Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi di Dalam
P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1
53
Ketergantungan yang sangat besar terhadap impor bahan baku obat baik bahan aktif maupun bahan pembantueksipien yang
mencapai 96 menyebabkan tidak stabilnya penyediaan obat nasional dan mengakibatkan fluktuasi harga obat.
Sehubungan dengan pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional BBOT, Indonesia dikenal secara luas sebagai mega
senter keanekaragaman hayati yang terbesar didunia. Dengan memiliki 30.000 species tumbuhan dan diketahui sekurang-
kurangnya 9.600 species tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 species telah digunakan sebagai bahan obat
tradisional oleh Industri obat tradisional, merupakan pasar yang potensial bagi pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 menunjukan bahwa 55,3 penduduk Indonesia menggunakan
ramuan tradisional jamu untuk memelihara kesehatannya dan 95,6 mengakui ramuan tradisional yang digunakan sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu trend masyarakat yang sudah mulai
a k to nature juga memberikan peningkatan konsumsi akan obat tradisional, baik berupa jamu, Obat Herbal Terstandar
OHT dan Fitofarmaka. Seiring dengan akan dilaksanakannya integrasi pengobatan
tradisional dalam sektor pelayanan formal, maka akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya penggunan obat tradisional di
masyarakat. Untuk itu Pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan obat tradisional, ternasuk ketersediaan BBOT-nya.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian selaku Unit eselon II di Kementerian Kesehatan yang mempuyai tugas
melakukan perumusan pelaksanaan kebijakan dan pembinaan serta
P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1
54
bimbingan teknis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian telah melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi dan pertemua
serta koordinasi untuk mendorong industri agar mampu berdaya saing, baik nasional maupun internasional dalam pengembangan
bahan baku obat BBO dan obat tradisional BBOT sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dari kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian Hingga akhir tahun 2011, Indikator Jumlah bahan baku obat dan
obat tradisional produksi di dalam negeri dengan target sejumlah 15 bahan baku, baru bisa diproduksi 4 ekstrak terfraksionisasi yaitu:
1 Fraksi Bioaktif Cinamomum Burmani Kayumanis dan
Lagerstroemia Speciosa banaba untuk indikasi penurunan resistensi insulin dan pengobatan diabetes
2 Fraksi Bioaktif DLBS 1425 Phaleria macrocarpa mahkota dewa
untuk indikasi kanker 3
Fraksi Bioaktif DLBS 1442 Phaleria macrocarpa mahkota dewa untuk indikasi Pre Menstruation Syndrome dan nyeri
menstruasi 4
Fraksi Protein Bioaktif DLBS 1033 Lumbricus Rubellus cacing tanah untuk indikasi aterosklerosis
Hal ini disebabkan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian pada tahun 2011 tidak mengalokasikan anggaran untuk
pengembangan produksi bahan baku obat maupun obat tradisional. Sumber dana yang tersedia hanya dapat digunakan untuk
melakukan pertemuan, sosilisasi dan koordinasi serta inventarisasi hal-hal yang berhubungan dengan bahan obat dan obat tradisional.
P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1
55