Gaya Kepemimpinan Fasilitator Kelurahan 1. Visioner

A. Gaya Kepemimpinan Fasilitator Kelurahan 1. Visioner

Pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin visioner mengartikulasikan kemana kelompok berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuan – membebaskan orang untuk berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan. Berdasar pada hasil penelitian penulis, penerapan Tim Fasilitator Kelurahan dalam hal gaya visioner ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan gaya ini dapat dikatakan tinggi terbukti dari kuesioner penelitian yang disebarkan kepada para responden, secara keseluruhan mereka mayoritas menjawab bahwa Fasilitator Kelurahan sering atau selalu menerapkan gaya ini. Menurut masyarakat, Fasilitator Kelurahan memang sering dan selalu mengarahkan mereka untuk mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perkotaan bersama- sama. Semenjak PNPM Mandiri Perkotaan masuk ke Kelurahan Syahmad pada tahun 2008, hingga saat ini umumnya masyarakat tahu dan mengerti bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri sedang berjalan. Dari hal ini dapat dipahami bahwa Tim Fasilitator Kelurahan, bahkan sebelum terbentuknya BKM sudah sering mensosialisasikan tentang keberadaan, visi, dan misi PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini memang sesuai dengan peran dari Tim fasilitator itu sendiri yaitu memiliki peran pendamping, memfasilitasi, dan mengarahkan warga masyarakat untuk mewujudkan visi dan misi PNPM Mandiri Perkotaan. Gaya seperti ini bukan melulu menunjukkan bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan masyarakat untuk mencapai visi dan misi, akan tetap membebaskan masyarakat untuk memberikan ide- ide yang kreatif dan inovatif. Universitas Sumatera Utara Diantara para reponden ada sebagian yang menjawab bahwa Tim Fasilitator Kelurahan kurang atau tidak membebaskan mereka untuk memberikan ide yang kreatif dan inovatif karena mereka merasa hingga saat ini proposal kegiatan yang mereka usulkan juga belum nampak hasilnya bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan. Hal seperti ini perlu mendapat perhatian fasilitator kelurahan agar mereka lebih intensif lagi di dalam membagikan informasi perkembangan PNPM Mandiri Perkotaan kepada masyarakat secara merata dan transparan atau mengajak BKM untuk lebih bersikap transparan dalam membagikan informasi kepada masyarakat. Kalaupun masyarakat belum mendapat bantuan dan akan diberikan nanti, hal ini perlu disampaikan kepada masyarakat agar tidak mimbulkan kesalahpahaman.

2. Pembimbing

Pemimpin tipe ini memungkinkan seorang pemimpin untuk mengembangkan orang lain dan bertindak sebagai penasihat, yang menggali tujuan dan nilai-nilai pegawai dan membantu mereka mengembangkan kemampuannya sendiri. Mampu menghubungkan apa yang diinginkan seseorang dengan sasaran organisasi. Adapun penerapan gaya ini oleh Tim Fasilitator Kelurahan juga bisa dikatakan baik. Berdasarkan jawaban dari berbagai responden didapatkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban yang menunjukkan bahwa mereka yakin Tim Fasilitator Kelurahan menggunakan gaya ini dengan baik. Selain itu, tampak pula dari cara mereka mengayomi masyarakat, membimbing BKM, mengajari mereka bagaimana cara membuat proposal, membimbing mereka agar mampu tampil di muka umum dan mensosialisasikan PNPM Mandiri kepada masyarakat. Anggota BKM sendiri semenjak mendapat bimbingan dari Tim Fasilitator Kelurahan mengakui bahwa tingkat kepercayaan diri mereka meningkat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengamatan penulis, hendaknya tingkat penggunaan gaya ini lebih ditinggikan lagi khususnya terhadap BKM mengingat BKM-lah nantinya akan menjadi pendamping masyarakat setelah mereka dilepas oleh Faskel. Penerapannya harus secara intens digunakan agar BKM lebih terampil di dalam menjalankan peran kepemimpinannya di masyarakat.

3. Afiliatif

Pemimpin tipe ini ingin memajukan harmoni dan mendorong interaksi yang ramah, menumbuhkan relasi pribadi yang mengembangkan jaringan relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Para pemimpin tipe ini akan memusatkan perhatian pada kebutuhan emosi bawahan, bahkan lebih daripada tujuan organisasi. Adapun tingkat penerapan gaya ini oleh Tim Fasilitator Kelurahan dapat dikatakan baik. Hal ini terbukti dari jawaban para responden yang mayoritas mengemukakan hal tersebut melalui kuesioner penelitian. Hasil pengamatan penulis juga menunjukkan hal yang sama bahwa ketika mereka mengadakan musyawarah maka kesan yang ditimbulkan bahwa musyawarah berlangsung menyenangkan dan cukup kondusif. Selain itu, menurut anggota BKM mereka merasa dihargai oleh Tim Fasilitator Kelurahan melalui keberadaan mereka untuk ikut serta mensukseskan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat bahwa kebutuhan untuk dihargai ini merupakan kebutuhan mendasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Jika mereka merasa dihargai, maka tentunya mereka akan merasa nyaman untuk ikut serta dalam pelaksanaan program. Sebaliknya, bila mereka merasa kurang dihargai, maka pada umumnya mereka akan enggan untuk sungguh-sungguh mensukseskan pelaksanaan program. Dengan adanya penghargaan akan menimbulkan rasa nyaman, suasana musyawarah yang menyenangkan akan Universitas Sumatera Utara menimbulkan perasaan betah dan hal ini sangat penting demi kelancaran pelaksanaan program pemerintah tersebut.

