
Betawi ini masih dipakai oleh masyarakat sekitar Hutan Kota Srengseng. Unsur ketiga yaitu adat istiadat. Pada masyarakat sekitar Hutan Kota
Srengseng adat istiadat seperti tata cara sebelum perkawinan yang biasa disebut ngelamar, tata cara adat pernikahan, tata cara adat sebelum melahirkan
empat bulanin dan tujuh bulanin, dan tata cara adat setelah melahirkan aqiqah masih sangat digunakan oleh masyarakat setempat. Hal ini
dikarenakan selain mempertahankan kebudayaan nenek moyang juga banyak manfaat yang diperoleh dari berlangsungnya tata cara adat tersebut, seperti
misalnya acara empat bulanin yang bermaksud agar anak yang berada di dalam kandungan ditulis takdirnya oleh Allah dengan takdir yang baik-baik, dan
masih banyak lagi manfaat yang terdapat pada adat kebudayaan Betawi. Unsur keempat yaitu keragaman objek yang dapat dinikmati.
Pengunjung dapat menikmati panorama pemandangan tanaman hias, panrama pepohonan hutan dan panorama perairan berupa danau buatan.
Unsur yang kelima adalah variasi kegiatan yang dilakukan wisatawan. Pengunjung dapat melakukan kegiatan seperti melihat pemandangan hutan,
belanja tanaman hias yang bervariasi, menanam pohon di hutan, dan membuat biopori. Kegiatan menanam pohon hutan biasanya dilakukan oleh lembaga
seperti sekolah yang mengajak siswai berkunjung ke Hutan Kota Srengseng sebagai bahan pembelajaran.
Unsur keenam yaitu event-event budaya. Sub unsur yang terdapat pada event-event budaya adalah upacara sunatan, tujuh bulanan, perkawinan, dan
kematian. Pada saat upacara sunatan terdapat Pengantin Sunat Selanjutnya adalah sub unsur cerita rakyat legenda, yaitu Si Pitung dan
Si Jampang yang keduanya merupakan sosok pahlawan dari Betawi. Kisah Si
Pitung dan Si Jampang masih banyak diketahui oleh penduduk sekitar baik dewasa maupun anak-anak. Kemudian sub unsur kesenian, terdapat Gambang
Kromong, Lenong Betawi, Tari Topeng, dan Ondel-ondel. Kesenian tersebut banyak ditampilkan ketika acara Ulang Tahun Jakarta dan Festival Budaya
Betawi di Hutan Kota Srengseng. Unsur ketujuh yaitu cendramata lokal. Terdapat sub unsur makanan
olahan khas jumlahnya lebih dari 5 jenis, yaitu Ketoprak, Gado-gado, Soto Betawi, Wajik, Ketupat Sayur dan Kerak Telor. Makanan tersebut banyak
dijajakan di depan pintu masuk Hutan Kta Srengseng, untuk wajik biasanya pembeli harus memesan terlebih dahulu dan untuk Kerak Telor biasanya
dijajakan pada acara Festival Budaya Betawi dan Ulang Tahun Jakarta. Sub unsur selanjutmya yaitu produk pertanian tanaman dengan jenis produk
tanaman hias. Unsur-unsur sosial dan budaya yang terdapat pada Hutan Kota
Srengseng sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan mendapatkan jumlah skor 40. Setelah mengetahui jumlah skor selanjutnya adalah menentukan
prosedur kelas dukungan pada faktor sosial dan budaya yang dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut.
Tabel 4.11 Prosedur Penentuan Kelas Dukungan pada Faktor Sosial dan Budaya
Kelas Tingkat
Penilaian Jenjang
rata-rata harkat
Pemerian I
Sangat Mendukung
45,5-56 Suatu
kawasan yang
sangat besar
dukungan sosial dan budaya terhadap keberadaan objek wisata, berdasarkan
parameter-parameter yang ditetapkan II
Mendukung 35-45,4
Suatu kawasan besar dukungan sosial dan budaya terhadap keberadaan objek wisata,
berdasarkan parameter-parameter
yang ditetapkan
III Kurang
mendukung 24,5-34,9 Suatu kawasan yang kurang dukungan
sosial dan
budayanya, berdasarkan
parameter-parameter yang ditetapkan IV
Tidak mendukung
10,5-24,4 Tidak terdapat dukungan sosial dan budaya terhadap
keberadaan objek
wisata dikawasan yang diobservasi
Sumber : Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, 1996 dalam Jakiatin Nisa: 2007:36 dalam Septiyani Aziz: 2014:45
Berdasarkan hasil penskoran tabel 4.10 mengenai kondisi sosial dan budaya masyarakat sekitar Hutan Kota Srengseng didapatkan hasil total skor
40, sesuai dengan tabel 4.11 jumlah skor tersebut masuk kelas II yaitu mendukung. Hal ini berarti bahwa kondisi sosial dan budaya mendukung
dijadikan daerah tujuan wisata.