Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan PPK sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus Universitas Sumatera Utara P2DTK untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah PISEW untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemensektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan diprioritaskan pada desa- desa tertinggal www.pnpm-mandiri.com. Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals MDGs. Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut. Di dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian khusus terhadap PNPM Perkotaan. Hal ini dikarenakan tingkat kemiskinan di daerah perkotaan tidak lebih baik dari pada daerah perdesaan khususnya di wilayah Sumatera Utara. berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara No. 320812Th. X, 1 Agustus 2007 sumut.bps.go.idf_brsMiskin-010807.pdf, penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan di Sumatera Utara pada bulan Maret 2007 sebesar 1,768 juta orang 13,90 Universitas Sumatera Utara persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Mei tahun 2006 yang berjumlah 1,980 juta orang 15,66 persen, berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 211,3 ribu orang. 52,89 persen penduduk miskin Sumatera Utara berada di perdesaan dan 47,11 persen berada di perkotaan. Pada bulan Maret 2007 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp. 178.132 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan sebesar Rp. 205.379 per kapita per bulan dan untuk perdesaan sebesar Rp. 154.827 per kapita per bulan. Berdasarkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan tidak lebih baik dari pada daerah perdesaan. Menurut Jones 1991: 294, pelaksanaan atau implementasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar kegiatan tersebut, yaitu: 1 Organisasi: pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit, serta metode-metode untuk menjadikan program berjalan; 2 Interpretasi: menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat yang dapat diterima; 3 Penerapan ketentuan rutin pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau pelengkapan program. Salah satu hal yang dikemukakan oleh Jones di atas bahwa untuk mengoperasikan sebuah program diperlukan organisasi. PNPM Mandiri Perkotaan juga memiliki organisasi pelaksana untuk mengimplementasikan program pemerintah tersebut agar tujuan dan sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Kartono 2005: 15, manajemen adalah inti dari administrasi sedang kepemimpinan merupakan inti dari organisasi dan manajemen. Karena itu kepemimpinan merupakan inti dari administrasi, manajemen, dan organisasi. Jadi kepemimpinan menduduki fungsi kardinal paling penting, terutama dan sentral dalam organisasi, Universitas Sumatera Utara manajemen, maupun administrasi. Selanjutnya, masih menurut Kartono 2005: 6 kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin ada relasi interpersonal. Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu. Kepemimpinan terdapat di segenap organisasi, dari tingkat yang paling kecil dan intim, yaitu keluarga sampai ke tingkat desa, kota, negara, dari tingkat lokal, regional, sampai nasional dan internasional, dimana pun dan kapan pun juga. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau satu organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada di tengah-tengah kelompoknya anak buah, bawahan, rakyat. Berdasarkan berbagai hal tersebut di atas, kita dapat mengambil pemahaman bahwa kepemimpinan menduduki fungsi sentral dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Di dalam menerapkan kepemimpinan, seorang pemimpin tentunya menerapkan gaya, tingkah laku, atau cara masing-masing. Gaya, cara, atau tingkah laku dari pemimpin inilah yang dinamakan dengan gaya kepemimpinan. Selanjutnya, menurut Thoha 1995: 49, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Jadi, kepemimpinan dan gaya kepemimpinan sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, faktor gaya kepemimpinan ini juga dapat mempengaruhi kinerja bawahan. Menurut Rivai 2007: 64, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan Universitas Sumatera Utara seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Hal senada juga dikemukakan oleh Goleman 2007: 64 bahwa kinerja dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin. Salah satu badan pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan adalah Badan Keswadayaan Masyarakat BKM. BKM merupakan dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan, dan sebagai lembaga BKM dapat bertindak sebagai representasi masyarakat warga penduduk kelurahan. Karena merupakan pimpinan kolektif masyarakat dalam mewujudkan tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan maka BKM merupakan salah satu badan yang memiliki peran vital dalam pencapaian tujuan PNPM Mandiri Perkotaan. BKM ini diharapkan menjadi lembaga yang mandiri, yang memiliki rasa keikhlasan dan tanpa mengharapkan imbalan untuk mewujudkan berbagai tujuan yang telah ditetapkan. BKM diharapkan memiliki kinerja yang baik demi keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Hasil penelitian Lenni Linovpa yang berjudul, ”Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat terhadap Keberhasilan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan” 2007: 120 mengemukakan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh kinerja anggota BKM terhadap keberhasilan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP adalah sebesar 39 . Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja BKM cukup berpengaruh terhadap keberhasilan dari P2KP. PNPM Mandiri Perkotaan sendiri merupakan program penyempurnaan dari P2KP. Selanjutnya, dari berbagai teori yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah gaya kepemimpinan. Penulis menarik asumsi bahwa hal yang sama juga berlaku terhadap kinerja dari Badan Keswadayaan Masyarakat BKM karena di dalam struktur organisasi PNPM Universitas Sumatera Utara Mandiri Perkotaan, BKM juga memiliki pemimpin atau pendamping yang memiliki fungsi menggerakkan, memfasilitasi, dan membimbing anggota BKM sehingga mampu untuk mandiri di dalam menjalankan perannya. Berkaitan dengan kinerja BKM Kelurahan Syahmad, penilaian masyarakat terhadap hal ini adalah bahwa BKM kurang memiliki indikator yang memang layak untuk dijadikan pedoman dan ukuran bagi kelompok masyarakat yang akan menerima dana bantuan langsung masyarakat. BKM kurang jeli di dalam melihat kelompok masyarakat mana yang lebih membutuhkan dana tersebut lebih diprioritaskan dibanding kelompok masyarakat lain yang juga memberikan usulan kegiatan. Misalnya, dalam hal perbaikan lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan sementara penulis, ada suatu wilayah di lingkungan III Kelurahan Syahmad yang sering dilanda banjir ketika musim hujan, banjir selalu melanda daerah ini setahun sekali bahkan hingga dua tahun sekali. Bahkan ketika tidak turun hujan pun daerah tersebut bisa kebanjiran karena mendapat banjir kiriman dari daerah lain. Hal ini karena di lokasi tersebut ada sungai dan tali air yang merupakan sebab permasalahan yang bisa mendatangkan banjir kiriman dari daerah lain dan ketika musim hujan tiba maka sungai dan parit ini meluap hingga menimbulkan banjir setinggi lebih dari satu meter. Ketika banjir seperti ini, penduduk di lokasi tersebut terpaksa mengungsi ke rumah tetangga yang areanya lebih tinggi. Mereka mengaku kecewa karena sudah mengusulkan kepada BKM Kelurahan Syahmad agar membangun tembok penghalang terhadap sungai dan parit tersebut sehingga ketika musim hujan tiba banjir tidak meluap lagi ke rumah mereka, namun hingga saat ini tidak ada kejelasan apakah BKM menyetujuinya atau tidak karena hingga saat ini tembok tersebut tidak juga dibangun. Mereka tidak memiliki informasi yang jelas apakah tembok tersebut akan dibangun nanti atau memang tidak Universitas Sumatera Utara dibangun sama sekali. Hal inilah yang membuat mereka kecewa karena di daerah lain WC, MCK, dan Tong Sampah yang diusulkan dibuat, sedangkan usulan mereka belum juga dikabulkan padahal lokasi perumahan mereka yang sering kebanjiran bahkan sudah pernah masuk berita di siaran televisi dikarenakan parahnya kondisi lingkungan mereka apabila musim penghujan tiba. Mereka mengakui bahwa kalaupun mereka memang tidak dapat bantuan apa-apa mereka ikhlas, akan tetapi informasi harus jelas sampai kepada mereka agar mereka tidak tidak kebingungan. Warga lain juga memberikan keterangan bahwa pemberian informasi terkait perkembangan PNPM Mandiri Perkotaan Kelurahan Syahmad kurang merata penyebarannya. Ada yang sangat jelas menerima informasi akan tetapi, di sisi lain bahkan ada yang tidak menerima informasi sama sekali padahal dia terdaftar sebagai penduduk yang menerima BLM. Hal ini tentunya bisa mengurangi partisipasi masyarakat untuk mengikuti musyawarah PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan. Dari hal ini tampaknya BKM perlu lebih jeli lagi untuk melihat berbagai kebutuhan yang merupakan aspirasi masyarakat miskin Kelurahan Syahmad. Memang bisa dikatakan bahwa BKM Kelurahan Syahmad baru terbentuk, karenanya perlu adanya upaya lebih untuk meningkatkan keterampilan dari BKM yang secara langsung berpengaruh terhadap kinerja BKM tersebut. Adapun salah satu pihak yang sangat berperan penting dalam melakukan pendampingan, bimbingan, arahan, dan pelatihan dasar bagi BKM adalah Tim Fasilitator Kelurahan. Fasilitator Kelurahan merupakan pihak di luar pemerintah daerah dan di luar Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan khusus untuk menangani dan melakukan bimbingan bagi BKM di wilayah kerjanya. Hal ini tentu saja dapat memberikan pemahaman bahwa Fasilitator Kelurahan perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat Universitas Sumatera Utara untuk membimbing dan mengarahkan BKM agar mampu meningkatkan kinerja dari BKM itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Fasilitator Kelurahan Faskel Terhadap Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh antara gaya kepemimpinan Fasilitator Kelurahan terhadap kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Syahmad, Kecamatan Lubuk Pakam? 2. Seberapa besar pengaruh antara gaya kepemimpinan Fasilitator Kelurahan terhadap kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Syahmad, Kecamatan Lubuk Pakam?

C. Tujuan Penelitian