4. Demokratis

Pemimpin seperti ini menciptakan perasaan bahwa mereka sungguh-sungguh ingin mendengarkan pikiran dan kepedulian pegawai dan mereka bersedia mendengarkan. Pemimpin ini menghargai masukan orang dan mendapatkan komitmen melalui partisipasi. Mereka juga kolaborator sejati, bekerja sebagai anggota kelompok dan bukan sebagai pemimpin yang berposisi di atas. Gaya kepemimpinan ini tampaknya memang sering diterapkan oleh Tim Fasilitator Kelurahan. Hal ini didukung oleh jawaban responden yang mayoritas menjawab bahwa Tim Fasilitator Kelurahan sering menggunakan gaya ini. Hal yang sama diungkapkan pula oleh salah satu anggota dari Tim Fasilitator Kelurahan bahwa mereka membebaskan masyarakat untuk berpartisipasi dan mengikuti musyawarah. Di dalam pelaksanaan musyawarah pun, mereka bebas mengemukakan pendapatnya. Hanya saja, hingga saat ini justru yang menjadi kendala adalah tingkat partisipasi dari masyarakat itu sendiri karena masih banyak juga diantara masyarakat yang merasa enggan untuk berpartisipasi di dalam program setara PNPM Mandiri ini yang manfaatnya justru untuk kebaikan masyarakat yaitu menjadikan masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, yang berdaya menjadi mandiri, dan yang mandiri menjadi madani. Melihat permasalahan ini, tampaknya tim Fasilitator Kelurahan harus lebih serius lagi di dalam membuka kesempatan partisipasi masyarakat dan mengarahkan BKM, UP- UP, dan KSM untuk secara aktif mensosialisasikan bahwa memang program ini baik bagi masyarakat. Universitas Sumatera Utara

5. Penentu Kecepatan

Ciri-cirinya adalah pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standar kinerja yang tinggi. Ia bersikap obsesif bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat, serta meminta hal yang sama dari semua orang lain. Ia akan cepat menunjuk orang-orang yang berkinerja buruk dan menuntut lebih banyak dari mereka. Penilaian para responden untuk gaya ini tampaknya juga menunjukkan bahwa Fasilitator Kelurahan juga sering di dalam menerapkan gaya ini. Hal ini dapat dilihat dari jawaban mayoritas responden yang menunjukkan hal ini. Penerapan gaya ini tampaknya digunakan Tim Fasilitator Kelurahan pada saat suatu kegiatan harus segera selesai dalam batas waktu tertentu, dan hal ini juga diakui oleh salah seorang anggota BKM yang menyatakan bahwa pada saat dimana suatu tugas telah harus selesai mereka menuntut agar BKM bekerja lebih cepat lagi, namun jika BKM dianggap kurang mampu maka Tim Fasiliatator Kelurahan sendiri yang akan mengambil alih tugas mereka. Teori yang dikemukakan oleh Daniel Goleman di dalam teori gaya kepemimpinannya memang menjelaskan bahwa gaya ini cocok diterapkan pada saat pemimpin menghadapi tantangan dan mencapai tujuan dengan terus menemukan cara-cara untuk memperbaiki kinerja bersamaan dengan sejumlah inisiatif dalam menangkap kesempatan. Namun, penggunaan gaya seperti ini jangan terlalu sering digunakan.

6. Memerintah

Para pemimpin ini menuntut kepatuhan langsung pada perintahnya. Mereka ingin mengendalikan setiap situasi dengan ketat dan memantaunya dengan teliti. Penggunaan gaya ini oleh Tim Fasilitator Kelurahan tidak terlalu sering dilakukan. Bahkan untuk tuntutan Fasilitator Kelurahan untuk patuh secara langsung terhadap Universitas Sumatera Utara perintahnya, responden umumnya menjawab untuk kategori jawaban kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Hanya sedikit saja yang menjawab tingkat jawaban selalu dan sering. Tim Fasilitator Kelurahan sendiri mengungkapkan bahwa dalam merencanakan program yang akan dilakukan maka yang diutamakan adalah penggunaan gaya demokratis karena adanya pelaksanaan musyawarah dengan masyarakat dalam hal tersebut. Akan tetapi, setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, maka yang diterapkan yang gaya otoriter. Gaya otoriter ini hampir sama artinya dengan gaya memerintah. Salah satu anggota dari Tim Fasilitator Kelurahan mengemukakan bahwa mereka cukup teliti dan harus hati-hati di dalam mengarahkan BKM untuk menggunakan dana BLM, karena jika ada penyimpangan yang terjadi maka yang terkena imbasnya adalah Tim Fasilitator Kelurahan juga. Menurut salah seorang responden, penggunaan gaya seperti ini juga dilakukan oleh Konsultan Manajemen Wilayah KMW yang langsung memantau bagaimana pelaksanaan program pemerintah ini di Kelurahan Syahmad, hal ini untuk memastikan apakah BKM atau Fasilitator Kelurahan telah memiliki kinerja yang baik atau belum. Bahkan baru-baru ini yaitu kira-kira pada tanggal 04 Juni 2009 ada pihak konsultan yang langsung datang Jakarta untuk memantau bagaimana perkembangan dari pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Syahmad. Universitas Sumatera Utara

B. Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan