50
2. Iklim
Terjadinya perubahan cuaca global telah mempengaruhi cuaca di wilayah produksi kentang di Indonesia, sehingga antara musim hujan dan panas yang
kurang konsisten menyebabkan kegagalan panen di beberapa wilayah. Pemanasan global terjadi karena siklus yang terjadi di alam semesta dari waktu ke waktu.
Perubahan iklim berdampak pada perubahan musim tanam pola tanam, irigasi, dan ketersediaan air yang berpengaruh terhadap pertanian. Pemanasan global
mempengaruhi kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Perubahan cuaca dan
pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian. Perubahan iklim di wilayah Indonesia tidak bisa diramalkan secara tepat jauh sebelumnya, karena
sirkulasi atmosfer regional yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah
dingin dengan suhu rata-rata harian antara 15 - 20˚C, kelembaban udara 80 -
90, cukup mendapat sinar matahari moderat dan curah hujan 200 - 300 mm per bulan atau rata-rata 1.000 selama pertumbuhan Rukmana, 1997. Suhu tanah
optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15 - 18˚C.
Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apab ila suhu tanah kurang dari 10˚C
dan lebih dari 30˚C. Suhu malam untuk pembentukan umbi lebih penting dibandingkan dengan suhu siang.
3. Teknologi Bercocok Tanam
Kurang berhasilnya usaha budidaya kentang yang dilakukan oleh petani kentang disebabkan beberapa kendala selain penggunaan bibit unggul atau
rendahnya kualitas yang dipakai juga teknik bercocok tanam dan pemupukan serta
51
pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif. Teknologi yang diterapkan dalam usaha budidaya kentang didasarkan pada pengalaman wawasan teknik
budidaya yang dimiliki oleh petani atau pengusaha. Usaha budidaya kentang masih menerapkan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal. Pengendalian
hama dengan pemberian bahan kimia pestisidafungisida menjadi hal yang sangat rawan di lapangan, khususnya pada saat serangan sangat intensif di musim
penghujan. Ketersediaan bahan pengendali hama di lapangan sangat terkendala, terkadang tidak ada pada saat dibutuhkan. Petani terkadang memberikan bahan
kimia melebihi dosis yang seharusnya, sehingga dapat menimbulkan masalah residu yang cukup menyedot perhatian dari sisi keamanan pangan. Petani dan
pengusaha masih membutuhkan tenaga tenaga serta peran PPL untuk mendampingi petani agar menghasilkan produksi kentang sesuai dengan mutu dan
produktivitas yang diinginkan. 4.
Penanganan Pasca Panen
Umbi kentang yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan akibat pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang
kurang intensif sehingga tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia. Penanganan pasca panen yang baik memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari
seluruh tahapan dari pemanenan sampai ketingkat konsumen untuk mempertahankan mutu. Umbi kentang yang selesai dipanen harus segera
dilakukan penanganan pasca panen agar mutunya dapat dipertahankan tetap tinggi serta kehilangan hasil dapat dikurangi atau dihilangkan. Kegiatan pasca panen
kentang dilakukan dengan penyortiran dan penggolongan umbi yang baik dan sehat. Kentang disortir berdasarkan ukuran umbi tergantung varietas serta