Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2012 terhadap lansia di panti yang menunjukan bahwa dari 157 sampel responden terdapat hampir setengah responden mengalami depresi ringan 25,9 dan depresi berat 14,7 serta penelitian Woroasih 2000 yang mendapatkan kesimpulan terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan adanya kecenderungan depresi pada kelompok umur yang lebih tinggi pada lansia. Penelitian ini sebagian besar diikuti oleh responden dengan usia antara 60-74 tahun 43,3. Peneliti saat melakukan proses pengisian kuesioner mendapat temuan bahwa terdapat beberapa lansia yang dahulu terbiasa salat berjamaah dengan frekuensi yang sering namun sekarang beliau mengalami penurunan frekuensi menjadi kadang-kadang dikarenakan munculnya hambatan fisik, ini sejalan dengan pendapat Tamher Noorkasiani 2011 yang menyatakan bahwa proses penuaan dapat mengakibatkan banyaknya hambatan yang terjadi pada lansia, hal inilah yang menyebabkan lansia berumur 60-74 tahun lebih banyak menjadi responden dibandingkan dengan kategori umur yang lebih tua. Kategori lansia berumur 45-59 tahun 26,7 memiliki jumlah yang sama dengan lansia berumur 75-90 tahun, hal ini dapat dikarenakan jumlah lansia yang berumur 45-59 tahun merupakan kategori umur lansia yang lebih sedikit menghuni PSTW Budi Mulia 03 jika dibandingkan dengan kategori umur lainnya berdasarkan data panti tahun 2014. Responden penelitian berdasarkan jenis kelamin di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki proporsi responden wanita lebih banyak daripada responden laki-laki. Responden wanita 76,7 berjumlah 23 responden, sementara responden laki-laki 23,3 berjumlah 7 responden. Departemen Kesehatan 2014 menyatakan bahwa Angka Harapan Hidup AHH secara keseluruhan pada tahun 2011 berjumlah 70,76 tahun, perempuan memiliki angka harapan hidup lebih besar yaitu sekitar 73.38 tahun, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 68.26 tahun. Lansia laki-laki dan perempuan sama-sama dapat mengalami perubahan yang bisa menimbulkan depresi, depresi tersebut dapat menimbulkan disabilitas pada keduanya, namun beban depresi terjadi 50 lebih besar bagi perempuan daripada laki-laki WHO, 2012. Tamher Noorkasiani 2011 mengatakan hal ini disebabkan karena perbedaan gender mempengaruhi bentuk adaptasi yang lansia gunakan. Asy-Syarif 2008 mengatakan bahwa saat memiliki masalah, wanita memiliki perasaan yang lebih sensitif daripada laki-laki, lebih peka, namun bertekad dan berkeberanian lebih lemah. Perbandingan jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetya et al 2010 yang menguji penurunan depresi dengan melakukan pelatihan kognitif, dimana lebih dari setengah responden lansia yeng terdeteksi depresi berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak, hal ini disebabkan karena perbandingan jumlah lansia perempuan yang aktif melakukan salat berjamaah di masjid lebih banyak daripada laki-laki, selain itu hal ini dapat disebabkan karena lansia wanita memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam beribadah, hal ini sejalan dengan pendapat Pudjiastuti Utomo 2003 bahwa lansia wanita yang berumur lebih dari 70 tahun mempunyai kesadaran religius yang lebih tinggi daripada lansia laki-laki. Tingkat pendidikan responden lansia yang tidak bersekolah 70 merupakan yang paling banyak diantara jenjang pendidikan responden lainnya yaitu berjumlah 21 responden, tingkat SD 13,3 dengan jumlah 4 responden, tingkat SMP 10 dengan jumlah 3 responden, tingkat SMA 3,3 dengan jumlah 1 responden, dan tingkat perguruan tinggi 3,3 dengan jumlah 1 responden. Pendidikan berguna untuk menentukan kompensasi dalam menghadapi masalah yang dialami lansia. Semakin tinggi pendidikan lansia, maka semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi, lansia yang memiliki pendidikan lebih tinggi pada umumnnya memiliki kompensasi yang lebih baik dimana mereka dapat lebih produktif dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah Tamher Noorkasiani, 2011. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2011 ia melakukan penelitian yang membandingkan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti dengan lansia yang tinggal bersama keluarganya, hasilnya adalah proporsi depresi pada lanjut usia di panti yang berpendidikan rendah lebih besar daripada proporsi lansia berpendidikan menengah, namun sebaliknya pada lansia yang tinggal bersama keluarganya yaitu, lansia yang berpendidikan lebih tinggi memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah, menurutnya hal ini terjadi disebabkan keadaan kehidupan keluarga yang mempengaruhi perasaan lansia.