Sistem Aplikasi E-Registration Napsor

P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 80 Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor, maka izin impor dan ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi diterbitkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal ini Menteri Kesehatan mendelagasikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan unit teknis yang bertanggung jawab dalam proses perizinan Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi adalah Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Dalam rangka mempercepat proses perizinan Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi, maka Ditjen Binfar dan Alkes telah mengembangkan aplikasi e-pharm, sebagai perangkat proses perizinan secara elektronik. Pengguna jasa Industri farmasi atau PBF bahan obat yang melakukan importasi eksportasi Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi, terlebih dahulu melakukan registrasi perusahaan secara elektronik pada website www.e- pharm.kemkes.go.id. Proses registrasi mencakup penyampaian informasi tentang perusahaan serta penanggung jawab industri farmasiPBF Bahan Obat, melampirkan data-data perusahaan dengan cara di-upload di portal dalam bentuk file pdf. Setelah petugas administrasi perizinan melakukan verifikasi terhadap permohonan registrasi dan dinyatakan lengkap, maka akan dikirimkan username dan password ke email pengguna jasa. Pengguna jasa yang telah memiliki username dan password dapat login ke website www.epharm.kenikes.go.id. Dengan login ke website www.e-pharm.kemkes.go.id., pengguna jasa, tim penilai dan pejabat yang terlibat dalam proses penilaian perizinan Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi dapat mengetahui riwayat dan status izin yang sedang diajukan. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 81 Diharapkan dengan adanya aplikasi epharm secara elektronik, akan mempercepat, memudahkan dan meningkatkan mutu pelayanan perizinan Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 82 BAB IV PENUNJANG PROGRAM

A. Pembiayaan

Pagu alokasi APBN Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa pengelolaan kegiatan dalam upaya pencapaian sasaran program kefarmasian dinilai baik. Peningkatan program tidak hanya melalui peningkatan program yang dilakukan di tingkat pusat tapi juga program di daerah. Dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan, pemerintah pusat dan daerah memiliki tugas bersama dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas serta memenuhi akses obat dengan jumlah dan jenis yang cukup. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah berupaya dengan menyelenggarakan serangkaian reformasi melalui sejumlah program pembiayaan kesehatan langsung ke daerah melalui Program Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 83

1. Kantor Pusat

TAHUN ALOKASI REALISASI 2009 977.405.695.000 912.422.430.533 93,35 2010 954.304.590.000 914.389.369.109 95,82 2011 1.424.578.873.000 1.291.379.966.563 90,65 Sumber : Bagian Keuangan – Setditjen Binfar dan Alkes Gambar 42. Alokasi dan Realisasi Kantor Pusat Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2009 – 2011 Alokasi APBN Ditjen Binfar dan Alkes pada tahun 2011 mengalami peningkatan sekitar 49 atau senilai Rp. 470.000.000.000 dibandingkan dengan alokasi tahun 2010. Hal ini dikarenakan terdapat penambahan alokasi untuk pengadaan obat dan vaksin. Akan tetapi realisasi anggaran pada tahun 2011 mengalami penurunan sekitar 5,16 . Hal ini bukan merupakan tidak terserapnya anggaran secara maksimal tetapi lebih kepada proses pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh Ditjen Binfar dan Alkes dilakukan secara efisien terutama untuk pengadaan Obat dan Vaksin. 200.000.000 400.000.000 600.000.000 800.000.000 1.000.000.000 1.200.000.000 1.400.000.000 1.600.000.000 2009 2010 2011 93,35 95,82 90,66 Alokasi Realisasi